PENILAIAN STATUS GIZI SECARA LANGSUNG
: ANTROPOMETRI DAN KLINIS
2.1 Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh
manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan
dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari
berbagai tingkat umur dan tingkat gizi
Antropometri digunakan untuk menilai dan memprediksi
status gizi, performan, kesehatan dan kelangsungan hidup seseorang dan
merefleksikan keadaan sosial ekonomi atau kesejahreraan penduduk. Antropometri
merupakan pengukuran status gizi yang sangat luas digunakan. Alasan
penggunaan antropometri yang luas tersebut adalah :
1.
Kehandalannya
dalam menilai dan memprediksi status gizi dan masalah kesehatan dan sosial
ekonomi.
2.
Mudah
digunakan dan relatif tidak mahal.
3.
Alat
ukur yang non-invasive (tidak membuat trauma bagi orang yang diukur).
Antropometri secara umum
digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.
Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi
jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
2.1.1 Jenis Parameter
Antropometri sebagai indikator
status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter
adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain: umur, berat badan, berat
badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar
pinggul, dan tebal lemak di bawah kulit. Di bawah ini akan di uraikan parameter
itu.
1.
Umur
Faktor umur sngat penting dalam
penentuan gizi. Kesalahan penentuan umur dapat menyebabkan interpretasi status
gizi menjadi salah. Hasil pengeukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat,
menjadi tidak berarti, bila tidak di sertai dengan penentuan umur yang tepat.
Menurut Puslitbang gizi bogor (1980), batasan umur di yang digunakan adalah tahun umur penuh (completed
year) dan untuk anak umur 0-2 tahun
digunakan bulan usia penuh (completed mounth) contohnya tujuh tahun dua bulan
di hitung tujuh tahun dan empat bulan lima hari dihitung empat bulan.
2.
Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang
terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir. Berat badan
digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau BBLR (Berat Badan Lahir Rendah).
Di katakana BBLR apabila berat bayi lahir di bawah 2,5 kg. Pada masa bayi
sampai balita, berat badan dapat di pergunakan untuk melihat laju pertumbuhan
fisik maupun status gizi kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi,
aistes, edema, dan adanya tumor.
Berat badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air,
dan mineral pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat, dan
protein otot menurun. Pada orang yang edema dan asites terjadi penambahan
cairan dalam tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot,
khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi.
3.
Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi
keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan
tepat. Disamping itu tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting, karena
dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan (Quac
stick), factor umum dapat
dikesampingkan. Pengukuran tinggi badan untuk anak balita yang sudah dapat
berdiri dilakukan dengan alat pengukur tinggi mikrotoa (microtoise) yang mempunyai ketelitian 0,1
cm.
4.
Lingkar Lengan Atas
Lingkar lengan atas (LLA)
merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah
dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh dengan harga yang
lebih murah. Akan tetapi ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian,
terutama jika diguanakan sebagai pilihan tunggal untuk indeks status gizi. Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang
keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit.
Alat yang digunakan merupakan suatu pita pengukur yang terbuat dari
Fiberglass atau jenis kertas tertentu berlapis plastik. Cara mengukur :
·
Yang diukur ialah pertengahan lengan
atas sebelah kiri. Pertengahan ini dihitung jarak dari siku sampai batas lengan
dan kemudian dibagi dua.
·
Lengan dalam keadaan bergantung
bebas, tidak tertutup kain/pakaian.
·
Pita dilingkarkan pada pertengahan
lengan tersebut sampai cukup terukur keliling lingkar lengan, tetapi pita
jangan terlalu kuat ditarik atau terlalu longgar.
5.
Lingkar Kepala
Lingkar kepala
adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak secara praktis, yang
biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau peningkatan
ukuran kepala. Contoh yang sering digunakan adalah kepala besar (Hidrosefalus)
dan kepala kecil (Mikrosefalus).
Lingkar kepala terutama dihubungkan dengan ukuran otak
dan tulang tengkorak. Ukuran otak meningkat secara cepat selama tahun pertama,
akan tetapi besar lingkar kepala tidak menggambarkan keadaan kesehatan dan
gizi. Bagaimanapun juga ukuran otak dan lapisan tulang kepala dan tengkorak
dapat bervariasi sesuai dengan keadaan gizi. Alat yang sering
digunakan dibuat dari serat kaca (Fiberglass) dengan lebar kurang dari 1 cm,
fleksibel, tidak mudah patah. Pengukuran sebaiknya dibuat mendekati 1 desimal.
Caranya dengan melingkarkan pita pada kepala.
6.
Lingkar Dada
Biasanya dilakukan pada anak
yang berumur 2 sampai 3 tahun, karena rasio lingkar kepala dan lingkar dada
sama pada umur 6 bulan. Setelah umur ini, tulang tengkorak tumbuh secara lambat
dan pertumbuhan dada lebih cepat. Umur antara 6 bulan dan 5 tahun, rasio
lingkar kepala dan dada adalah kurang dari satu, hal ini dikarenakan akibat
kegagalan perkembangan dan pertumbuhan, atau kelemahan otot dan lemak pada
dinding dada. Ini dapat digunakan sebagai indikator dalam menentukan KEP pada
anak balita.
Alat yang digunakan adalah pita kecil, tidak mudah
patah biasanya terbuat dari serat kaca (Fiberglass). Pengukurang dilakukan pada
garis putting susu. Masalah yang sering dijumpai adalah mengenai akurasi
pengukuran (pembacaan), karena pernapasan anak yang tidak teratur. Pengukuran
sebaiknya dibuat mendekati 1 desimal.
