Penilaian status gizi secara langsung. faktor yang mempengaruhi status gizi dan Faktor Yang Perlu Dipertimbangkan dalam Penilaian Status Gizi
Pengertian Penilaian Status Gizi
Secara Umum Pengertian Gizi adalah suatu zat yang
dibutuhkan oleh tubuh sebagai pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan serta
juga memperbaiki jaringan tubuh. Gizi adalah juga dapat diartikan
sebagai proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui proses digest, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan uatuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
Ada beberapa istilah yang
berhubungan dengan status gizi, yaitu:
·
Keadaan gizi
Keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan
penyerapan zat gizi dan menggunakan zat-zat gizi tersebut atau keadaan
fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam selluler tubuh.
·
Status gizi ( Nutrition Status )
Ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel
tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Contoh
: Gondok endemik merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran
yodium dalam tubuh.
·
Malnutrition (Gizi salah, Malnutrisi)
Keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara
relative maupun absolut satu atau lebih zat gizi. Ada 4 bentuk malnutrisi:
1.
Under Nutrition : kekurangan konsumsi pangan secara relatif
atau absolut untuk periode tertentu
2.
Spesjfic_Desienecy: kekurangan zat gizi
tertentu, misalnya kekurangan vitamin A, yodium, Fe, dll
3.
Over Nutrition: kelebihan konsumsi pangan
untuk periode tertentu
4.
Imbalance : karena disproporsi zat gizi,
misalnya : kolesterol terjadi karena tidak seimbangnya LDL (Low Density
Lipoprotein), HDL (High Density Lipoprotein) dan VLDL (Very Low Density
Lipoprotein)
Salah satu masalah
pokok kesehatan di negara-negara sedang berkembang adalah masalah gangguan
terhadap kesehatan masyarakat yang disebabkan oleh kekurangan gizi. Gizi buruk
merupakan kondisi kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi
dan protein dalam asupan makanan sehari-hari hingga tidak memenuhi Angka
Kecukupan Gizi (AKG). Gizi buruk dapat disebabkan oleh daya beli keluarga
rendah/ekonomi lemah, lingkungan rumah yang kurang baik, pengetahuan gizi
kurang, perilaku kesehatan dan gizi keluarga kurang serta penyediaan sarana
pendidikan dan kesehatan yang masih kurang.
Status gizi
merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang
diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi), dan penggunaan (utilization)
zat gizi makanan. Status gizi seseorang
tersebut dapat diukur dan diasses (dinilai).
Dengan menilai status gizi seseorang atau sekelompok orang, maka dapat
diketahui apakah seseorang atau sekelompok orang tersebut status gizinya
tergolong normal ataukah tidak normal. Penilaian status gizi ada 2 macam, yaitu
penilaian status gizi secara langsung dan penilaian status gizi secara tidak
langsung.
Penilaian
status gizi
secara langsung dapat dibagi menjadi 4 yaitu:
1.
Antropometri
2.
Klinis
3.
Biokimia
4.
Biofisik
Faktor yang Memengaruhi Status Gizi
1.
Faktor Eksternal
a.
Pendapatan, masalah gizi karena kemiskinan
indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang hubungannya dengan daya beli
yang dimiliki keluarga tersebut (Santoso, 1999).
b.
Pendidikan, pendidikan gizi
merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua atau
masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi yang baik.
c.
Pekerjaan, pekerjaan adalah
sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan keluarganya.
Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu
akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
d.
Budaya, budaya adalah suatu ciri
khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan.
2.
Faktor Internal
a. Usia,
usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua dalam
pemberian nutrisi anak balita.
b. Kondisi
Fisik, mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia,
semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk.
Bayi dan anak-anak yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada
periode hidup ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat.
c. Infeksi,
infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan
kesulitan menelan dan mencerna makanan.
Penilaian status gizi dengan
biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang
dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh, antara lain: darah, urine, tinja,
dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot Penggunaan: Metode ini digunakan untuk
suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih
parah lagi. Setiap zat gizi memiliki indikator tersendiri pada uji biokimia.
Penilaian Status Zat
Besi
Ada
beberapa indicator laboratorium untuk menentukan status besi yaitu:
1.
Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin
adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia.
Garby et al, menyatakan bahwa penentuan status anemia yang hanya menggunakan
kadar Hb ternyata kurang lengkap, sehingga perlu ditambah dengan pemeriksaan
yang lain.
Hb
merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah.Hemoglobin dapat diukur
secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks
kapasitas pembawa oksigen pada darah. Kandungan hemoglobin yang rendah dengan
demikian mengindikasikan anemia.
Nilai
normal yang paling sering dinyatakan adalah 14-18 gm/100 ml untuk pria dan
12-16 gm/100 ml untuk wanita (gram/100 ml sering disingkat dengan gm% ataum
gm/dl).Beberapa literature lainmenunjukkan nilai yang lebih rendah, terutama
pada wanita, sehingga mungkin pasien tidak dianggap menderita anemia sampai Hb
kurang dari 13 gm/100 ml pada pria dan 11 gm/100 ml pada wanita.
Diantar
metode yang paling sering digunakan dilaboratorium pada penilaian status zat
besi dengan indikator Hb dan paling sederhana adalah metode Sahli dan yang
lebih canggih adalah metode cyanmethemoglobin.
Pada
metode Sahli, hemoglobin dihidrlisis dengan HCl menjadi globin
ferroheme.Ferroheme oleh oksigen yang ada diudara dioksidasi menjadi ferriheme
yang segera bereaksi dengan ion Cl membentuk ferrohemeclorid yang juga disebut
hematin atau hemin yang berwarna coklat.Warna yang terbentuk ini dibandingkan
dengan warna standar (hanya dengan mata telanjang).Untuk memudahkan
perbandingan, warna standar dibuat konstan, yang diubah adalah warna hemin yang
terbentuk. Perubahan warna hemin dibuat dengan cara pengenceran sedemikian rupa
sehingga warnanya sama dengan warna standar. Karena yang membandingkan adalah
mata telanjang, maka subjektivitas sangat berpengaruh.Disamping faktor mata, faktor
lain, misalnya ketajaman, penyinaran dan sebagainya dapat mempengaruhi hasil
pembacaan.
Metode
yang lebih canggih adalah metode cyanmethemoglobin.Pada metode ini hemoglobin
dioksidasi oleh kalium ferrosianida menjadi methemoglobin yang berwarna merah.Intensitas
warna dibaca dengan fotometer dan dibandingkan dengan satndar. Karena yang
membandingkan alat elektronik, maka hasilnya lebih objektif.
2.
Hematrokit (HTC)
Hematrokit
adalah volume eritrosit yang dipisahkan dari plasma dengan cara memutarnya didalam
tabung khusus yang nilainya dinyatakan dengan persen (%). Setelah sentrifugasi,
tinggi kolom sel merah diukur dibandingkan dengan tinggi sel darah penuh yang
asli.Persentase sel darah merah pada volume darah yang asli merupakan
hematrokit.Darah penuh antikoagulan disentrifugasi dalam tabung khusus. Karena
darah penuh dibentuk pada intinya oleh sel darah merah (SDM) dan plasma,
setelah sentrifugasi persentase sel-sel merah memberikan estimasi tidak
langsung jumlah SDM/100 ml dari darah penuh (dan dengan demikian pada
gilirannya merupakan setimasi tidak langsung jumlah hemoglobin).Hematrokit
dengan demikian bergantung sebagian besar pada jumlah SDM, tapi ada beberapa
efek (dalam hal jauh lebih sedikit) dari ukuran rata-rata SDM.Nilai normal
adalah 40%-54% untuk prian dan 37%-47% untuk wanita.
3.
Serum besi
Prosedur
serum Iron. Darah harus dikumpulkan menggunakan tabung terevakuasi bebas elemen
tembusan.Hanya air terdeionisasi yang harus digunakan.
4.
Transferrin saturation
(TS)
Penentuan
kadar zat besi dalam serum merupakan satu cara menentukan status besi. Salah
satu indicator lainnya adalah Total Iron
Binding Capacity (TIBC) dalam serum. Kadar TIBC ini meningkat pada
penderita anemia karena kadar besi didalam serum menurun dan TIBC meningkat
pada keadaan defisiensi besi maka rasio dari keduanya (Transferri saturation) lebih sensitif.
