Dasar Teori Dormansi
Dormansi dapat
didefenisikan sebagai suatu pertumbuhan dan metabolisme yang terpendam, dapat
disebabkan oleh lingkungan yang tidak baik atau faktor dari dalam tumbuhan itu
sendiri. Seringkali jaringan yang dorman gagal tumbuh meskipun berada dalam kondisi
yang ideal (Latunra, 2012: 289).
Faktor-faktor yang
menyebabkan hilangnya dormansi pada benih sangat bervariasi tergantung pada
jenis tanaman dan tentu saja tipe dormansinya, antara lain yaitu: karena
temperatur yang sangat rendah di musim dingin, perubahan temperatur yang silih
berganti, menipisnya kulit biji, hilangnya kemampuan untuk menghasilkan zat-zat
penghambat perkecambahan, adanya kegiatan dari mikroorganisme (Munch, 2008:
1879).
Dormansi primer dapat
menjadi mekanisme penting yang memengaruhi waktu perkecambahan, karena dapat
meningkatkan kemungkinan bahwa perkecambahan bertepatan dengan keuntungan untuk
kelangsungan hidup bibit. Suhu dan salinitas juga memiliki efek yang berbeda
pada perkecambahan benih (Bouzille, 2009: 2107).
Dormansi
benih menunjukan suatu keadaan dimana benih-benih sehat (viable) gagal
berkecambah walaupun berada dalam kondisi yang normal baik untuk perkecambahan,
seperti kelembaban yang cukup dan cahaya yang sesuai (Lima, 2012: 27)
Dormansi
yang disebabkan oleh kulit benih disebut juga dormansi struktural..Kulit benih
yang keras ini dapat mengakibatkan impermiabel terhadap air dan gas atau dapat
menghambat pertumbuhan dan perkembangan embrio.
Hal inilah yang menyebabkan benih tersebut tidak dapat berkecambah dalam
waktu yang relatif singkat (Rozen, 2011: 163).
Dormansi
didefinisikan sebagai status dimana benih tidak berkecambah walaupun pada
kondisi lingkungan yang ideal untuk perkecambahan. Beberapa mekanisme dormansi
terjadi pada benih baik fisik maupun fisiologi, termasuk dormansi primer dan
sekunder. Tipe dormansi ini biasanya berkaitan dengan sifat fisik kulit benih (seed coat). Tetapi kondisi cahaya ideal
dan stimulus lingkungan lainnya untuk perkecambahan mungkin tidak tersedia
(Noflindawati, 2014: 64).
Gerak merupakan salah
satu ciri yang dimiliki oleh mahluk hidup.Tumbuhanjuga
melakukan gerak seperti halnya hewan dan manusia yang bertujuan untuk merespon
atau menanggapi rangsang yang mempengaruhi kehidupannya (Widiastusi, 2004 :42).
Pergerakan
tumbuhan merupakan suatu respon terhadap rangsangan tertentu yang terarah atau
dari arah tertentu. Tumbuhan dapat menerima rangsangan berupa panas, zat kimia,
cahaya, sentuhan, dan gravitasi. Sedangkan respon yang diberikan tumbuhan itu
dapat berupa perubahan metabolisme dan perubahan bentuk dan struktur (Ferita, 2008 :54).
Fototropisme yaitu gerak bagian tubuh tumbuhan karena
pengaruh rangsang cahaya disebut juga gerak heliotropisme. Bila
cahaya yang datang dari atas tumbuhan, tumbuhan akan tumbuh tegak mengarah ke
atas (Salysburi,
2004 :100)
Dormansi yaitu keadaan
terbungkusnya lembaga biji oleh lapisan kulit atau senyawa tertentu. Dormansi
merupakan cara embrio mempertahankan diri dari keadaan lingkungan yang tidak
menguntungkan, tetapi berakibat pada lambatnya
proses perkecambahan (Aldrich, 2005 : 212)
Biji palem putri
mengalami dormansi fisik yang disebabkan oleh struktur kulit biji yang keras. Perendaman biji dapat
melnakan kulit biji . Pelunakan kulit biji menyebabkan biji menjadi lebih mudah
menyerap air dan gas, sehingga proses perkecambahan berlansung lebih cepat.
(Surjawati, 2011: 26)
Dormansi
dibedakan menjadi dormansi fisik dan dormansi fisiologis. Dormansi fisik disebabkan
oleh pembatasan struktural terhadap
perkecambahan biji, sepert kulit biji yang keras dan kedap sehingga
menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas-gas ke dalam biji.
Sedangkan dormansi fisiologis dapat disebabkan oleh sejumlah mekanisme,
tetapi pada umumnya disebabkan oleh zat
pengatur tumbuh, baik yang berupa penghambat maupun perangsang tumbuh (Soejadidan,
2004: 52)
Benih dikatakan dormansi apabila biji tersebut
sebenarnyahidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang
secara umum dianggap telah memenuhi syarat bagi suatu perkecambahan.
Pertumbuhan tidak akan terjadi selama benih belum melalui masa dormansinya,
atau sebelum dikenakan suatu perlakuan khusus terhadap benih tersebut
(Puspanigrum, 2013: 62).
Dormansi benih adalah keadaan dimana biji tetap tidak
akan berkecambah meskipun syarat-syarat perkecambahan benih telah terpenuhi.
