Makalah Gizi
Penilaian Status Gizi
Secara Tidak Langsung, Survey Konsumsi Pangan
DISUSUN
OLEH
KELOMPOK : 1 (satu)
ANGGOTA :
1.
Cut Dyah Eka Faradila 1406103010033
2.
Marni Rizky Yanti 1406103010015
3.
Nurul A’la 1406103010030
4.
Ramayanti 1406103010016
5.
Zakiyaturridha 1406103010031
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS
SYIAH KUALA
DARUSSALAM-BANDA
ACEH
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
allah SWT. Karena atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
gizi dan kesehtan dalam bentuk makalah. Salawat dan salam marilah kita sanjung sajikan ke
pangkuan baginda Rasulullah SAW. Yang telah membawa umat manusia ke alam yang
terang benderang sebagaimana pendidikan yang kita rasakan saat sekarang ini.
Pada kesempatan ini, kami telah menyelesaikan makalah tentang “Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung, Survey
Konsumsi Pangan”.
Terima kasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing mata
kuliah gizi yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam proses belajar
mengajar. Apabila terdapat kesalahan dalam menyusun makalah ini, penulis mohon maaf
atas hal yang berkenan.
Demikianlah, semoga
makalah ini dapat menjadikan acuan dalam kehidupan dan sebagai pembelajaran lebih baik ke depan
serta bermanfaat bagi penulis sendiri maupun pembaca.
Darussalam, 31
September 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
2.2 Rumusan Masalah
3.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Istilah yang Berhubungan dengan Status Gizi
B. Pengertian Survey Konsumsi Makanan
C. Tujuan Survei Konsumsi Makanan
D. Metode Pengukuran Konsumsi Makanan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan
makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ serta
menghasilkan energi.
Status gizi dapat diartikan sebagai ekspressi dari keadaan keseimbangan dalam
bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk
variabel tertentu. Contoh gondok endemik merupakan keadaan tidak seimbangnya
pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh. Survei diet atau penilaian konsumsi makanan adalah salah satu metode yang
digunakan dalam penentuan status gizi perorangan atau kelompok. Pada awal
tahun empat puluhan survei konsumsi, terutama metode Recall 24
Jam banyak digunakan dalam penelitian kesehatan dan gizi. Di Amerika serikat
survei konsumsi makanan digunakan sebagai salah satu cara dalam penetuan status
gizi (Willet, 1990). Di Indonesia, survei konsumsi sudah sering digunakan dalam
penelitian di bidang gizi.
2.2 Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan penilaian status gizi secara
tidak langsung?
2.
Apa yang dimaksud dengan penilaian konsumsi pangan?
3.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui penilaian status gizi secara tidak
langsung terutama tentang survey makanan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Istilah yang Berhubungan dengan Status Gizi
Gizi (Nutrition)
Gizi adalah suatu proses organisme
menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti,
absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang
tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal
dari organ-organ serta menghasilkan energi.
Keadaan
Gizi
Keadaan akibat dari keseimbangan
antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut,
atau keadaan fisiologik akibaat dari tersedianya zat gizi dalam seluruh tubuh.
Status Gizi (Nutrition Status)
Ekspressi dari keadaan
keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture
dalam bentuk variabel tertentu. Contoh gondok endemik merupakan keadaan tidak
seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh.
Malnutrition
(gizi buruk)
Keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara
relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi.
Ada empat bentuk malnutrisi :
1. Under nutrition: kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau
absolut untuk periode tertentu.
2. Specific defisiency: kekurangan zat gizi tertentu,
misalnya kekurangan vitamin A, yodium, Fe, dan lain-lain.
3. Over nutrition: kelebihan konsumsi pangan untuk periode
tertentu.
4. Imbalance: karena disprsi zat gizi, misalnya: kolestrol
terjadi karena tidak seimbangnya LDL (Low Density Lipoprotein), HDL (High
Density Lipoprotein) dan VLDL (Very Low Density Lipoprotein).
Kurang Energi Protein (KEP)
Kurang energi protein
adlaha seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi
energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan atau gangguan penyakit
tertentu. Anak disebut KEP apabila berat badannya kurang dari 80% indeks berat
badan menurut umur (BB/U) baku WHO-NCHS.
KEP merupakan defisiensi gizi (energi dan protein) yang paling berat dan
meluas terutama pada balita. Pada umumnya penederita KEP berasal
dari keluarga yang berpenghasilan rendah
Penilaain
status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu: survei konsumsi
makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Pengertian dan penggunaan metode
iniakan diuraikan sebagai berikut.