7.
Jaringan Lunak
Otak, hati, jantung, dan organ dalam lainnya merupakan
bagian yang cukup besar dari berat badan, tetapi relatif tidak berubah beratnya
pada anak malnutrisi. Otot dan lemak merupakan jaringan lunak yang sangat
bervariasi pada penderita KEP. Antropometri jaringan dapat dilakukan pada kedua
jaringan tersebut dalam pengukuran status gizi di masyarakat. Teknik pengukurannya dengan
mengukur dengan menggunakan lipatan kulit (skin-fold) terdiri dari 2 lapisan
yaitu lapisan kulit dan lemak sub-kutan. Untuk tempat pengukuran tergantung
dari tujuan penelitian, umur yang akan diperiksa (distribusi lemak berbeda
menurut umur), seks, ketelitian daerah yang akan diukur, ketebalannya relative
sama dari lapisan kulitdan lemak, mudah dilaksanakan dengan sopan, sebaiknya
diukur bagian-bagian tubuh bagian kiri.
2.1.2 Indeks Antropometri
Parameter
antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara
beberapa parameter disebut indeks antropometri.
a. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Indeks
BB/U merefleksikan berat badan relatif dibandingkan dengan umur anak. Indeks
ini menggambarkan status gizi masa kini, baik digunakan apabila data umur tidak
diketahui. Karena indeks ini menggambarkan proporsi berat badan relatif
terhadap tinggi badan maka indeks ini merupakan indikator kekurusan (wasting).
Dengan sifat labil, indeks BB/U menggambarkan status gizi pada masa kini.
Indeks ini dapat mendeteksi apakah seorang anak beratnya kurang atau sangat
kurang, tetapi tidak dapat digunakan untuk mengklasifikasikan apakah seorang
anak mengalami kelebihan berat badan atau sangat gemuk. Penting untuk
diketahui bahwa seorang anak dengan BB/U rendah dapat disebabkan oleh pendek
(stunting) atau kurus(thinness) atau keduanya.
Kelebihan
Indeks BB/U
antara lain :
1.
Mudah dan cepat dimengerti masyarakat umum.
2.
Sensitif melihat perubahan status gizi jangka pendek.
3.
Dapat mendeteksi kelebihan berat badan (overweight).
4.
Pengukuran objektif, pengulangan memberikan hasil
relatif sama.
5.
Alat mudah dibawa dan relatif murah.
6.
Pengukuran mudah dilakukan dan teliti.
7.
Pengukuran tidak makan waktu banyak.
Kekurangan
indeks BB/U :
1.
Kekeliruan
interpretasi bila ada oedema.
2.
Perlu
data umur yang akurat.
3.
Sering
kesalahan pengukuran akibat pengaruh pakaian dan gerakan anak.
4.
Secara
operasional sering terjadi hambatan karena masalah sosial budaya setempat.
b. Berat Badan Menurut Tinggi badan (BB/TB)
Berat
badan mempunyai hubungan linear dengan tinggi badan. Pada keadaan normal, maka
perkembangan berat badan searah dengan pertambahan tinggi badan dengan
kecepatan tertentu. Indeks ini menggambarkan status gizi masa kini, baik
digunakan apabila data umur tidak diketahui. Karena indeks ini menggambarkan
proporsi berat badan relatif terhadap tinggi badan, maka indeks ini merupakan
indikator kekurusan (wasting).
Kelebihan
indeks BB/TB antara lain :
. 1. Hampir bebas terhadap pengaruh umur dan ras.
2. Dapat membedakan anak : kurus, gemuk, marasmus atau
bentuk KEP lainnya.
Kelemahan
indeks BB/TB :
1.
Tidak
dapat memberi gambaran apakah anak tersebut pendek, cukup tinggi badan atau
kelebihan TB, karena faktor umur tidak diperhatikan.
2.
Dalam
praktek sering dialami kesulitan ketika mengukur panjang badan anak baduta atau
TB anak balita.
3.
Sering
terjadi kesalahan membaca angka hasil pengukuran, terutama bila dilakukan oleh
tenaga non-profesional.
c. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Tinggi
badan menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal maka
tinggi badan akan tumbuh bersamaan dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi
badan tidak seperti berat badan, dimana tinggibadan relatif kurang sensitif
terhadap defisiensi gizi dalam jangka pendek. Indeks ini menggambarkan keadaan
stunting.
Kelebihan
indeks TB/U :
1.
Indikator yang baik untuk mengetahui kurang gizi masa
lampau.
2.
Alat mudah dibawa ke lapangan dan dapat dibuat secara
lokal.
3.
Jarang orangtua keberatan diukur anaknya.
4.
Pengukuran objektif.
Kelemahan
indeks TB/U :
1.
Dalam
menilai intervensi harus disertai indeks lain (spt BB/U), karena perubahan TB
tidak banyak terjadi dalam waktu singkat.
2.
Membutuhkan
beberapa teknik pengukuran seperti : alat ukur PB untuk anak < 2 tahun, dan
alat ukur TB untuk anak >2 tahun.
3.
Hasil
ukur yang teliti sulit diperoleh oleh tenaga kurang terlatih, seperti kader
atau petugas yang belum berpengalaman.
4.
Memerlukan
tenaga 2 orang untuk mengukur panjang badan.
5.
Umur
tepat kadang sulit didapatkan.
d. Lingkar Lengan Atas Menurut Umur
(LLA/U)
Limgkar
lengan atas memberika gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak
bawah kulit. Lingkar lengan atas merupakan parameter antropometri yang sangat
sederhana dan mudah dilakukan oleh tenaga yang bukan professional. Lingkar
lengan atas sebagaiman dengan berat badan merupakn parameter yang labil, dapat
berubah-rubah dengan cepat. Oleh karena itu lingkar lengan atas merupakan indeks status gizi pada saat ini.
