TUMBUHAN PAKU (PTERYDOPHYTA)
ABSTRAK
Pada
praktikum yang berjudul “Tumbuhan Paku” dilaksanakan pada bulan November 2014..Praktikum ini
bertujuan untuk mengamati serta mengklasifikasi tumbuhan paku. Metode yang
digunakan dalam praktikum ini adalah pengamatan secara langsung pada preparat.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tumbuhan paku merupakan tumbuhan yang sudah
memiliki pembuluh angkut berupa xylem dan floem. Tubuhan paku juga mengalami
metagenesis selama hidupnya. Fase hidup tumbuhan paku terdiri dari sporofit dan
gametofit. Pad tumbuhan paku fase sporofit lebih dominan dibandingkan dengan
fase gametofit.
Kata Kunci: Paku, gametofit, sporofit, metagenesis, spora.
Tujuan:
1.
Mengamati
bagian-bagian tumbuhan paku.
2.
Mengidentifikasi dari tumbuhan paku.
3.
Mengklasifikasi
tumbuhan paku.
Lokasi:
Brayeun,
Aceh Besar.
Pendahuluan
Tumbuhan paku (Pteridophyta)
merupakan salah satu golongan tumbuhan yang hampir dapat dijumpai pada setiap
wilayah di Indonesia. Tumbuhan paku dikelompokkan dalam satu divisi yang
jenis-jenisnya telah jelas mempunyai kormus dan dapat dibedakan dalam tiga
bagian pokok yaitu akar, batang, dan daun. Bagi manusia, tumbuhan paku telah
banyak dimanfaatkan antara lain sebagai tanaman hias, sayuran dan bahan
obatobatan. Namun secara tidak langsung, kehadiran tumbuhan paku turut
memberikan manfaat dalam memelihara ekosistem hutan antara lain dalam
pembentukan tanah, pengamanan tanah terhadap erosi, serta membantu proses
pelapukan serasah hutan (Irawati, 18: 2012).
Tumbuhan paku
dapat dibedakan menjadi dua bagian utama yaitu organ vegetatif yang terdiri dari akar, batang, rimpang, dan daun.
Sedangkan organ generatif terdiri atas spora, sporangium, anteridium, dan
arkegonium. Sporangium tumbuhan paku umumnya berada di bagian bawah daun serta
membentuk gugusan berwarna hitam atau coklat. Gugusan sporangium ini dikenal
sebagai sorus. Letak sorus terhadap tulang daun merupakan sifat yang sangat
penting dalam klasifikasi tumbuhan paku. Divisi Pteridophyta dapat dikelompokkan
ke dalam empat kelas yaitu Psilophytinae, Lycopodiinae, Equisetinae dan
Filiciane (Tjitrosoepomo, 1994).
Tumbuhan
paku merupakan tumbuhan komophyta berspora yang dapat hidup di mana saja
(cosmopolitan). Kelimpahan dan penyebaran tumbuhan paku sangat tinggi terutama
di daerah hujan tropis. Tumbuhan paku juga banyak terdapat di hutan pegunungan.
Tumbuhan paku mempunyai nlai ekonomi yang cukup tinggi, tertama pada
keindahannya dan sebagai tanaman holtikultura. Menurut Polunin (1994) beberapa
jenis Lycopodiinae yang suka panas digunakan sebagai tanaman hias dalam pot,
dan paku kawat yang merayap digunakan dalam pembuatan karangan bunga (Widhiastuti,
2006: 40).
Ciri-ciri
Ukuran tubuh tumbuhan paku amat bervariasi, tingginya
antara 2 cm hingga 5 m. Bentuknya pun amat beragam. Ada yang berbentuk lembaran, perdu, pohon, dan ada yang
seperti tanduk rusa. Struktur tubuhnya jelas mempunyai kormus. Artinya, kita
sudah bisa membedakan antara akar, batang, dan daunnya. Namun demikian,
tumbuhan ini tidak menghasilkan biji. Karena itu, alat perkembangbiakan
tumbuhan paku yang utama yakni melalui spora.
Akar tumbuhan paku bersifat endogen dan tumbuh ke samping
dari batang. Batangnya bercabang-cabang menggarpu (dikotom) atau jika membentuk cabang-cabang ke samping, cabang-cabang
baru tersebut tidak pernah keluar dari ketiak daun. Pada batang terdapat banyak
daun yang dapat tumbuh terus sampai lama.Umumnya daun masih lebih primitive
daripada daun tumbuhan tingkat tinggi sehingga disebut mikrofil.
Di dalam akar,
batang, dan daun telah terdapat jaringan
pengangkut yang tersusun atas bagian floem dan xilem yang belum terdapat
pada tumbuhan lumut.