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak
langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
Penggunaannya berupa pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan
gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan
individu. Survey ini dapat mengidentifikasikan kelebihan
dan kekurangan zat gizi.
B. Pengertian Survey Konsumsi Makanan
Survei diet atau
penilaian konsumsi makanan adalah salah satu metode yang digunakan dalam
penentuan status gizi perorangan atau kelompok. Pada awal tahun empat puluhan
survei konsumsi, terutama metode Recall 24 Jam banyak
digunakan dalam penelitian kesehatan dan gizi. Di Amerika serikat survei
konsumsi makanan digunakan sebagai salah satu cara dalam penetuan status gizi
(Willet, 1990). Di Indonesia, survei konsumsi sudah sering digunakan dalam
penelitian di bidang gizi.
Banyak pengalaman membuktikan bahwa dalam
melakukan penilaian konsumsi makanan (survei dietetik) banyak terjadi bias
tentang hasil yang diperoleh. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara
lain: ketidaksesuaian dalam menggunakan alat ukur, waktu pengumpulan data yang
tidak tepat, instrumen tidak sesuai dengan tujuan, ketelitian alat timbang
makanan, kemampuan petugas pengumpulan data, daya ingat responden, daftar
komposisi makanan yang digunakan tidak sesuai dengan makanan yang dikonsumsi responden
dan interpretasi hasil yang kurang tepat.
Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang baik
tentang cara-cara melakukan survei konsumsi makanan, baik untuk individu,
kelompok maupun rumah tangga. Walaupun data konsumsi makanan sering digunakan
sebagai salah satu metode penentuan status gizi, sebenarnya survei konsumsi
tidak dapat menentukan status gizi seseorang atau masyarakat secara langsung.
Hasil survei hanya dapat digunakan sebagai bukti awal akan kemungkinan
terjadinya kekurangan gizi pada seseorang. Status gizi adalah merupakan hasil
akhir dari keseimbangan antara makanan yang masuk ke dalam tubuh (nutrient
input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output) akan
zat gizi tersebut.
Kebutuhan tubuh akan zat gizi ditentukan oleh
banyak faktor, antara lain: tingkat metabolisme basal, tingkat pertumbuhan,
aktivitas fisik, dan faktor yang bersifat relatif yaitu: gangguan
pencernaan (ingestion), perbedaan daya serap (absorption), tingkat
penggunaan (utilization), dan perbedaan pengeluaran dan penghancuran (excretion
and destruction) dari zat gizi tersebut dalam tubuh.
C. Tujuan Survei Konsumsi Makanan
¯
Tujuan Umum
Secara umum survei konsumsi makanan
dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan
bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga dan perorangan
serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut.
¯
Tujuan Khusus
Secara lebih khusus,
survei konsumsi digunakan untuk berbagai macam tujuan antara lain:
1.
Menentukan tingkat
kecukupan konsumsi pangan nasional dan kelompok masyarakat..
2.
Menentukan status
kesehatan dan gizi keluarga dan individu.
3.
Menentukan pedoman
kecukupan makanan dan program pengadaan pangan.
4.
Sebagai dasar
perencanaan dan program pengembangan gizi.
5.
Sebagai sarana pendidikan
gizi masyarakat, khususnya golongan yang berisiko tinggi mengalami kekurangan
gizi.
6.
Menentukan
perundang-undangan yang berkenaan dengan makanan, kesehatan dan gizi
masyarakat.
D. Metode Pengukuran Konsumsi Makanan
1.
Metode Pengukuran Konsumsi Makanan Berdasarkan Jenis
Data Yang Diperoleh
Berdasarkan jenis data yang diperoleh, maka
pengukuran konsumsi makanan menghasilkan dua jenis data konsumsi,
yaitu bersifat kualitatif dan kuantatif.
ü
Metode kualitatif
Metode yang bersifat
kualitatif biasanya untuk mengetahui frekuensi makan, frekuensi konsumsi
menurut jenis bahan makanan dan menggali informasi tentang kebiasaan
makan (food habits) serta cara-cara memperoleh bahan makanan
tersebut.
Metode-metode
pengukuran konsumsi makanan bersifat kualitatif antara lain:
a.
Metode frekuensi
makanan (Food Frequency)
b.
Metode dietary
history
c.
Metode telepon
d.
Metode pendaftaran
makanan (food list)
ü Metode Kuantitatif
Metode secara kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui jumlah makanan
yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan menggunakan
Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau daftar lain yang diperlukan seperti
Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT), Daftar Konversi Mentah-Masak (DKMM) dan
Daftar Penyerapan Minyak.