Kelebihan
Indeks LLA/U :
1.
Indikator yang baik untuk menilai KEP berat.
2.
Alat ukur murah, sangat ringan, dan dapat dibuat
sendiri.
3.
Alat dapat diberi kode warna untuk menentukan tingkat
keadaan gizi, sehingga dapat digunakan oleh yang tidak dapat membaca dan
menulis.
Kekurangan
Indeks LLA/U :
1.
Hanya dapat mengidentifikasi anak dengan KEP berat.
2.
Sulit menentukan ambang batas.
3.
Sulit digunakan untuk melihat pertumbuhan anak
terutama anak usia 2 sampai 5 tahun yan perubahannya tidak nampak nyata.
e. Indeks Massa Tubuh
Masalah
kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18 tahun) merupakan
masalah penting, karena selain mempunyai resiko penyakit tertentu, juga dapat
mempengaruhi produktivitas kerja. Oleh karena itu pemantauan keadaan tersebut
perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu cara adalah dengan
mempertahankan berat badan ideal/normal.
Di Indonesia khususnya cara pemantauan dan
berat nadan normal orang dewasa belum jelas mengacu pada patokan tertentu.
Perhitungan berat badan normal dilakukan dengan berdasarkan rumus: Berat badan
normal = (Tinggi Badan – 100) – 10% (Tinggi Badan – 100).
Penggunaan
IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur di atas 18 tahun. IMT tidak dapat
di terapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan. DIsamping itu
pula IMT tidak bias diterapkan pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti
adanya edema, asites dan hepatomegali.
Pengukuran IMT dapat dilakukan pada anak-anak, remaja
maupun orang dewasa. Pada anak-anak dan remaja pengukuran IMT sangat
terkait dengan umurnya, karena dengan perubahan umur terjadi perubahan
komposisi tubuh dan densitas tubuh. Karena itu, pada anak-anak dan remaja
digunakan indikator IMT menurut umur, biasa disimbolkan dengan IMT/U.
IMT adalah perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat.
Cara pengukurannya adalah pertama-tama ukur berat badan dan tinggi
badannya. Selanjutnya dihitung IMT-nya, yaitu :
Berat badan (kg)
IMT
= ----------------------------------------------
Tinggi badan 2 (meter)
Dimana
: berat badan dalam satuan kg, sedangkan tinggi badan dalam satuan meter. Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia:
Kategori
|
IMT
|
|
Kurus
|
Kekurangan berat badan tinggi
berat
|
< 17, 0
|
Kekurangan berat badan tingkat
ringan
|
17,0 – 18,5
|
|
Normal
|
>18,5 – 25,0
|
|
Gemuk
|
Kelebihan berat badan tingkat
ringan
|
>25,0 - 27,0
|
Kelebihan berat badan tinggi berat
|
>27,0
|
f. Tebal Lemak Bawah Kulit Menurut
Umur (TLBK/U)
Pengukuran
lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak bawah kulit (skinfold) dilakukan
pada beberapa bagian misalnya pada bagian lengan atas (triceps dan biceps),
lengan bawah (foream), tulang belikat (subscapular), ditengah garis ketiak
(midaxilarry). Lemak tubuh dapat diukur secara absolute dinyatakan
dalam kilogram maupun secara relative dinyatakan dalam persen terhadap berat
tubuh total. Jumlah lemak tubuh sangat bervariasi tergantung dari
jenis kelamin dan umur. Umumnya lemak bawah kulit pria = 3,1 kg dan wanita = 5,1 kg.
g. Rasio Lingkar Pinggang dan Pinggul
Banyaknya lemak dalam
perut menunjukkan ada beberapa perubahan metabolisme, termasuk terhadap insulin
dan meningkatnya produksi asam lemak bebas, dibanding dengan banyaknya lemak
bawah kulit pada kaki dan tangan. Perubahan metabolisme memberikan gambaran
tentang pemeriksaan penyakit yang berhubungan dengan perbedaan distribusi lemak
tubuh ukuran umur yang digunakan adalah rasio lingkar pinggal-pinggul.
Pengukuran lingkar pinggang dan lingkar pinggul harus dilakukan oleh tenaga
terlatih dan posisi pengukuran harus tetap, karena perbedaan posisi pengukuran
memberikan hasil yang beerbeda.
2.1.3
Pengendalian Kualitas Data
Antropometri
Untuk mendapatkan data antropometri yang baik harus dilakukan sesuai
standar prosedur pengumpulan data antropometri. Tujuan dari prosedur
standarisasi adalah memberikan informasi yang cepat dan menunjukkan kesalahan
secara tepat sehingga perubahan dapat dilakukan sebelum sumber kesalahan dapat
dipastikan.
1.
Pengertian Presesi dan Akurasi
Presisi adalah kemampuan mengukur
subjek yang sama secara berulang-ulang dengan kesalahan yang minimum. Sedangkan
akurasi adalah kemampuan utuk mendapatkan hasil yang sedekat mungkin dengan
hasil yang diperoleh penyelia.
2.
Kesalahan dalam Pengukuran
Kesalahan yang
terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi, dan validitas
pengukuran antropometri gizi. Ada 3 penyebab utama kesalahan yang signifikan
yaitu:
a.
Kesalahan pengukuran.
b. Perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan.
c.
Analisis dan asumsi yang keliru.
Sedangkan kesalahan lainnya yang
umum terjadi dalam pengukuran antropometri antara lain:
a.
