DASAR TEORI Pencernaan Enzimatis (Pencernaan Karbohidrat Oleh Saliva)
Karbohidrat
kompleks yang disebut juga dengan glikokonjugat memiliki peran penting dalam
berbagai proses di dalam tubuh seperti perlekatan dan komunitasi antar sel,
regenerasi dan diferensiasi sel serta sebagai bahan penyusun matriks sel dan
sekreta kelenjar (Adnyane: 2009).
Organ pencernaan
merupakan organ yang dilakukan untuk mencerna, menyerap, serta mengeluarkan
makanan yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh. Selain organ pencernaan,
terdapat organ asesoris yang membantu dalam proses pencernaan makanan baik
secara mekanis maupun enzimatis. Kelenjar ludah merupakan salah satu organ
asesoris dalam sistem pencernaan (Koch A: 2008).
Salah
satu unsur penting yang terkandung di dalam saliva adalah senyawa glikoprotein.
Adanya senyawa glikoprotein antibakteria seperti lisozim dan laktoferin
menjadikan saliva sebagai pencegah masuknya bakteri ke dalam saluran pencernaan
(Jarrar: 2008).
Kelenjar
ludah merupakan salah satu komponen dalam system pencernaan. Kelenjar ludah
menghasilkan secret berupa air berupa
air ludah yang berfungsi membantu membasahi dan melunakkan makanan yang kering,
media untuk memecah dan mengencerkan bahan makanan, memoertahankan pH dalam
rongga mulut, memecah karbohidrat dan sebagai zat anti bakteri (Ketut,
2009:191).
Aktivitas enzim protease pada larva
ikan patin, Pangasius hypothalamus memiliki pola yang untuk semua jadwal
pemebrian pakan. Aktivitas enzim cenderung meningkat sampai larva berumur 7
hari, selanjutnya terus menurun sampai larva berumur sampai 15 hari. Aktivitas
tertinggi dicapai oleh larva yang diberi pakan Artemia mulai umur 2 hari sampai
8 hari (Effendi, ddk, 2006:47).
Karbohidrat
atau pati akan diserap oleh tubuh setelah mengalami perubahan terlebih dahulu
menjadi komponen- komponen penyusunnya yaitu glukosa. Enzim yang dibutuhkan
untuk melakukan tugas tersebut adalah α- amilase yang dihasilkan oleh kelenjar
saliva dan pankreas. Namun, enzim α-amilase yang berasal dari saliva
diinaktivasi oleh pH rendah di dalam lambung sehingga kurang berperan dalam
proses pencernaan pati (Widowati, 2009: 5).
Pakan
berserat yang mempunyai kecernaan rendah akan mengalami perombakan secara
perlahan-lahan karena kontak secara fisik pertama yang berjalan lambat. Kondisi
ini mengakibatkan kerja enzim tertunda dan terjadi retensi di dalam rumen,
sehingga hanya partikel kecil saja yang dapat keluar dari rumen. Digesta dalam
rumen akan tinggal lebih lama bila pakan banyak mengandung serat yang berkadar selulosa
tinggi, yang menunjukkan adanya hubungan antara kecernaan, konsumsi pakan dan
waktu tinggal pakan di dalam rumen (Usman, 2013: 54).
Di
dalam usus halus, pH bolus makanan menjadi alkali oleh sekresi pankreas.
Pencernaan dekstrin pati dilanjutkan oleh kerja enzim α amilase pankreas yang
serupa dengan enzim dari saliva. Bila kerja α amilase menghidrolisis zat pati
sempurna, lumen usus halus akan mengandung glukosa, maltosa, isomaltosa, serta
laktosa dan sukrosa dari diet. Selulosa yang dimakan ialah polisakarida yang
tidak dapat dicernakan pada manusia karena enzim yang menghidrolisisnya tidak dibentuk.
Disakarida (maltosa, isomaltosa, laktosa) akan dihidrolisis pada brush border
mukosa usus halus (Djakani, 2013: 72).
Pada hewan tingkta tinggi seperti ikan, makanan dicerna
dalam saluran khusus pada yang umumnya sudah berkembang dengan baik. Jadi
pencernaan makanan pada hewan ini berlangsung didalam organ gastrointestinal
(secara ekstraseluler). System gastrointestinal tersusun atas berbagai organ
yang secara fungsional dapat dibedakan menjadi empat bagian yaitu daerah
penerimaan, daerah penyimpanan, daeah pencernaan, dan pneyerapan nutrient serta
daerah penyerapan air dan ekresi (Isnaeni, 2006:39).
Enzim atau
biokatalisator adalah katalisator organik yang dihasilkan oleh sel. Enzim
sangat penting dalam kehidupan, karena semua reaksi metabolisme dikatalis oleh
enzim. Jika tidak ada enzim, atau aktivitas enzim terganggu maka reaksi
metabolisme sel akan terhambat hingga pertumbuhan sel juga terganggu. Enzim
merupakan suatu protein seperti halnya protein lain, enzim dapat mengalami
perubahan struktur apabila dikenakan pada suhu yang ekstrem. Bila terjadi
perubahan struktur, enzim menjadi tidak fungsional lagi. Supaya dapat bekera
secara optimal, enzim memerlukan kondisi (pH, suhu, kepekatan) tertentu. Kerja
enzim bersifat spesifik, emzim ptialin hanya bekerja untuk amilum, enzim katalase
untuk hydrogen peroksida dan sebagainya (Basoeki, 2010).