Metode-metode untuk pengukuran konsumsi secara
kuantitatif antara lain:
1.
Metode recall 24
jamPerkiraan makanan (estimated food records)
2.
Penimbangan
makanan (food weighing)
3.
Metode food account
4.
Metode
inventaris (inventory method)
5.
Pencatatan (household
food records)
ü
Metode Kualitatif dan Kuantitatif
Beberapa metode pengukuran bahkan
dapat menghasilkan data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Metode
tersebut antara lain:
a.
Metode recall 24
jam
b.
Metode riwayat
makan (dietary history)
2.
Metode Pengukuran
Konsumsi Makanan Berdasarkan Sasaran Pengamatan Atau Pengguna
Tingkat Nasional
Untuk menghitung tingkat konsumsi masyarakat dan
perkiraan kecukupan persediaan makanan secara nasional pada suatu wilayah atau
negara dilakukan dengan cara Food Balance Sheet (FBS).
Langkah-langkah perhitungan FBS:
-
Menghitung kapasitas
produksi makanan dalam satu tahun (berasal dari persediaan/cadangan, produksi
dan impor bahan makanan dari negara atau wilayah lain). Dikurangi dengan
pengeluaran untuk bibit, ekspor, kerusakan pascapanen dan transportasi, diberikan
untuk makanan ternak dan untuk cadangan.
-
Jumlah makanan yang
ada tersebut dibagi dengan jumlah penduduk.
-
Diketahui
ketersediaan makanan per kapita per tahun secara nasional. Data Food
Balance Sheet tidak dapat memberikan informasi tentang distribusi dari
makanan yang tersedia tersebut untuk berbagai daerah, apalagi gambaran
distribusi di tingkat rumah tangga atau perorangan. Selain itu juga tidak
menggambarkan perkiraan konsumsi pangan masyarakat berdasarkan status ekonomi,
keadaan ekologi, keadaan musim dan sebagainya. Oleh karena itu FBS tidak boleh
dipakai untuk menentukan status gizi masyarakat suatu negara atau wilayah.
Berdasarkan kegunaannya, data FBS dapat dipakai
untuk:
1.
Menentukan
kebijaksanaan di bidang petanian seperti produksi bahan makanan dan distribusi.
2.
Memperkirakan pola
konsumsi masyarakat.
3.
Mengetahui perubahan
pola konsumsi masyarakat.
Tingkat Rumah Tangga
Konsumsi makanan
rumah tangga adalah makanan dan minuman yang tersedia untuk dikonsumsi oleh
anggota keluarga atau institusi.
Metode pengukuran
konsumsi makanan untuk keluarga atau rumah tangga adalah sebagai berikut:
1.
Pencatatan (food
account)
2.
Metode
pendaftaran (food list)
3.
Metode
inventaris (inventory method)
4.
Pencatatan makanan
rumah tangga (household food record)
5.
Metode Telepon
1.
Metode
Pencatatan (Food Account)
Metode pencatatan
dilakukan dengan cara keluarga mencatat setiap hari semua makanan yang dibeli,
diterima dari orang lain ataupun dari hasil produksi sendiri. Jumlah makanan
dicatat dalam URT, termasuk harga eceran bahan makanan tersebut. Cara ini tidak
memperhitungkan makanan cadangan yang ada di rumah tangga dan juga tidak
memperhatikan makanan dan minuman yang dikonsumsi di luar rumah dan rusak,
terbuang/tersisa atau diberikan pada binatang piaraan. Lamanya pencatatan
umumnya tujuh, hari (Gibson, 1990). Pencatatan dilakukan pada formulir tertentu
yang telah dipersiapkan.
Langkah-langkah pencatatan (food
account)
Keluarga mencatat
seluruh makanan yang masuk ke rumah yang berasal dari berbagai sumber tiap hari
dalam URT (ukuran rumah tangga) atau satuan ukuran volume atau berat.
o
Jumlahkan
masing-masing jenis bahan makanan tersebut dan konversikan kedalam ukuran berat
setiap hari.
o
Hitung rata-rata
perkiraan penggunaan bahan makanan setiap hari.
Kelebihan metode
pencatatan (food account):
ü Cepat dan relatif murah.
ü Dapat diketahui tingkat ketersediaan bahan
makanan keluarga pada periode tertentu
ü Dapat diketahui daya beli keluarga terhadap
bahan makanan
ü Dapat menjangkau responden lebih banyak.
ü Kekurangan metode pencatatan (food
account):
ü Kurang teliti, sehingga tidak dapat
menggambarkan tingkat konsumsi rumah tangga.