Pada waktu melakukan pengukuran
tinggi badan tanpa memperhatikan posisi orang yang diukur, misalnya belakang
kepala, punggung, pinggul, dan tumit harus menempel di dinding. Sikapnya harus
dalam posisi siap sempurna. Contohnya adalah anak menggunakan sandal atau
sepatu.
b. Pada waktu penimbangan berat badan, timbangan belum di titik nol, dacin
belum dalam keadaan seimbang dan dacin tidak berdiri tegak lurus.
c.
Kesalahan pada peralatan. Peralatan yang digunakan untuk mengukur berat
badan adalah dacin dengan kapasitas 20-25 kg dan ketelitian 0,1 kg. Untuk
mengukur panjang badan, alat pengukur panjang badan berkapasitas 110 cm dengan
skala 0,1 cm. Tinggi badan dapat diukur dengan mikrotoa berkapasitas 200 cm
dengan ketelitian 0,1 cm. Lingkar lengan atas dapat diukur dengan pita LLA yang
berkapasitas 33 cm dengan skala 0,1 cm.
d.
Kesalahan yang disebabkan oleh tenaga pengukur. Kesalahan ini dapat
terjadi karena petugas pengumpul data kurang hati-hati atau belum mendapat
pelatihan yang memadai. Kesalahan-kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran
sering disebut Measurement Error.
3.
Mengatasi Kesalahan Pengukuran
Secara garis besar
usaha untuk mengatasi kesalahan pengukuran, baik dalam mengukur sebab dan
akibat serta dampak dari suatu tindakan dapat dikelompokan sebagai berikut :
a.
Memilih ukuran yang sesuai dengan apa yang ingin diukur. Misalnya
mengukur tinggi badan menggunakan mikrotoa, dan tidak menggunakan alat ukur
lain yang bukan diperuntukkan untuk mengukur tinggi badan.
b. Membuat prosedur baku pengukuran yang harus ditaati oleh seluruh
pengumpul data.
c.
Pelatihan dan refreshing petugas. Pelatihan petugas harus dilakukan
dengan sebaik-baiknya, baik ditinjau dari segi waktu maupun materi pelatihan.
Materi pelatihan sebaiknya menekankan pada ketelitian pembacaan dan pencatatan
hasil.
d. Kalibrasi
alat ukur secara berkala. Alat timbang dan alat lainnya harus selalu ditera
dalam kurun waktu tertentu. Apabila ada alat yang rusak, sebaiknya tidak
digunakan lagi.
e.
Pengukuran silang antar pengamat. Kegiatan ini perlu dilakukan untuk
mendapatkan presisi dan akurasi yang baik.
f.
Perekaman hasil langsung setelah pengukuran lalu hasilnya diteliti oleh
orang kedua.
4.
Teknik Melakukan Uji Presisi dan
Akurasi
a. Langkah-langkah Perhitungan Data
1) Hasil dua kali pengukuran disajikan pada kolom a dan b
2) Pada kolom d disajikan hasil pengukuran (a-b), berikut tanda masing-masing
(+/-)
3) Pada kolom d2 diisikan hasil kuadrat (a-b)
4) Tanda plus dan minus pada kolom dihitung. Jumlah tanda yang muncul
terbanyak menjadi pembilang dari pecahan dengan subyek sebagai penyebut. Tanda
nol tidak dihitung.
5) Pada kolom s dihitung jumlah (a+b)
Kelima langkah ini dilakukan secara serentak oleh
semua petugas pengukur dan penyelia.
6) Kolom s lembar penyelia dipindahkan kelembar tiap petugas di bawah
kolom S.
7) Perbedaan kolom s petugas dan S penyelia diisikan kekolom D (s-S)
dengan tanda yang tepat, dan kuadratnya pada kolom D2.
8) Tanda plus dan minus (s-S) dihitung. Jumlah tanda muncul terbanyak
menjadi pembilang dari pecahan dengan jumlah subyek menjadi penyebut. Tanda nol
tidak dihitung.
9) Hasil penjumlahan d2 dan D2, serta hasil
perhitungan tanda dipindahkan ke lembar lain.
b. Penilain Hasil
Ketentuan umum berikut ini digunakan
dalam menganalisis hasil:
1) Jumlah d2 penyelia biasanya paling kecil; presisinya paling
besar karena kompetensi lebih besar.
2) Jumlah d2 petugas (berkaitan dengan presisi) tidak
lebih besar dari dua kali jumlah d2 penyelia.
3) Jumlah D2 petugas (berkaitan dengan akurasi) tidak lebih
besar dari tiga kali jumlah d2 penyelia.
4) Jumlah D2 petugas harus ebih besar dari d2-nya.jika
tidak, data tersebut harus diperiksa dan dihitung kembali.
2.1.4 Aplikasi Antropometri
Penggunaan antropometri sebagai alat ukur status gizi
semakin mendapat perhatian karena dapat digunakan secara luas dalam
program-program perbaikan gizi di masyarakat. di indonesia, seperti halnya
dengan negara-negara lain di dunia, antropometri merupakan alat ukur status
gizi yang telah digunakan dalam berbagi kegiatan dan progrm gizi. Penggunaan
antropometri ini meliputi berbagai aspek antara lain :
a. Kualitas Sumber Daya Manusia
hasil penelitian membuktikan bahwa ibu hamil yang
kurang gizi akan cenderung melahirkan bayi yang kurang gizi. berat bayi yang
dilahirkan bisa kurang dari 2500 gr atau BBLR. bayi yang lahir BBLR mempunyai
ukuran proporsional kecil seperti kepala, badan, tangan, kaki, dan organ-organ
lainnya dalam tubuh. dalam keadaan kekurangan gizi yang lebih berat, retardasi
otak dapat mencapai 10-20 %.