Biji tanjung memiliki masa dormansi lebih dari 1,5 hingga 2 bulan, hal ini
diduga karena kondisi kulit biji tanjung yang sangat keras sehingga sulit untuk
dilalui baik oleh air, O2, maupun akar. Selain itu, substansi kimia yang
terkandung dalam daging buah maupun bijinya diduga sebagai penghambat
perkecambahan (Widhityarini, 2013: 3).
Proses perkecambahan benih kelapa sawit cukup sulit
karena benih memiliki kulit yang keras sehingga bersifat dorman. Adanya kondisi
dormansi ini menyebabkan benih harus diberi perlakuan untuk mematahkan
dormansi. Proses pengecambahan benih kelapa sawit yang bermutu memerlukan waktu
sekitar 3 bulan dengan metode pemanasan kering suhu 40°C. metode lain yang
dapat diguanakan untuk mematahkan dormansi benih yaitu dengan merendam benih dalam
air panas (Farhana, 2013: 73).
Proses
dormansi dapat dipatahkan dengan beberapa proses, diantaranya dengan proses
pendinginan, pemanasan, kejutan atau goresan pada biji (fisik). Menggunakan zat
pengatur tumbuh dan asam serta basa (kemis), menggunakan mikroba (biologis)
(Safitri, 2010: 777).
Perlakuan kimia seperti menggunakan
larutan asam kuat sering dilakukan untuk memecahkan dormansi pada benih.
Tujuannya adalah menjadikan kulit biji lebih lunak sehingga lebih mudah dilalui
air saat imbibisi (Esmaeli, 2009: 26).
Dormansi umumnya dapat ditemukan
pada biji, umbi, rhizome, dan umbi lapis. Penyebab terjadinya dormansi
bermacam-macam, ada yang terjadi secara spontan dan ada juga karena pengaruh
lingkungan seperti kekurangan air (Mayer, 2009: 99).
Daftar Pustaka
Bouzille, JB, 2009. Plant Production. Primary
hard seed coat dormancy. Journal of
Agrotechnology France. 1(12):
2107-2289.
Latunra, Andi Ilham, 2012. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan.
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Munch, W. GC. 2008. Storage and Seed
Dormancy. End of dormancy in plants allowed of Thai inquiret. Journal of Thai Silviculture Troric.
3(27): 1789-2123.
Lima, D. 2012. Pengaruh Waktu
Perendaman Dalam Air Panas Terhadap Daya Kecambah Leguminosa Centro (Centrosema Pubescens) Dan Siratro (Macroptilium atropurpureum). Jurnal Agrinimal,
Vol 2 (1): 26-29.
Noflindawati. 2014. Pengaruh Umur
Simpan Dan Skarifikasi Terhadap
Viabilitas Benih Sirsak (Annona muricata L). Jurnal
Floratek, Vol 9 (1): 63 – 68.
Rozen, N, dkk. 2011. Pematahan
Dormansi Benih Aren (Arenga Pinnata)
Dengan Pelumuran Kulit Benih Pada Suspensi Trichoderma.
Jurnal Jerami, Vol 4 (3): 162-168.
Ferita . I. 2008. Pengaruh Intensitas
Cahaya Terhadap Pertumbuhan Bibit Gambir. Jurnal
Pengetahuan Alam. Vol, 2(2): 50-54.
Salysburi. F. 2004. Fisiologi
Tanaman.
Bandung: ITB.
Widiastusi. L. 2004.
Pengaruh
Intesitas Cahayadan Kadar Daminosida Terhadap Iklim
Mikro dan Pertumbuhan Tanaman Krisan Dalam Pot. Jurnal Ilmu Pertanian, Vol 11(2): 35-42.
Aldrich,
R. J. 2005.
Weed Crop Ecology Principles in Weed
Management. Wadsworth, Inc., Belmont, California, USA. p : 92-126; 210-244.
Soejadidan US Nugraha. 2004 Pengaruh Perlakuan Pematahan Dormansi
Terhadap Daya Berkecambah Padi. Bogor : IPB press
Surjawati, S. 2011. Penggunaan Air Kelapa Untuk Meningkatkan
Perkecambahan dan pertumbuhanPalem Putri (Vetchia
merilii). Jurnal Teknik Pertanian
Tropis dan Biosistem, 10(1): 24-28.
Farhana, Belladina., Ilyas, Satriyas., dkk. 2013.
Pematahan Dormansi Benih Kelapa Sawit (Elaesis
guineensis Jacq) dengan Perendaman dalam Air Panas dan variasi Konsentrasi
Ethephon. Agrohorti. Vol 1(1): 72-78.
Puspanigrum, Chintya., Muin, Abdurrani., dkk. 2013.
Pengaruh Beberapa Perlakuan Terhadap Masa Dormansi Biji Belian (Eusideroxylon zwageri). Jurnal Penelitian Bidang Ilmu. Vol 2(4):
61-68.
Widhityarini, Djawati., Suyadi., & Purwantoro,
Aziz. 2013. Pematahan Dormansi Benih Tanjung (Mimusops elengi L.) dengan Skarifikasi dan Perendaman Kalium
Nitrat, Jurnal Manajemen Hutan Tropika.
Vol 1(1): 1-10.
0 Response to "kumpulan dasar teori dormansi laporan praktikum fisiologi tumbuhan lengkap"
Post a Comment