TS
Apabila
TS> 16%, pembentukan sel-sel darah merah dalam sumsum tulang berkurang dan
keadaan ini disebut defisiensi besi untuk eritropoiesis.
5.
Free
erythrocyte protophorphyrin (FEP)
Apabila
penyediaan zat besi tidak cukup banyak untuk pembentukan sel-sel darah merah
disumsum tulang maka sirkulasi FEP didarah meningkat walaupun belum Nampak
anemia. Dengan menggunakan fluorometric
assay, maka penentuan FEP lebih cepat digunakan. Satuan untuk FEP
dinyatakan dalam darah atau darah merah. Dalam keadaan normal kadar FEP
berkisar 35 50 RBC tetapi apabila kadar FEP dalam darah lebih
besar dari 100 RBC menunjukkan individu ini menderita
kekurangan besi.
6.
Serrum ferritin (SF)
Untuk menilai status besi dalam
hati perlu mengukur kadarferritin. Apabila didapatkan serum ferritin sebesar 30
mg/dl RBC berarti didalam hati terdapat 30 10 mg = 300 mg ferritin. Untuk menentukan
kadar ferritin dalam darah dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu dengan
cara immunoradiometric assay (IRMA)
atau dengan cara radio immune assay (RIA)
atau dengan cara enzyme-linked immune
assays (ELISA) yang tidak menggunakan isotop, tetapi enzyme. Dalam keadaan
normal rata-rata SF untuk laki-laki dewasa adalah 90 dan wanita dewasa adalah 30 .
Perbedaan kadar serum ferritin ini menggambarkan perbedaan banyaknya perbedaan
zat besi pada tubuh dengan zat besi pada laki-laki tiga kali lebih banyak dari
wanita.
Penilaian Status Protein
Protein
dalam darah mempunyai peranan yang penting bagi tubuh antara lain:
Ø Untuk
mengatur tekanan air, dengan adanya tekanan osmose dari plasma protein
Ø Sebagai
cadangan protein tubuh
Ø Untuk
mengontrol perdarahan (trutama dari fibrinogen)
Ø Untuk
transport yang penting untuk zat-zat gizi tertentu
Ø Untuk
mengatur aliran darah, dalam membantu bekerjanya jantung
Didalam
darah ada 3 fraksi protein yaitu
·
Albumin : kadar normalnya = 3,5 – 5 gram/100
ml
·
Globulin : kadar normalnya = 1,5 – 3 gram/100
ml
·
Fibrinogen : kadar normalnya = 0,2 – 0,6 gram/100 ml
Pemeriksaan
biokimia terhadap status protein dibagi dalam dua bagian pokok, yaitu penilaian
terhadap somatik protein dan visceral protein.Perbandingan somatik dan visceral
dalam tubuh antara 75% dan 25%.Somatik protein terdapat pada otot skeletal,
sedangkan visceral protein terdapat di dalam organ/visceral tubuh yaitu hati,
ginjal, pankreas, jantung, erytrosyt, granulosyte, dan lymposyt.
Konsentrasi
serum protein dapat digunakan untuk mengukur status protein.Penentuan serum
protein dalam tubuh meliputi: Albumin, Transferin, Prealbumin (yang
dikenalmjuga dengan transthyertin dan thyroxine-binding prealbumin), retinol
binding protein (RBP), Insulin-Like Growth Factor-1 dan Fibronectin.
Penilaian
status vitamin yang terkait dengan penentuan status gizi meliputi penentuan
kadarvitamin sebagai berikut:
Vitamin
A
Deplesi vitamin A dalam tubuh merupakan
proses yang berlangsung lama, dimulai dengan habisnya persendian vitamin A
dalam hati, kemudian menurunnya kadar vitamin A plasma, dan baru kemudian
timbul disfungsi retina, disusul dengan perubahan jaringan epitel.