Volume otak yang berukuran kecil menyebabkan
kecerdasan anak berkurang secara nyata. selain itu, bayi BBLR tidak mempunyai
cukup cadangan zat gizi dalam tubuhnya sehingga mudah terserang penyakit,
terutama penyakit infeksi, hipotermi dan akibatnya mudah meninggal dunia. oleh
karena itu, angka kematian bayi yang tinggi sangat erat hubungannya dengan BBLR
yang juga tinggi.
b. Penilaian Status Gizi
Penilaian Status Gizi dengan cara antropometri banyak
digunakan dalam berbagai penelitian atau survey, baik survei secara luas dalam
skala nasional maupun survei untuk wilayah terbatas.
c. Pemantauan Pertumbuhan Anak
program gizi, khususnya UPGK
telah meluas ke berbagai pedesaan di indonesia. dalam program ini telah
dikembangkan program penimbangan berat badan anak, balita dan penggunaan kartu
menuju sehat (KMS) untuk memantau keadaan kesehatan dan gizi melalui
pertumbuhan atas dasar kenaikan berat badan.
KMS adalah alat untuk mencatat
dan mengamati perkembangan kesehatan anak yang mudah dilakukan oleh para ibu.
dengan membaca garis perkembangan garis perkembangan anak dari bulan ke bulan
pada KMS, seorang ibu dapat menilai dan berbuat sesuatu untuk berusaha
memperbaiki dan meningkatkan perkembangan kesehatan anaknya.
d. Survei Nasional Vitamin A
Pada tahun 1976 -1979 telah dilakukan surve tentang
masalah vitamin A dan juga dilakukan pengukuran antropometri anak balita yaitu
fungsi badan dan berat badan dan menghasilkan satu-satunya data mengenai
prevalensi KEP dengan lingkup nasional sampai tahun 1986 dalam surve ini
digunakan indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Klasifikasi yang
digunakan masih mengacu pada loka karya antropometri 1975 yaitu gizi baik, gizi
kurang dan gizi buruk. Baku rujukan yang digunakan adalah baku harvard.
e. Survei Sosial Ekonomi Nasional
Ada dua hal yang perlu mendapat perhatian dari
penyajian
-
Angka-angka pengolompokan status gizi
disajikan dengan memisahkan anak laki-laki dengan anak perempuan, sedangkan
dalam buku yang digunakan, kedua jenis kelamin digabung. Untu semua provinsi,
prevanlensi gizi baik pada anak laki-laki selalu lebih tinggi dibanding dengan
anak perempuan. Prevalensi KEP pada anak perempuan selalu lebih tinggi
dibanding dengan anak laki-laki. Hal ini dapat memberikan kesimpulan yang tidak
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
-
Istilah kurang atau gizi kurang untuk klasifikasi BB/U
60-69, 99 % baku harvard, dan sedang untuk BB/U 70-79,9 baku harvard. Hal ini
menimbulkan keracuan dalam menghitung besar prevalensi KEP.
f. Kegiatan
Pemantauan Status Gizi (PSG)
Upaya penyediaan data
dan informasi status gizi balita terutama kurang energi protein (KEF) secara
nasional telah dilakukan sejak pelita IV. Salah satu kegiatan sehubungan dengan
penyediaan data adalah pamantau status gizi (PSG). Kegiatan PSG dimulai dengan
suatu proyek panduan di tiga provinsi yaitu jawa tengah, Sumatra Barat dan
Sulawesi Selatan. Kegiatan ini dilakukan pada tahun 1985 dengan tujuan untuk
mempelajari cara memperoleh gambaran status gizi pada tingkat kecamatan guna
memantau perkembangan status gizi.
g.
Pengukuran Tinggi Badan Anak Baru Masuk Sekolah (TBABS)
Perubahan ukuran fisik penduduk merupakan salah satu
indikator kebehasilan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Salah
catu cara untuk mengetahui perkembangan pertumbuhan fisik penduduk adalah
melalui pengukuran tinggi badan anak baru masuk sekolah (TBABS) yang dilakukan
oleh para guru dari sekolah yang bersangkutan.
Dalam kegiatan ini indek yang digunakan adalah tinggi
badan menurut umur (TB/U) dari hasil penguluran TBABS setiap 5 tahun sekali
akan dapat dievaluasi pencapaian tinggi badan optimal yang harus dicapai
anak-anak di Indonesia. Penilaian yang dimaksud adalah dengan melihat
kecendrungan perubahan tinggi badan dari anak-anak yang baru masuk sekolah pada
kurun waktu tertentu.
h.
Kegiatan diklinis dalam Hubungan dengan Penyakit dan Pengobatan
Dalam hubungan dengan penentuan penyakit, antropometri
gizi perlu dipertimbangkan. Penyakit hidrocepalus ditentukan dengan melihat
ukuran dari kepala seorang anak. Pertimbangan antropometri seperti berat badan
banyak digunakan dalam ilmu kesehatan anak atau pediatrik.
Salah satu factor yang perlu diperhatikan dalam
penentuan dosis obat adalah antropometri. Antropometri yang sering digunakan
adalah berat badan. Dengan mengetahui berat badan dimungkinkan diberikan dosis
obat yang tepat, sehingga tidak terjadi overdosis atau kekurangan dosis.
i.