ü Sangat tergantung pada kejujuran responden untuk
melaporkan/mencatat makanan dalam keluarga.
2.
Metode Pendaftaran
Makanan (Food List Method)
Metode pendaftaran
ini dilakukan dengan menanyakan dan mencatat seluruh bahan makanan yang
digunakan keluarga selama periode survei dilakukan (biasanya 1-7 hart).
Pencatatan dilakukan berdasarkan jumlah bahan makanan yang dibeli, harga dan
nilai pembeliannya, termasuk makanan yang dimakan anggota keluarga diluar
rumah. Jadi data yang diperoleh merupakan taksiran/perkiraan dart responden.
Metode ini tidak memperhitungkan bahan makanan yang terbuang, rusak atau
diberikan pada binatang piaraan.
Jumlah bahan makanan diperkirakan dengan ukuran
berat atau URT. Selain itu dapat dipergunakan alat bantu sepertifood
model atau contoh lainnya (gambargambar, contoh bahan makanan aslinya
dan sebagainya) untuk membantu daya ingat responden.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara
yang dibantu dengan formulir yang telah disiapkan, yaitu kuesioner terstruktur
yang memuat daftar bahan makanan utama yang digunakan keluarga. Karena data
yang diperoleh merupakan taksiran atau perkiraan maka data yang diperoleh
kurang teliti.
Langkah-langkah metode pendaftaran makanan:
o
Catat semua jenis
bahan makanan atau makanan yang masuk ke rumah tangga kedalam URT berdasarkan
jawaban dart responden selama periode survei.
o
Catat jumlah makanan
yang dikonsumsi masing-masing anggota keluarga baik dirumah maupun diluar rumah
o
Jumlahkan semua bahan
makanan yang diperoleh.
o
Catat umur dan jenis
kelamin anggota keluarga yang ikut makan.
o
Hitung rata-rata
perkiraan konsumsi bahan makanan sehari untuk keluarga.
o
Bila ingin mengetahui
perkiraan konsumsi per kapita, dibagi dengan jumlah anggota keluarga.
Kelebihan metode
pendaftaran:
ü Relatif murah, karena hanya membutuhkan waktu
yang singkat.
Kekurangan metode
pendaftaran:
ü
Hasil yang diperoleh
kurang teliti karena berdasarkan estimasi atau perkiraan.
ü
Sangat subyektif,
tergantung kejujuran dari responden.
ü
Sangat bergantung
pada daya ingat responden.
3.
Metode
Inventaris (Inventory Method)
Metode inventaris ini
juga sering disebut log book method. Prinsipnya dengan caranya
menghitung/mengukur semua persediaan makanan di rumah tangga (berat dan
jenisnya) mulai dari awal sampai akhir survei. Semua makanan yang diterima,
dibeli dan dari produksi sendiri dicatat dan dihitung/ditimbang setiap hari
selama periode pengumpulan data (biasanya sekitar satu minggu). Semua makanan
yang terbuang, tersisa dan busuk selama penyimpanan dan diberikan pada orang
lain atau binatang peliharaan juga diperhitungkan. Pencatatan dapat dilakukan
oleh petugas atau responden yang sudah mampu/telah dilatih dan tidak buta huruf
(Gibson, 1990).
Langkah metode inventaris:
o
Catat dan
timbang/ukur semua jenis bahan makanan yang ada di rumah pada hari pertama
survei.
o
Catat dan ukur semua
jenis bahan makanan yang diperoleh (dibeli, dari kebun,
pemberian orang lain dan makan di luar rumah) keluarga selama hari survei.
pemberian orang lain dan makan di luar rumah) keluarga selama hari survei.
o
Catat dan ukur semua
bahan makanan yang diberikan kepada orang lain, rusak, terbuang dan sebagainya
selama hari survei.
o
Catat dan ukur semua
jenis bahan makanan yang ada di rumah pada hari terakhir survei.
o
Hitung berat bersih
dari tiap-tiap bahan makanan yang digunakan keluarga selama periode survei
o
Catat pula jumlah
anggota keluarga dan umur masing-masing yang ikut makan
o
Hitung rata-rata
perkiraan konsumsi keluarga atau konsumsi perkapita dengan membagi konsumsi keluarga
dengan jumlah anggota keluarga.
Peralatan yang diperlukan dalam metode
inventaris antara lain:
Kuesioner
Peralatan atau alat
timbang.
Ukuran rumah tangga.