Kadar vitamin A dalam plasma tidak
merupakan kekurangan vitamin A yang dini, sebab deplesi terjadi jauh
sebelumnya. Apabila sudah terdapat kelainan mata, maka kadar vitamin A serum
sangat rendah (kurang dari 5 ),
begitu juga kadar RBP-nya (, 20 )
konsentrasi vitamin A dalam hati merupakan indikasi yang baik untuk menentukan
status vitamin A. Akan tetapi, biopsy hati merupkan tindakan yang mengandung
resiko bahaya. Pada umunya konsentrasi vitamin A penderita KEP rendah yaitu
<15 jaringan hepar.
Vitamin
D
Kekurangan vitamin ini dapat
memgakibatkan penyakit rakhitis dan kadang-kadang tetani. Apabila kekurangan
terjadi pada masa pertumbuhan akan timbul osteomalasia. Sangat jarang ditemukan
rakitis bawaan, insiden tertinggi terdapat pada umur 18 tahun.
Kekurangan vitamin D timbul
kalsifikasi tulang yang tidak normal disebabkan oleh rendahnya saturasi kalsium
dan fosfor dalam cairan tubuh, keadaan resorpsi tulang akan melebihi
pembentukannya hingga menyebakan demineralisasi umum pada rangkayang berakibat menjadi
lunaknya tulang-tulang serta deformitas torax, tulang punggung, pelvis, dan
tulang-tulang panjang.
Beberapa
zat yang berhubungan dengan aktivitas vitamin D adalah:
·
Vitamin D2
(ersokalsiforal) yang dihasilkan oleh radiasi ersoterol (dalam tumbuh-tumbuhan)
secara artificial dengan sinar ultraviolet.
·
Vitamin D3
(kolekalsiferol) yang dihasilkan oleh radiasi pada kulit manusia dengan
komponen ultraviolet sinar matahari dan juga terdapat secara alamiah pada
sumber makanan hewani.
Pada
pemeriksaan biokimia penderita rakhitis ditemukan hasil:
a.
Kadar kalsium serum
normal atau lebih
b.
Kadar fosfor rendah
c.
Kadar fosfatase
meninggi
d.
Kadar 25 (OH) vitamin D
dibawah 4 mg/ml
Vitamin
E
Defisiensi vitamin E jarang sekali
ditemukan oleh sebab makanan sehari-hari mengandung cukup vitamin E. Gangguan
yang dapat dilihat karena kekurangan vitamin E adalah hemolisis dan
mengurangnya umur hidup eritrosit. Gangguan lain adalah distrofi otot dan
kelainan saraf pusat (ensefalomalasia). Pada pemeriksaan biokimia seorang anak
dikatakan memiliki nilai normal vitaminE bila di dalam serum 0,7 mg.
Vitamin
C
Vitamin C diperlukan pada
pembentukan zat kolagen oleh fibroblast hingga merupakan bagian dalam pembentukan
zat intersel. Keadaan kekurangan vitamin C akan mengganggu integrasi dinding
kapiler. Vitamin C diperlukan juga pada proses pematangan eritrosit dan pada
respirasi jaringan.
Pada scurvy (kekurangan vitamin C)
pertumbuhan anak terganggu dan timbul pendarahan kapiler dimana-mana, terutama
di daerah peristomium dekat ujung tulang panjang.Kadan-kadang terdapat
pendarahan gusi dan ekimosis ditempat lain.maka kejadian infantile scurvy
kebanyakan terjadi pada umur 6-12 bulan.
Tiamin
(B1)
Kekurangan tiamin merupakan penyebab
penyakit beri-beri. Pada umumnya gejala beri-beri pada anak-anak dan orang
dewasa umumnya sama.
Riboflavin
(B2)
Riboflavin atau vitamin B2
dapat dilarutkan dalam air dan berwarna kuning berfluoresensi, tahan panas dan
asam, akan tetapi mudah di hancurkan oleh sinar dan media lindi. Vitamin B2
yang baik bersumber pada daging, hati, telur, keju, dan sayur-mayur
berupa daun.Riboflavin mudah diserap oleh saluran pencernaan dan berfungsi
sebagai koenzim.