Berkas-berkas pengangkut ini umumnya tersusun konsentris amfikribal (xilem di tengah
dikelilingi oleh floem) dan di dalam
batang sering terdapat lebih dari satu berkas pengangkut. Adanya berkas pengangkut menambah kekuatan
untuk mendukung tunas-tunas, sehingga
tumbuhan paku berkembang menjadi tumbuhan darat dengan cabang-cabang, bahkan telah membentuk pohon seperti yang dikenal dengan paku tiang, contohnya adalah Cyathea
sp. Daun tumbuhan paku terdiri atas dua macam. Daun yang berukuran kecil dan bersisik yang disebut mikrofil. Sementara, daun yang
berukuran besar, dinamakan makrofil. Kumpulan sporangium pada daun disebut sorus, dan daun
tersebut disebut sporofil. Daun
selain sporofil adalah daun yang
berfungsi untuk fotosintesis dan disebut daun tropofil. Sporofil seringkali terkumpul menjadi organ khusus yang
terletak di ujung batang atau cabang, disebut strobilus.
Habitat
Hidupnya di segala tempat terutama di
tempat-tempat yang lembab di tempat kering dan terbuka, di air. Habitat
tumbuhan paku ada yang di darat dan ada pula yang di perairan serta ada yang
hidupnya menempel.
Metode
Jelajah
Metode
eksperimen dengan melakukan pengamatan secara langsung di lapangan dan
menggumpulkan data kemudian mengidentifikasi data. Dengan menggunakan alat bantu
ekperimen berupa penggaris, kertas, kamera dan buku referensi.
Hasil
dan Pembahasan
hasil dan pembahasan berupa spesies yang ditemukan, akan kami posting pada artikel berbeda.
Kesimpulan
Tumbuhan paku (Pterydophyta) merupakan
tumbuhan berkormus dan berpembuluh yang paling sederhana. Terdapat lapisan
pelindung sel di sekeliling organ reproduksi, sistem transpor internal, hidup
di tempat yang lembap. Akar serabut berupa rizoma, ujung akar dilindungi
kaliptra. Sel-sel akar membentuk epidermis, korteks, dan silinder pusat
(terdapat xilem dan floem).
Batang tumbuhan paku tidak tampak
karena terdapat di dalam tanah berupa rimpang, sangat pendek, ada juga yang
dapat mencapai 5 meter seperti pada paku pohon atau paku tiang. Daun ketika
masih muda melingkar dan menggulung. Beradasarkan bentuk dan ukuran dan
susunannya daun tumbuhan paku dibedakan menjadi mikrofil dan makrofil.
Berdasarkan fungsinya daun tumbuhan paku dibedakan menjadi tropofil dan
sporofil.
Spora tumbuhan paku dibentuk dalam
kotak spora (sporangium). Kumpulan sporangium disebut sorus. Sorus muda
dilindungi oleh selaput yang disebut indusium. Berdasarkan macam spora yang
dihasilkan tumbuhan paku dibedakan menjadi tiga yaitu paku homospora
(isospora), paku heterospora dan paku peralihan. Paku homospora menghasilkan
satu jenis spora misalnya Lycopodium (paku kawat). Paku
heterospora menghasilkan dua jenis spora yang berlainan yaitu megaspora (ukuran
besar) dan mikrospora (ukuran kecil) misalnya Marsilea (semanggi)
dan Selaginella (paku
rane). Paku peralihan merupakan peralihan antara homospora dan heterospora
menghasilkan spora dengan bentuk dan ukurannya sama tetapi berbeda jenis
kelamin misalnya Equisetum debile (paku ekor kuda).
Tumbuhan paku bereproduksi secara
aseksual (vegetatif) dengan stolon yang menghasilkan gemma (tunas). Gemma
adalah anakan pada tulang daun atau kaki daun yang mengandung spora. Reproduksi
seksual (generatif) melalui pembentukan sel kelamin jantan (gametangium
jantan/anteridium) dan sel kelamin betina (arkegonium). Seperti pada lumut
tumbuhan paku juga mengalami pergiliran keturunan (metagenesis). Metagenesis
tersebut dibedakan antara paku homospora dan heterospora.
Tumbuhan paku dibedakan menjadi empat
kelas yaitu Psilotophyta, Lycophyta, Sphenophyta, dan Pterophyta (Filicinae).
Tumbuhan paku juga memiliki banyak sekali manfaat bagi kehidupan manusia.
Contonhya digunakan sebagai tanaman hias, untuk sayuran, dan sebagainya.
Daftar
Pustaka
Irawati,
Diah Dwi Arini dan Julianus Kinho. 2012. Keragaman
Jenis Tumbuhan
Paku (Pteridophyta) Di Cagar Alam Gunung Ambang Sulawesi Utara. Jurnal Info
BPK Manado. Vol 2. No 1. (17-40).
Tjitrosoepomo, G. 1994. Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan. Gadjah
Mada
University
Press. Yogyakarta.
Widhiastuti, Retno. 2006.
Struktur dan Komposisi Tumbuhan Paku-Paku di Kawasan
Hutan
Gunung Sinabung Kabupaten Karo. Jurnal Biologi Sumatra. Vol 138. No 2. (39-47).
0 Response to "laporan akhir praktikum TUMBUHAN PAKU (PTERYDOPHYTA) "
Post a Comment