Kelebihan dari metode
inventaris:
ü Hasil yang diperoleh lebih akurat, karena
memperhitungkan adanya sisa dari makanan, terbuang dan rusak selama survei
dilakukan.
Kekurangan metode
inventaris:
ü Petugas hams terlatih dalam menggunakan alat
ukur dan formulir pencatatan.
ü Tidak cocok untuk responden yang buta huruf,
bila pencatatan dilakukan oleh responden.
ü Memerlukan peralatan sehingga biaya relatif
lebih mahal.
ü Memerlukan waktu yang relatif lama
4.
Pencatatan Makanan
Rumah Tangga (Household Food Record)
Pengukuran dengan
metode household food record ini dilakukan sedikitnya dalam
periode satu minggu oleh responden sendiri. Dilaksanakan dengan menimbang
atau mengukur dengan URT seluruh makanan yang
ada di rumah, termasuk cara pengolahannya. Biasanya tidak memperhitungkan sisa
makanan yang terbuang dan dimakan oleh binatang piaraan. Metode ini dianjurkan
untuk tempat/daerah, dimana tidak banyak variasi penggunaan bahan makanan
dalam keluarga dan masyarakatnya sudah bisa membaca dan menulis.
Langkah-langkah metode household food
record:
o
Responden mencatat
dan menimbang/mengukur semua makanan yang dibeli dan diterima oleh keluarga
selama penelitian (biasanya satu minggu)
o
Mencatat dan
menimbang/mengukur semua makanan yang dimakan keluarga, termasuk sisa dan
makanan yang dimakan oleh tamu.
o
Mencatat makanan yang
dimakin anggota keluarga di luar rumah.
o
Hitung rata-rata
konsumsi keluarga atau konsumsi perkapita.
Kelebihan
metode household food record:
ü Hasil yang diperoleh lebih akurat, bila
dilakukan dengan menimbang makanan a Dapat dihitung intake zat gizi keluarga.
Kekurangan
metode household food record:
ü
Terlalu membebani
responden.
ü
Memerlukan biaya
cukup mahal, karena responden harus dikunjungi lebih sering.
ü
Memerlukan waktu yang
cukup lama.
ü
Tidak cocok until
responden yang buta huruf.
5.
Metode Telepon
Dewasa ini survei
konsumsi dengan metode telepon semakin banyak digunakan terutama untuk daerah
perkotaan dimana sarana komunikasi telepon sudah cukup tersedia. Untuk negara
berkembang metode ini belum banyak dipergunakan karena membutuhkan biaya yang
cukup mahal untuk jasa telepon.
Langkah-langkah metode telepon:
o
Petugas melakukan
wawancara terhadap responden melalui telpon tentang persediaan makanan yang
dikonsumsi keluarga selama periode survei
o
Hitung persediaan
makanan keluarga berdasarkan hasil wawancara melalui telepon tersebut
o
Tentukan pola konsumsi
keluarga.
Kelebihan metode
telepon :
ü Relatif cepat, karena tidak harus mengunjungi
responden
ü Dapat mencakup responden lebih banyak
Kekurangan metode
telepon:
ü Biaya relatif mahal untuk rekening telpon
ü Sulit dilakukan untuk daerah yang belum
mempunyai jaringan telpon
ü Dapat menyebabkan terjadinya kesalahan
interpretasi dari hasil informasi yang diberikan responden
ü Sangat tergantung pada kejujuran dan motivasi
serta kemampuan responden untuk menyampaikan makanan keluarganya.
Tingkat Individu atau Perorangan
Metode pengukuran konsumsimakanan untuk
individu, antara lain:
§ Metode recall 24 jam.
§ Metode dietary history
§ Metode frekuensi makanan (food
frequency)
§ Metode estimated food records
§ Metode penimbangan makanan (food
weighing)
a.
Metode Food
Recall 24 Jam
Prinsip dari
metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan
jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang la1u.
Dalam metode ini,
responden, ibu atau pengasuh (bila anak masih kecil) disuruh menceritakan semua
yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu (kemarin). Biasanya dimulai
sejak ia bangun pagi kemarin sampai dia istirahat tidur malam harinya, atau
dapat juga dimulai dari waktu saat dilakukan wawancara mundur ke belakang
sampai 24 jam penuh. Misalnya, petugas datang pada pukul 07.00 ke rumah
responden, maka konsumsi yang ditanyakan adalah mulai pukul 07.00 (saat itu)
dan mundur ke belakang sampai pukul 07.00, pagi hari sebelumnya. Wawancara
dilakukan oleh petugas yang sudah terlatih dengan menggunakan kuesioner terstruktur.