Kekurangan vitamin B2
dapat menyebabkan penyakit ariboflavinosis yaitu penyakit penyerta pada
penyakit kekurangan lain. Gejala yang terjadi akibat kekurangan vitamin B2akan
timbul apabila:
ü Makanan
sehari-hari tidak cukup mengandung vitamin B2
ü Penyerapan
dan pengolahan makanan tidak normal
Niasin
Kekurangan niasin dalam makanan akan
menyebabkan suatu penyakit pellagra (kulit kasar). Gejala pellagra dikenal
dengan 3D yaitu dermatis (radang pada kulit), diare, demensia (kemunduran
fungsi otak).Di dalam tubuh niasin dapat dibentuk dari asam amino
tryptophan.Ekresi dari niasin dalam bentuk nicotinic
acid bebas, niasinamida, nicotinuric
acid, N-metil nicotinamida, N-metil
nicotinic acid, kanjugasi dengan glisin.
Vitamin
B6
Vitamin B6 memiliki dua
bentuk aktif yaitu pyridixal phosphate dan pyridoxamine phospat.Substansi yang
tergolong kedalam vitamin B6 adalah pyridoxine, pyridoxal, dan
pyridoxamin. Fungsi vitamin B6 adalah sebagai berikut:
a)
Koenzim dari beberapa
enzim
b)
Mempengaruhi masuknya
asam amino kedalam sel
c)
Penting untuk fungsi
normal dari susunan saraf pusat dan susunan saraf tepi.
Adapun gejala yang ditimbulakan
apabila seseorang kekurangan vitamin B6 berupa dermatis dan
acrodynia. Dalam keadaan kekurangan vitamin B6 akan ditemukan
piridoksin plasma dibawah 25mg/ml dan piridiksin dalam urine 24 jam di bawah 20
mg untuk tiap g kreatinin, dan asam piridoksin di bawah 0.5 mg.
Vitamin
B12
Merupakan vitamin yang bermanfaat
untuk pengobatan penyakit anemia pernisiousa.Fungsinya dalah untuk metil group
metabolisme, dan juga perlu untuk metabolisme protein. Getah lambung yang
normal mengandung substansi yang diberi nama faktor intrinsik dan dapat
bereaksi dengan faktor ekstrinsik.
Iodine
Yodium adalah salah satu mineral
penting bagi kehidupan manusia, karena yodium sangat diperlukan untuk
pertumbuhan, perkembangan serta fungsi otak.Kebutuhan yang rata-rata perorang
dewasa perhari sangat sedikit yaitu 0.15 µg atau 150 µg (1 mg = 1/106
g).kekurangan yodium akan mengalami
gangguan fisik ataupun mental mulai dari ringan sampai yang berat.
Gangguan pertumbuhan fisik antara lain mencakup penyakit gondok, badan kerdil,
gangguan motorik seperti kesulitan untuk berdiri atau berjalan normal, bisu
tuli atau mata juling.
Zink
Zink adalah metaloenzim dan bekerja
sebagai koenzim pada berbagai sistem enzim.Lebih dari 80 enzim dan protein yang
mengandung zink. Tubuh mengandung 1-2 g zink.Tulang, gigi, rambut, kulit, dan
testis mengandung banyak zink. Kebutuhan utama zink yang dianjurkan adalah
sebagai berikut:
·
Untuk bayi 3-5 mg
·
Bagi anak-anak 1-10
tahun 10 mg
Kalsium
Kalsium adalah mineral yang berda
dalam tubuh ± 2% dan lebih dari 99% terdapat di dalam tulang.Kadar kalsium
darah di pertahankan agak konstan antara 10-15 mg/100ml oleh berbagai faktor.
Penurunan kalsium akan mengundang hormon paratiroid untuk bereaksi pada tulang
dan melepaskan sebagian kalsiumnya agar kadar dalam darah di pertahankan atau
sebaliknya. Kalsium dalam darah mempunyai 2 fungsi esensial yaitu proses
pembekuandan efek terhadap jaringan saraf.
Fosfor
Fosfor adalah suatu unsur yang
penting bagi seluruh sel-sel hidup, sayur-sayuran, dan hewan, dalam bentuk
ester-ester fosfor organik, termasuk ATP yang melaluinya energimetabolik
dibentuk.Absorbs fosfor hanya berlangsung di daerah usus kecil, terutama di
bagian tengah usus halus, dan berlangsung dengan pengangkutan aktif yang
membutuhkan natrium maupun secara difusi. Kebutuhan normal fosfor dalam darah
adalah 2.5-4.5 µg/100 µl.