Uji Resiko Kekurangan Energy Kronis (KEK)
Jenis antropometri yang digunakan untuk mengukur
resiko KEK kronis pada wanita usia subur (WUS) adalah lingkar lengan atas
(LLA). Sasaran WUS adalah wanita pada usia 15-45 tahun yang terdiri dari
remaja, ibu hamil, ibu menyesui dan pasangan usia subur (PUS). Ambang batas LLA
WUS dengan resiko KEK adalah 23,5 cm. apabila kurang artinya wanita tersebut
mempunyai resiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan BBLR (Berat Badan Lahir
Rendah).
j.
Kartu Menuju Sehat (KMS) Ibu Hamil
KMS ibu hamil untuk meningkatkan motifasi ibu hamil
untuk datang ke posyandu sebagai cakupan ibu hamil meningkat. KMS ibu hamil
juga bermanfaat untuk meningaktkan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil di
posyandu. Dalam KMS ibu hamil terdapat berbagai informasi, antara lain: contoh
lingkungan sehat, riwayat kehamilan sebelumnya, faktor-faktor resiko ibu hamil
dan kurva berat badan ibu hamil. Indeks yang digunakan berat badan (kg) dan
umur kehamilan (dalam minggu).
k.
Pemantauan Status Gizi Orang Dewasa
Salah satu cara
untuk memantau status gizi orang dewasa adalah dengan mengukur indeks masa
tubuh (IMT). Cara ini dapat diterima oleh WHO dan FAO dan telah dipakai di
seluruh dunia. Untuk memantau status gizi orang dewasa, telah dikembangkan
grafik IMT orang dewasa (umur diatas 18 tahun) dengan menggunakan indeks berat
badan menurut tinggi badan. Berat badan yang kurang dapat meningkatkan resiko
penyakit infeksi, sementara berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap
penyakit degenerative.
2.1.5
Keunggulan dan Kekurangan Antoprometri
Keunggulan
a. Prosedurnya
sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar.
b. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan oleh
tenaga yang sudah terlatih pada waktu singkat dapat melakukan pengukuran
antoprometri.
c. Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di
daerah setempat.
d. Tepat dan akurat, karena dapat dibakukan.
e. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau.
f. Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang dan buruk
karena sudah ada ambang batas yang jelas.
g. Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu atau
dari satu generasi ke generasi berikutnya.
h. dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan terhadap gizi.
Kekurangan
a. Tidak sensitif, artinya tidak dapat mendeteksi
status gizi dalam waktu singkat serta tidak dapat membedakan kekurangan zat
gizi tertentu seperti zink dan Fe
b. Faktor di luar gizi (penyakit, genetik dan penurunan penggunaan energi)
dapat menurunkan spesifikasi dan sensitifitas pengukuran antropometri
c.
Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi,
akurasi dan validitas pengukuran antropometri.
d. kesalahan terjadi karena pengukuran, pengubahan
hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan serta analisis dan asumsi
yang keliru.
e. sumber kesalahan, biasanya berhubungan dengan
latihan petugas yang tidak cukup, kesalahan alat atau alat tidak tertera dan
kesulitan pengukuran.
2.2 Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai
status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang
terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada
jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada
organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat. Survei
ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari
kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu dipergunakan untuk
mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik
yaitu tanda (sign) dan gajala (symptom) atau riwayat penyakit. Pemeriksaan
klinis secara umum terdiri dari dua bagian , yaitu Riwayat Medis (Medical
History) dan Pemeriksaan Fisik.
2.2.1 Riwayat Medis (Medical
History)
Dalam riwayat medis kita mencatat
semua kejadian-kejadian yang berhubungan dengan gejala yang timbul pada
penderita beserta factor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit tersebut.
Catatan tersebut meliputi:
1. Identitas penderita: umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, suku dan sebagainya.
2. Lingkungan fisik dak social budaya yang berkaitan
dengan timbulnya penyakit tersebut (malnutrisi), antara lain lingkungan fisik
(keadaan kesuburan tanah dan kandungan mineral tanah) dan lingkungan social dan
budaya (adat istiadat, kepercayaan, dan kebiasaan-kebiasaan, serta pola
kehidupan masyarakat sekitarnya).
3. Sejarah timbulnya gejala penyakit. Beberapa hal yang
perlu diketahui adalah kapan berat badan mulai menurun, kapan ada gajala
anoreksia atau nafsu makan menurun, kapan ada gejala muntah, apakah ada mecret
atau tidak, kalau ada kapan mulai terjadi.
4. Data-data tambahan yang perlu diketahui antara lain:
-
Apakah
penderita juga menderita anemia
-
Apakah
penderita juga pernah operasi usus
-
Apakah
penderita pernah menderita penyakit infeksi
-
Apakah
penderita pernah menderita penyakit kronis seperti luka pada lambung dan luka
pada duodenum
-
Apakah ada
kelainan bawaan
-
Apakah ada
alergi makanan
-
Apa macam
diet dan obat-obatan yang sebelumnya dipakai
Data-data tersebut dapat dikumpulkan dengan cara wawancara dengan
penderita dan keluarganya atau dengan observasi langsung pada rumah dan
lingkungan penderita. Semua informasi tersebut perlu dikumpulkan untuk
mengetahui lebih lanjut apakah gizi kurang disebabkan oleh penyebab primer,
yaitu konsumsi makanan atau sebab lain seperti penyakit menahun, obat-obatan
yang lama, keturunan (disebabkan tidak terbentuknya enzim pencernaan) sehingga
menyebabkan terganggunya proses pencernaan makanan.