Hal penting yang perlu diketahui adalah bahwa
dengan recall 24 jam data yang diperoleh cenderung lebih
bersifat kualitatif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data kuantitatif, maka
jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan
alat URT (sendok, gelas, piring dan lain-lain) atau ukuran lainnya yang biasa
dipergunakan sehari-hari.
Apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1×24
jam), maka data yang diperoleh kurang representatif untuk menggambarkan
kebiasaan makanan individu. Oleh karena itu, recall 24 jam
sebaiknya dilalakukan berulang-ulang dan harinya tidak berturut-turut.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 2
kali recall 24 jam tanpa berturut-turut, dapat menghasilkan
gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar
tentang intake.harian individu (Sanjur, 1997).
Langkah-langkah pelaksanaan recall 24
jam:
o
Petugas atau
pewawancara menanyakan kembali dan mencatat semua makanan dan minuman yang
dikonsumsi responden dalam ukuran rumah tangga (URT)
o
Selama kurun waktu 24
jam yang lalu. Dalam membantu responden mengingat apa yang dimakan, perlu
diberi penjelasan waktu kegiatannya seperti waktu baru bangun, setelah
sembahyang, pulang dari sekolah/bekerja, sesudah tidur siang dan sebagainya.
Selain dari makanan utama, makanan kecil atau jajan juga dicatat. Termasuk
makanan yang dimakan di luar rumah seperti di restoran, di kantor, di rumah
teman atau saudara. Untuk masyarakat perkotaan komsumsi tablet yang mengandung
vitamin dan mineral juga dicatat serta adanya pemberian tablet besi atau kapsul
vitamin A.
o
Petugas melakukan
konversi dari URT ke dalam ukuran berat (gram). Dalam menaksir/memperkirakan ke
dalam ukuran berat (gram) pewawancara menggunakan berbagai alat bantu seperti contoh
ukuran rumah tangga (piring, gelas, sendok, dan lain-lain) atau model dari
makanan (food model). Makanan yang dikonsumsi dapat dihitung
dengan alat bantu ini atau dengan menimbang langsung contoh makanan yang akan
dimakan berikut informasi tentang komposisi makanan jadi.
o
Menganalisis bahan
makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan
(DKBM).
o
Membandingkan dengan
Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (DKGA) atau Angka Kecukupan Gizi (AKG)
untuk Indonesia.
o
Agar wawancara berlangsung
secara sistematis, perlu disiapkan kuesioner sebelumnya sehingga wawancara
terarah menurut urut-urutan waktu dan pengelompokan bahan makanan. Urutan
waktu makan sehari dapat disusun berupa makan pagi, siang, malam dan snack
serta makanan jajanan.
o
Pengelompokan bahan
makanan dapat berupa makanan pokok, sumber protein nabati, sumber protein
hewani, sayuran, buah-buahan dan lain-lain. Contoh kuesioner recall 24
jam dapat dilihat pada Lampiran.
Kelebihan
metode recall 24 jam:
ü Mudah melaksanakannya serta tidak terlalu
membebani responden.
ü Biaya relatif murah, karena tidak memerlukan
peralatan khusus dan tempat yang luas untuk wawancara.
ü Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden.
ü Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf.
ü Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar
dikonsumsi individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari.
Kekurangan
metode recall 24 jam:
ü Tidak dapat menggambarkan asupan makanan setiari
hari, bila hanya dilakukan recall satu hari.
ü Ketepatannya sangat tergantung pada daya ingat
responden. Oleh karena itu responden hams mempunyai daya ingat yang baik,
sehingga metode ini tidak cocok dilakukan pada anak usia di bawah 7 tahun,
orang tua berusia di atas 70 tahun dan orang yang hilang ingatan atau orang
yang pelupa.
ü The flat slope syndrome, yaitu kecenderungan bagi responden yang kurus
untuk melaporkan konsumsinya lebih banyak (over estimate) dan
bagi responden yang gemuk cenderung melaporkan lebih sedikit (under
estimate).
ü Membutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih
dan terampil dalam menggunakan alat-alat bantu URT dan ketepatan alat bantu
yang dipakai menurut kebiasaan masyarakat. Pewawancara harus dilatih untuk
dapat secara tepat menanyakan apa-apa yang dimakan oleh responden, dan mengenal
cara-cara pengolahan makanan serta pola pangan daerah yang akan diteliti secara
umum.
ü Responden harus diberi motivasi dan penjelasan
tentang tujuan dari penelitian. Untuk mendapat gambaran konsumsi makanan
sehari-hari recall jangan dilakukan pada saat panen, hari
pasar, hari akhir pekan, pada saat melakukan upacara-upacara keagamaan,
selamatan dan lain-lain.