Magnesium
Magnesium adalah ion intrasel dan
bekarja sebagai kofaktor pada fosforilasi oksidatif dan juga didepositokan pada
tulang.Faktor yang mempengaruhi absorps magnesium adalah absorpsi kalsium
seperti asam fitik, asam lemak, dan fosfor. Faktor yang mempengaruhi
metabolisme magnesium adalah metabolisme kalsium seperti hormon paratiroid.
Krom
(Chromium)
Krom berperan penting pada
metabolisme karbohidrat dan glukosa.Mineral tersebut menstimulir sintesis asam
lemak dan kolesterol dalam hepar.Kekurangan krom mengakibatkan pertumbuhan yang
berkurang dan sindroma yang menyerupai diabetes mellitus. Krom terdapat pada
minyak jagung, serialia, dab dagung. Kadar krom dalam darah normal berkisar
0,14-0,15 µg/ml untuk serum atau plasma 0.26-0.28 µg/ml.
Tembaga
(copper)
Tembaga adalah komponen berbagai
sistem enzim. Dalam plasma kurang lebih 80% tembaga terikat pada protein
seruloplasmin, suatu enzim transport besi.Selebihnya tertarik pada
albumin.Kekurangan tembaga sangat jarang ditemui kecuali pada penderita KEP
berat atau anak yang menderita diare.
Selenium
Pada binatang selenium diperlukan
untuk pertumbuhan dan kesehatan. Kekurangan selenium dapat menyebabkan penyakit
jantung endemik terutama pada wanita muda dan anak-anak, seperti yang terjadi
di daerah tertentu di negeri China.
Keunggulan
Penilaian Status Gizi Secara Biokimia
1. Dapat
mendeteksi defisiensi zat gizi lebih dini
2. Hasil
pemeriksaan biokimia lebih obyektif
3. Dapat
menunjang hasil pemeriksaan metode lain dalam penilaian status gizi
Kelemahan
Penilaian Status Gizi Secara Biokimia
1.
Pemeriksaan biokimia hanya bisa di lakukan setelah timbulnya gangguan
metabolisme
2.
Membutuhkan biaya yang cukup mahal
3.
Dalam melakukan pemeriksaan di butuhkan tenaga yang ahli
4.
Kurang praktis di lakukan di lapangan
5.
Membutuhkan peralatan dan bahan yang banyak.
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode
penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan
melihat perubahan struktur dari jaringan. Tes kemampuan fungsi jaringan
meliputi kemampuan kerja dan energi exspenditure serta adaptasi
sikap. Tes perubahan struktur dapat dilihat secara klinis maupun tidak dapat
dilihat secara klinis. Pemeriksaan yang tidak dapat dilihat secara klinis
biasanya dilakukan dengan pemeriksaan radiology. Penggunaan: Umumnya dapat digunakan
dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja endemik. Cara yang digunakan
adalah tes adaptasi gelap
Penilaian status gizi secara biofisik sangat mahal, memerlukan
tenaga yang professional dan dapat diterapkan dalam keadaan tertentu saja. Dapat dilakukan dengan 3
cara:
Uji radiologi
Dilakukan dengan melihat
tanda-tanda fisik dan keadaan tertentu seperti riketsia, osteomalasia,
fluorosis dan beri-beri. Tanda-tanda radiologi dapat terjadi pada kurang gizi
yang parah.
Kelemahan:
o
Hanya sensitif
pada keadaan kurang gizi yang dini,
o
Mahal dan memerlukan tenaga yang terampil.