2.2.2 Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik kita
melakukan pengamatan terhadap perubahan fisik yaitu semua perubahan yang ada
kaitannya dengan gizi. Perubahan-perubahan tersebut dapat dilihat pada rambut,
wajah, mata, bibir, lidah, gigi, gusi, kulit, kuku, jaringan bawah kulit dan
lain sebagainya. Tanda-tanda klinis dibagi menjadi 3 kelompok besar yaitu:
Kelompok 1 : tanda-tanda (sign) yang memang benar berhubungan dengan kekurangan gizi.
Kelompok 2 : tanda-tanda (sign) yang membutuhkan investigasi atau penyelidikan lebih lanjut.
Kelompok 3 : tanda-tanda (sign) yang tidak berkaitan dengan gizi salah walupun hampir mirip.
Perubahan
yang dapat dilihat pada pemeriksaan fisik:
1. Rambut :
kurang bercahaya (kusam dan kering), rambut tipis dan jarang, rambut kurang
kuat dan mudah putus.
2. Wajah :
penurunan pigmentasi, wajah seperti bulan (menonjol keluar), pengeringan
selaput mata, pengeringan kornea.
3. Mata :
selaput mata pucat, keratomalasia (keadaan permukaan halus dari keseluruhan
kornea terutama kebocoran yang mempengaruhi kedua mata).
4. Bibir : angular stomatis (celahan pada sudut mulut) dan Cheilosis (luka yang dicirikan dengan celahan vertikal lebih lanjut terkomplikasi
menjadi merah membengkak dan terjadi ulcerasi pada bibir.
5. Lidah :
edema pada lidah, lidah mentah (lidah berwarna merah perlahan-lahan mengalami
pengulitan dan nyeri.
6. Gigi :
karis gigi (gigi rusak , tanggal dan terganti), pengikisan dan hipolasia email
(formasi tidak sempurna pada permukaan gigi).
7. Gusi :
tumbuh bunga karang yang membengkak.
8. Kelenjar :
pembesaran tiroid dan paratid
9. Kulit :
Xerosis (kulit kekeringan), Petechiae
(bintik kecil pada kulit)
10. Kuku : Koilonychia (keadaan kuku bagian bilateral cacat berbentuk sendok).
2.2.3 Indikator
Kesehatan Masyarakat
1. Kekurangan
Energi Protein (KEP)
Kekurangan Energi
Protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi
yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan
sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Orang yang mengidap gejala klinis KEP ringan
dan sedang pada pemeriksaan hanya Nampak kurus. Namun gejala klini KEP berat
secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu marasmus, kwashiorkor,
atau marasmus-kwashiorkor.
Ø
Tanda-Tanda
Klinis
a.
Marasmus, masalah gizi ini sering terjadi
pada anak usia satu tahun yang tidak mendapatkan cukup Air Susu Ibu (ASI) :
- anak tampak sangat kurus, tinggal tulang pembukus
kulit.
- wajah seperti orang tua
- cengeng, rewel
- kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat
sedikit
- sering disertai
diare kronik atau konstipasi/susah buang air
- tekanan darah, detak jantung, dan pernapasan
berkurang
b. Kwashiorkor, kondisi ini banyak ditemukan pada anak usia 1-3
tahun yang kurang mendapatkan asupan protein :
-
Wajah
membulat dan sembab
-
Otot-otot mengecil,
lebih nyata jika diperiksa pada posisi berdiri
-
Perubahan
status mental : cengeng, rewel
-
Sering
menolah segala jenis makanan
-
Rambut
berwarna kusam dan mudah dicabut
-
Pandangan
mata tampak sayu
c. Marasmus-Kwashiorkor, kondisi ini sering dikenal dengan istilah busung
lapar dan timbul jika makanan sehari-hari tidak mengandung cukup energi dan
protein. Tanda-tandanya sama dengan tanda-tanda Marasmus dan Kwashiorkor.
Ø
Metode
Penentuan : untuk mendeteksinya perlu dilakukan pemeriksaan terhadap kulit,
otot, mata, rambut, hati, muka, dan gerakan motorik
Ø
Interpretesi
: apabila pada pemeriksaan fisik pada anak target organ banyak mengalami
perubahan sesuai dengan tanda-tanda klinis KEP, maka ada petunjuk bahwa anak
tersebut kemungkinan besar menderita KEP.
2. Anemia Zat
Gizi Besi
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin
darah kurang daripada kadar normal.
Ø
Tanda-tanda
Klinis :
-
Lelah,
lemah, lesu, letih, dan lalai
-
Bibir tampak
pucat
-
Nafas
pendek, lidah licin
-
Denyut
jantung meningkat
-
Susah buang
air besar, nafsu makaan berkurang
Ø
Metode
Penentuan : dilakukan pemeriksaan terhadap mata, kuku, bibir, dan lidah.
Ø
Interpretensi
: apabila target organ banyak mengalami perubahan sesuai dengan tanda-tanda
klinis anemia zat besi, maka ada kemungkinan besar menderita anemia gizi besi.
3. Gangguan
Akibat Kurang Yodium (GAKY)
Kekurangan iodium akan
mengakibatkan membesarnya kelenjar gondok. karena itu, penyakit yang timbul
akibat kekurangan iodium disebut penyakit gondok. Karena penyakit pembesaran
kelenjar gondok ini ditemukan di daerah-daerah tertentu untuk jangka waktu yang
lama, maka disebut penyakit gondok endemik.
Terjadinya kekurangan iodium terutama akibat rendahnya kadar iodium dalam tanah sehingga air dan tumbuh-tumbuhan yang hidup di daerah itu juga rendah kadar iodiumnya.
Terjadinya kekurangan iodium terutama akibat rendahnya kadar iodium dalam tanah sehingga air dan tumbuh-tumbuhan yang hidup di daerah itu juga rendah kadar iodiumnya.