ü Karena keberhasilan metode recall 24
jam ini sangat ditentukan oleh daya ingat responden dan kesungguhan serta
kesabaran dari pewawancara, maka untuk dapat meningkatkan mutu data recall 24
jam dilakukan selama beberapa kali pada hari yang berbeda (tidak
berturut-turut), tergantung dari variasi menu keluarga dari hari ke hari.
b.
Metode Estimated
Food Records
Metode ini disebut
juga food records atau diary records, yang
digunakan untuk mencatat jumlah yang dikonsumsi. Pada metode ini responden
diminta untuk mencatat semua yang is makan dan minum setiap kali sebelum makan
dalam Ukuran Rumah Tangga (URT) atau menimbang dalam ukuran berat (gram) dalam
periode tertentu (2-4 hari berturut-turut), termasuk cara persiapan dan
pengolahan makanan tersebut.
Langkah-langkah pelaksanaan food record:
o
Responden mencatat
makanan yang dikonsumsi dalam URT atau gram (nama masakan, cara persiapan dan
pemasakan bahan makanan).
o
Petugas
memperkirakan/estimasi URT ke dalam ukuran berat (gram) untuk bahan makanan
yang dikonsumsi tadi.
o
Menganalisis bahan
makanan ke dalam zat gizi dengan DKBM.
o
Membandingkan dengan
AKG.
o
Metode ini dapat
memberikan informasi konsumsi yang mendekati sebenarnya (true intake) tentang
jumlah energi dan zat gizi yang dikonsumsi oleh individu.
Kelebihan metode estimated food records:
ü Metode ini relatif murah dan cepat.
ü Dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar.
ü Dapat diketahui konsumsi zat gizi sehari.
ü Hasilnya relatif lebih alcurat
Kekurangan
metode estimated food records:
ü Metode ini terlalu membebani responden, sehingga
sering menyebabkan responden merubah kebiasaan makanannya.
ü Tidak cocok untuk responden yang buta huruf.
ü Sangat tergantung pada kejujuran dan kemampuan
responden dalam mencatat dan memperkirakan jumlah konsumsi.
c.
Penimbangan
Makanan (Food Weighing)
Pada metode
penimbangan makanan, responden atau petugas menimbang dan mencatat seluruh
makanan yang dikonsumsi responden selama 1 hari.
Penimbangan makanan ini biasanya berlangsung
beberapa hari tergantung dari tujuan, dana penelitian dan tenaga yang tersedia.
Contoh kuesioner penimbangan makanan dapat dilihat pada Lampiran.
Langkah-langkah pelaksanaan penimbangan makanan:
o
Petugas/responden
menimbang dan mencatat bahan makanan/makanan yang dikonsumsi dalam gram.
o
Jumlah bahan makanan
yang dikonsumsi sehari, kemudian dianalisis dengan menggunakan DKBM atau DKGJ
(Daftar Komposisi Gizi Jajanan).
o
Membandingkan
hasilnya dengan Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (AKG). Perlu diperhatikan disini
adalah, bila terdapat sisa makanan setelah makan maka perlu juga ditimbang sisa
tersebut untuk mengetahui jumlah sesungguhnya makanan yang dikonsumsi.
Kelebihan metode
penimbangan yaitu data yang diperoleh
lebih akurat/teliti.
Kekurangan metode
penimbangan:
ü Memerlukan waktu dan cukup mahal karena perlu
peralatan.
ü Bila penimbangan dilakukan dalam periode yang
cukup lama, maka responden dapat merubah kebiasaan makan mereka.
ü Tenaga pengumpul data harus terlatih dan
trampil.
ü Memerlukan kerjasama yang baik dengan responden.
d.
Metode Riwayat Makan (Dietary History
Method)
Metode ini bersifat
kualitatif ‘carena memberikan gambaran pola konsumsi berdasarkan pengamatan
dalam w aktu yang cukup lama (bisa 1 minggu, 1 bulan, 1 tahun). Burke (1947)
menyatakan bahwa metode ini terdiri dari tiga komponen, yaitu:
1.
Komponen pertama
adalah wawancara (termasuk recall 24 jam), yang mengumgulkan
data tentang apa saja yang dimakan responden selama 24 jam terakhir.
2.
Komponen kedua adalah
tentang frekuensi penggunaan dari sejumlah bahan makanan dengan memberikan
daftar(check list) yang sudah disiapkan, untuk mengecek kebenaran
dari recall 24 jmn tadi.