Tes fungsi fisik
Untuk mengukur perubahan fungsi
yang dihubungkan dengan ketidak cukupan gizi. Beberapa tes yang digunakan
adalah:
· Ketajaman penglihatan
· Adaptasi mata pada suasana
gelap (paling sering digunakan)
· Penampilan fisik
· Koordinasi otot
Tes Sitologi
Tes ini digunakan untuk
menilai keadaan KEP berat. Pemeriksaan ini dilakukan dengan melihat noda pada
epitel dari mukosa oral. Hasil dari penelitian pada binatang dan anak KEP
menunjukkan bahwa presentase perubahan sel meningkat pada tingkatan KEP dini
Faktor Yang Perlu Dipertimbangkan dalam
Penilaian Status Gizi
Dalam menentukan diagnosis suatu penyakit
perlu digunakan beberapa jenis metode. Penggunaan satu metode akan memberikan
gambaran yang kurang komprehensif tentang suatu keadaan. Beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih dan menggunakan metode adalah sebagai berikut:
1.
Tujuan perlu diperhatikan dalam memilih metode.
Seperti tujuan ingin melihat fisik
seseorang, maka metode yang digunakan adalah antropometri.
2.
Unit sampel yang akan di ukur.
Berbagai jenis unit sampel yang akan
diukur sangat mempengaruhi penggunaan metode penilaian status gizi. Jenis unit sampel yang akan diukur meliputi
individual, rumah tangga/keluarga dan kelompok rawan gizi. Apabila unit
sampel yang akan di ukur adalah kelompok/masyarakat yang rawan gizi secara
keseluruhan maka menggunakan metode antropometri, karena metode ini murah dan
dari segi ilmiah bisa dipertanggungjawabkan
3.
Jenis Informasi yang dibutuhkan.
Pemilihan metode penilaian status gizi sangat tergantung pula dari jenis
informasi yang diberikan. Jenis informasi antara lain : asupan makanan, berat
dan tinggi badan, tingkat hemoglobin dan situasi sosial ekonomi. Apabila
menginginkan informasi tentang asupan makanan, maka metode yang digunakan
adalah survei konsumsi. Jika ingin mengetahui tingkat hemoglobin maka metode
yang digunakan adalah biokimia. Membutuhkan informasi tentang keadaan fisik
(berat badan & tinggi badan) maka metodenya adalah antropometri. Dan
apabila membutuhkan informasi tentang situasi sosial ekonomi, metode yang
digunakan adalah pengukuran faktor ekologi
4.
Tingkat reliabilitas dan akurasi yang dibutuhkan.
Tiap metode penilaian gizi mempunyai tingkat reliabilitas dan akurasi
yang berbeda-beda. Contoh penggunaan metode klinis dalam menilai tingkatan
pembesaran kelenjar gondok adalah sangat subyektif sekali. Penilaian ini
membutuhkan tenaga medis dan paramedis yang terlatih dan mempunyai pengalaman
yang cukup dibidangnya. Berbeda dengan penilaian secara biokimia yang mempunyai
reliabilitas dan akurasi yang sangat tinggi. Oleh karena itu jika ada biaya,
tenaga dan sarana yang mendukung, maka penilaian status gizi dengan biokimia
sangat dianjurkan
5.
Tersedianya fasilitas dan peralatan.
Berbagai jenis fasilitas dan
peralatan yang dibutuhkan dalam penilaian
status gizi. Fasilitas tersebut ada yang mudah didapat ada yang sulit
diperoleh. Umumnya fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan dalam penilaian status gizi secara
antropometri relatif mudah didapat dibanding dengan peralatan penentuan status gizi dengan biokimia.Ketersediaan
tenaga baik jumlah, maupun mutu sangat mempengaruhi penggunaan metode penentuan
status gizi. Jenis tenaga yang
digunakan antara lain ; dokter, ahli kimia dan tenaga lain. Penilaian status gizi secara biokimia
perlu tenaga ahli kimia/analis kimia karena menyangkut berbagai jenis bahan
kimia yang harus dikuasai.
Jika menggunakan cara antropometri
tidak perlu tenaga ahli, tetapi tenaga tersebut cukup dilatih sebelum
menjalankan tugasnya. Kader gizi
di posyandu adalah tenaga gizi
yang tidak ahli tetapi dapat melaksanakan tugas dengan baik, walaupun disana
sini masih terdapat kekurangannya. Tugas utama kader gizi adalah melakukan pengukuran antropometri seperti mengukur
tinngi badan, berat badan dan umur anak. Setelah mendapat data mereka dapat memasukkan
pada KMS dan langsung dapat menginterpretasikan data tersebut.