Ø
Tanda-tanda
Klinis :
Metode yang
digunakan adalah inspeksi (pengamatan) dan palpasi (perabaan). Metode inspeksi
digunakan sebagai alat untuk menduga apakah ada pembesaran atau tidak,
sedangkan untuk mengkonfirmasi apakah pembesaran betul-betul pembesaran
kelenjar gondok maka dilakukan palpasi.
4. Kekurangan
Vitamin A
Vitamin A diperlukan untuk penglihatan. Vitamin tersebut merupakan
bagian penting dari penerima cahaya dalam mata. Selain itu vitamin A juga
diperlukan untuk mempertahankan jaringan ari dalam keadaan sehat. Kulit,
pinggiran dan penutup berbagai bagian tubuh, seperti kelopak mata, mata,
hidung, mulut, paru-paru dan tempat pencernaan, kesemuanya dikenal sebagai
jaringan ari. Vitamin A juga mempunyai beberapa fungsi yang berkaitan dengan
pertumbuhan dan perkembangan.
Kekurangan vitamin A pertumbuhan menjadi terhambat dan rangka tubuh
berhenti tumbuh. Tanda awal dari kekurangan vitamin A adalah tureunnya
kemampuan melihat dalam cahaya samar. Penderita sama sekali tidak dapat melihat
apabila memasuki ruangan yang agak gelap secara tiba-tiba. Penyakit ini umumnya
diderita oleh anak-anak. Terjadinya kekurangan vitamin A adalah sebagai akibat
berbagai sebab seperti berikut ini :
·
Tidak adanya cadangan vitamin A
dalam tubuh anak sewaktu lahir karena semasa dalam kandungan, ibunya kurang
sekali mengkonsumsi makanan sumber vitamin A.
·
Kadar Vitamin A dalam air susu ibu
(ASI) rendah. Hal ini disebabkan konsumsi vitamin A ibu yang rendah pada masa
menyusui.
·
Anak diberi makanan pengganti ASI
yang kadar vitamin A-nya rendah.
·
Anak tidak menyukai bahan makanan
sumber vitamin A terutama sayursayuran.
·
Gangguan penyerapan vitamin A oleh
dinding usus oleh karena berbagai sebab seperti rendahnya konsumsi lemak atau
minyak.
Kekurangan vitamin A dapat meyebabkan cacat menetap pada mata (buta)
yang tidak dapat disembuhkan. Xerophthalmia sebagai akibat kekurangan vitamin A
merupakan penyebab kebutaan tertinggi, dan yang memprihatinkan adalah
penderitanya justru anak-anak usia balita yang merupakan tunas bangsa. Penanggulangan
kekurangan vitamin A dilakukan selain dengan jalan penyuluhan guna memperbaiki
makanan keluarga agar lebih banyak mengkonsumsi bahan makanan sumber vitamin
seperti sayuran hijau dan buah-buahan berwarna, dilakukan juga pemberian
vitamin dosis tinggi yaitu 200.000 – 300.000 SI kepada anak balita.
2.2.4 Keunggulan dan Kekurangan
Pemeriksaan Klinis
Kelebihan
penilaian klinis:
a. Relatif murah, tidak memerlukan biaya terlalu besar.
b. Tidak memerlukan tenaga khusus, tenaga paramedis bisa
dilatih.
c. Sederhana, cepat dan mudah diinterpretasikan.
d. Tidak memerlukan peralatan yang rumit.
Kelemahan
penilaian klinis:
a.
Beberapa
gelaja klinis tidak mudah dideteksi sehingga perlu tenaga medis
b.
Gejala
klinis tidak bersifat spesifik, terutama pada penderita Kekurangan Energi dan
Protein (KEP) ringan dan sedang.
c.
Adanya gejala klinis yang bersifat multiple. Penyakit
kulit defisiensi satu macam vitamin biasanya tidak berdiri sendiri, tetapi
merukan bagian defisiensi vitamin dan minera serta zat gizi lainnya.
d.
Gejala
klinis dapat terjadi pada waktu permulaan kekurangan zat gizi dan dapat juga
terjadi pada saat akan sembuh.
e.
Adanya
variasi dalam gejala klinis yang timbul, dipengaruhi faktor genetik,
lingkungan, kebiasaan dan lainnya.
KESIMPULAN
Antropometri
digunakan untuk menilai dan memprediksi status gizi, performan, kesehatan dan
kelangsungan hidup seseorang dan merefleksikan keadaan sosial ekonomi atau
kesejahreraan penduduk. Antropometri merupakan pengukuran status gizi yang
sangat luas digunakan. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan
asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan
fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam
tubuh.
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai
status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang
terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat
pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ
yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. . Pemeriksaan klinis
secara umum terdiri dari dua bagian , yaitu Riwayat Medis (Medical History) dan
Pemeriksaan Fisik.
DAFTAR PUSTAKA
Supariasa, I. D.
N., dkk. Penilaian Status Gizi. 2002. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
http://publichealth-journal.helpingpeopleideas.com/penentuan-status-gizi.
(Diakses tanggal 30 Oktober 2015)
http://www.academia.edu/5635173/Gangguan_nutrisi
(Diakses tanggal 30 Oktober 2015)
tenks to penulis:
Defyanti
Intan mutia
Nadia muslim
Noor Aisah Rw
Nova Yuliani
0 Response to "apa itu penilaian status gizi secara tak langsung danbagaimana mengukur Atropometri beserta klinis beserta aplikasi dalam kehidupan sehari-hari"
Post a Comment