Enzim adalah substansi dengan dasar protein yang terdapat pada manusia,
hewan, maupun tumbuhan. Enzim membantu proses metabolisme tubuh yang
memungkinkan proses kehidupan dapat berjalan. Salah satu jenis enzim yang
mempunyai peranan penting adalah enzim pencernaan. Enzim ini merupakan bagian
integral dari proses pencernaan. Enzim pencernaan sudah mulai bekerja dari saat
makanan masuk ke dalam mulut sampai makanan masuk ke dalam lambung, usus halus
dan usus besar. Enzim berguna untuk memecah makanan menjadi bagian yang lebih
kecil. Bagian yang lebih kecil inilah yang akan diserap melalui dinding usus
(Medicastore, 2007).
Aktivitas enzim disebut juga sebagai kinetik enzim. Kinetik enzim adalah
kemampuan enzim dalam membantu reaksi kimia. Tubuh manusia menghasilkan
berbagai macam enzim yang tersebar di berbagai bagian dan memiliki fungsi
tertentu. Salah satu enzim yang penting dalam sistem pencernaan manusia adalah
enzim amilase. Enzim ini terdapat dalam saliva atau air liur manusia. Saliva
yang disekresikan oleh kelenjar liur selain mengandung enzim amilase juga
mengandung 99,5% air, glikoprotein, dan musin yang bekerja sebagai pelumas pada
waktu mengunyah dan menelan makanan. Amilase atau
ptialin yang terdapat dalam saliva adalah α-amilase liur
yang mampu membuat polisakarida (pati) dan glikogen dihidrolisis menjadi
maltosa dan oligosakarida lain dengan menyerang ikatan glikosodat α (1 4).
Amilase liur akan segera terinaktivasi pada pH 4,0 atau kurang sehingga kerja
pencernaan makanan dalam mulut akan terhenti apabila lingkungan lambung yang
asam menembus partikel makanan (Taufik, 2009).
Karbohidrat ialah senyawa organic dengan fungsi utama sebagai
sumber energy bagi kebutuhan sel-sel dan senyawa tubuh. Peran uatama
karbohidrat didalam tubuh ialah menyediakan glukosa bagi sel-sel tubuh kemudian
dibuah menjadi energy. Glukosa merupakan jenis karbohidrat terpenting bagi
tubuh manusia ( Hindri, 2013: 73).
Selama proses pencernaan maka dihancurkan menjadi zat-zat
sederhana yang dapat digunakan oleh sel jaringan tubuh. Berbagai perubahan
sifat makanan terjadi karena kerja berbagai enzim yang terkandung dalam
berbagai cairan pencernaan (Setiadi: 2004: 62).
Serat makanan terutama yang terdiri dari selulosa,
hemiselulosa dan lignin. Sebagian besar tidak dapat dihancurkan oleh enzim-enzim
dan bakteri didalam traktus digestivus. Serat makannan ini akan menyerap air
dalam kolon, sehigga volume feses menjadi lebih besar (Clara, 2006: 51).
DAFTAR PUSTAKA
Adnyane
IKM. 2009. Morfologi Kelenjar Ludah Kambing dan Kucing Dengan Tinjauan Khusus
Pada Distribusi dan Kandungan Karbohidrat. Jurnal
Kedokteran Hewan. Vol. 3(2): 183-228.
Jarrar
BM, Taib NT. 2008. Histological Detection of Glyconjugates In The Anterior
Lingual Salivary Glands of Domestic Fowl. Journal
of Asiatic Herpetological Research. Vol. 10(4):176-181.
Koch
A, Acciaioli G. 2008. Histological dan
Histochemical Methods. Journal Veterinary
Anatomy. Vol. 2(1): 35-48.
Effendi,
dkk. 2006. Perkembangan Enzim Pencernaan Larva Ikan Patin (Pangasius hypothalamus). Junal
Akuakultur Indonesia. Vol 5(1): 41-49.
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius.
Mudite,Ketut. 2009.
Morfologi Kelenjar Ludah Kambing, Kucing dan Babi dengan Tinjauan Khusus pada
Distribusi dan Kandungan Karbohidrat. Jurnal
Kedokteran. Vol 3(2): 190-195.
Djakani, H, dkk. 2013. Gambaran
Kadar Gula Darah Puasa Pada Laki- Laki Usia 40-59 Tahun. Jurnal
e-Biomedik (eBM), Vol 1 (1):75.
Usman,
Y. 2013. Pemberian Pakan Serat Sisa Tanaman Pertanian (Jerami Kacang Tanah,
Jerami Jagung, Pucuk Tebu) Terhadap Evolusi pH, N-NH3 dan VFA Di dalam Rumen
Sapi. Jurnal Agripet, Vol 13 (2):
53-58.
Widowati, S, dkk. 2009. Penurunan
Indeks Glikemik Berbagai Varietas Beras Melalui Proses Pratanak. Jurnal Pascapanen, Vol 6 (1): 1-9.
Basoeki. 2010. Fisiologi Kedokteran.
Jakarta : EGC
Medicastore. 2010. Anatomi dan Fisiologi untuk
Paramedis. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Taufik, Adeng. M. Tibrani. 2009. Penuntun
Praktikum Fisiologi Manusia dan Hewan. Universitas Sriwijaya: Inderalaya.
Clara, M. K. 2006. Serat Makanan dan
Peranya bagi Kesehatan. Jurnal Gizi dan
Pangan, 1 (2): 45- 54.
Hindri, D. 2013. Gambaran Kadar Gula
Darah Puasa pada Laki-laki Usia 40-59
Tahun.
Jurnal e-Biomedik (eBM), 1 (1): 71-75.
Setiadi. 2004.Anatomi dan Fisiologi
Hewan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
0 Response to "DASAR TEORI Pencernaan Enzimatis (Pencernaan Karbohidrat Oleh Saliva)"
Post a Comment