Penilaian
status gizi
secara klinis membutuhkan tenaga medis (dokter) karena salah satu tugasnya
adalah menginterpretasikan tanda-tanda klinis.Ketersediaan waktu dalam
pengukuran status gizi mempengaruhi metode yang akan digunakan. Waktu yang ada
bisa dalam mingguan, bulanan, tahunan. Apabila kita ingin menilai status gizi di suatu masyarakat dan waktu
yang singkat maka menggunakan metode antropometri. Jika menggunakan metode
biokimia membutuhkan waktu yang lama, biaya, tenaga dan peralatan yang
memadai.Masalah dana juga mempengaruhi jenis metode yang akan digunakan untuk
menilai status gizi. Umumnya
penggunaan metode biokimia relatif mahal dibanding dengan metode lainnya.
Penggunaan metode disesuaikan dengan
tujuan yang ingin dicapai dalain penilaian status gizi. Jadi penilaian metode status penilaian gizi harus
mempertimbangkan faktor tersebut diatas. Faktor-faktor itu tidak bisa berdiri
sendiri tapi saling mengait. Oleh karena itu untuk menentukan metode penilaian
status gizi harus memperhatikan keseluruhan dan mencermati kelebihan dan
kekurangan tiap metode tersebut
Kesimpulan
Status
gizi merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan masyarakat yang
menggambarkan keseimbangan antara keperluan dan pasokan gizi yang
diperoleh.Gizi kurang menyebabkan terpengaruhnya perkembangan mental, jasmani,
dan sebagainya. Faktor yang mempengaruhi status gizi terdiri dari faktor eksternal
dan internal.
Dengan menilai
status gizi seseorang atau sekelompok orang, maka dapat diketahui apakah
seseorang atau sekelompok orang tersebut status gizinya tergolong normal
ataukah tidak normal. Penilaian status gizi ada 2 macam, yaitu penilaian status
gizi secara langsung dan penilaian status gizi secara tidak langsung.
Penilaian
status gizi
secara langsung dapat dibagi menjadi 4 yaitu: Antropometri, klinis, biokimia, biofisik. Pemilihan metode dalam
penilaian status gizi harus sesuai dengan kebutuhan dan sampel yang akan diuji
agar didapatkan hasil yang lebih akurat dan lebih efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Khomsan. 2009. Status Gizi
Balita. www.medicastore.com. (diakses pada 31 Oktober 2015).
Almatsier Sunita. 2004. Prinsip Dasar
ILMU GIZI. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Depkes RI. 2000. Perawatan Bayi Dan
Anak. Edisi 1. Jakarta: Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan.
Hamam Hadi. 2005. Beban Ganda Masalah
Gizi Dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional.
Seminar Kesehatan Nasional. Yogyakarta: CSSG
.
Supariasa. I. D. Bakri. B. Fajar. I. 2002. Penilaian Status Gizi.Penerbit buku Kedokteran: Jakarta.
Zulfah Siti. Wagustina Silvia. Ahmad
Aripin. 2014. Modul Implikasi Gizi Dalam Daur Kehidupan. Banda Aceh: Jurusan
Gizi Politeknik Kesehatan Aceh.
Pinatih, V. R. 2013. Makalah Penilaian
Status Gizi. http://verarokapinatih.blogspot.co.id
/2013/08/makalah-penilaian-status-gizi.html (diakses pada 31 Oktober 2015).
http://nurulilmirh.blogspot.co.id/2015/02/penilaian-status-gizi.html (diakses 1 November 2015)
Tenks to penulis:
Aditya Teguh purnama
Annisa shabrina
Axnesia ikke rianto
Chairunnisa
Marissa agustina
Putri narisa
Riska Octavia
Saufia Lailatur R
Tenks to penulis:
Aditya Teguh purnama
Annisa shabrina
Axnesia ikke rianto
Chairunnisa
Marissa agustina
Putri narisa
Riska Octavia
Saufia Lailatur R
0 Response to "Penilaian status gizi secara langsung. faktor yang mempengaruhi status gizi dan Faktor Yang Perlu Dipertimbangkan dalam Penilaian Status Gizi"
Post a Comment