3.
Komponen ketiga
adalah pencatatan konsumsi selama 2-3 hari sebagai cek Wang.
Langkah-langkah metode riwayat makan:
o
Petugas menanyakan
kepada responden tentang pola kebiasaan makannya. Variasi makan
pada hari-hari khusus seperti hari libur, dalam keadaan sakit dan sebagainya
juga dicatat. Termasuk jenis makanan, frekuensi penggunaan, ukuran porsi dalam
URT serta cara memasaknya (direbus, digoreng, dipanggang dan sebagainya).
o
Lakukan pengecekan
terhadap data yang diperoleh dengan cara mengajukan pertanyaan
untuk kebenaran data tersebut.
o
Hal yang perlu
mendapat perhatian dalam pengumpulan data adalah keadaan musim-musim tertentu
dan hari-hari istimewa seperti hari pasar, awal bulan, hari raya dan
sebagainya. Gambaran konsumsi pada hari-hari tersebut hams dikumpulkan.
Kelebihan metode
riwayat makan:
ü Dapat memberikan gambaran konsumsi pada periode
yang panjang secara kualitatif dan kuantitatif.
ü Biaya relatif murah.
ü Dapat digunakan di klinik gizi untuk membantu
mengatasi masalah kesehatan yang berhubungan dengan diet pasien.
Kekurangan metode
riwayat makan:
ü Terlalu membebani pihak pengumpul data dan
responden.
ü Sangat sensitif dan membutuhkan pengumpul data
yang sangat terlatih.
ü Tidak cocok dipakai untuk survei-survei besar.
ü Data yang dikumpulkan lebih bersifat kualitatif.
ü Biasanya hanya difokuskan pada makanan khusus,
sedangkan variasi makanan sehari-hari tidak diketahui.
e.
Metode Frekuensi Makanan (Food
Frequency)
Metode frekuensi
makanan adalah untu–k memperoleh data tentang frekuensi konsumsi
sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari,
minggu, bulan atau tahun. Selain itu dengan metode frekuensi makanan dapat
memperoleh gambaran pola konsumsi bahan makanan secara kualitatif, tapi karena
periode pengamatannya lebih lama dan dapat membedakan individu berdasarkan
ranking tingkat konsumsi zat gizi, maka cara ini paling sering digunakan dalam
penelitian epidemiologi gizi.
Kuesioner frekuensi makanan memuat tentang
daftar bahan makanan atau makanan dan frekuensi penggunaan makanan tersebut
pada periode tertentu. Bahan makanan yang ada dalam daftar kuesioner tersebut
adalah yang dikonsumsi dalam frekuensi yang cukup sering oleh responden.
Langkah-langkah Metode frekuensi makanan:
Responden diminta untuk memberi tanda pada
daftar makanan yang tersedia pada kuesioner mengenai frekuensi
penggunaannya dan ukuran porsinya.
Langkah-langkah Metode frekuensi makanan,
Supariasa (2001):
1.
Responden diminta
untuk memberi tanda pada daftar yang tersedia pada kuesioner mengenai frekuensi
penggunaannya dan ukuran porsinya.
2.
Lakukan rekapitulasi
tentang frekuensi penggunaan jenis-jenis bahan makanan terutama bahan makanan
yang merupakan sumber-sumber zat gizi tertentu selama periode tertentu pula.
Kelebihan Metode Frekuensi Makanan (Food
Frequency)
Menurut Supariasa (2001), Metode Frekuensi
Makanan mempunyai beberapa kelebihan, antara lain:
1.
Relatif murah dan
sederhana
2.
Dapat dilakukan
sendiri oleh responden
3.
Tidak membutuhkan
latihan khusus
4.
Dapat membantu untuk
menjelaskan hubungan antara penyakit dan kebiasaan makan
Kekurangan Metode Frekuensi Makanan (Food
Frequency)
Menurut Supariasa (2001), Metode Frekuensi
Makanan juga mempunyai beberapa kekurangan, antara lain:
1.
Tidak dapat untuk
menghitung intake zat gizi sehari
2.
Sulit mengembangkan
kuesioner pengumpulan data
3.
Cukup menjemukan bagi
pewawancara
4.
Perlu percobaan
pendahuluan untuk menentukan jenis bahan makanan yang akan masuk dalam daftar
kuesioner
5.
Responden harus jujur
dan mempunyai motivasi tinggi
DAFTAR PUSTAKA
Tejasari.
2005. Nilai-nilai Gizi Pangan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Nyoman. Dewa. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta:
EGC
Departemen
FKM UI. 2008. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada