Dasar teori Kadar air tanah pada kapasitas lapang
Tanah mempunyai
kapasitas lapang apabila tanah kering yang dibasahi dengan air sampai air yang
membasahi tanah tersebut bergerak kapiler dan gaya gravitasinya tidak mampu
lagi menurunkan air itu lebih lanjut. Kapasitas lapangnya terlebih dahulu
dikeringkan dan dihaluskan sampai terurai menjadi partikel menjadi partikel
kecil dan masuk ke dalam tanah (Heedler, 2010: 540).
Kapasitas lapang yaitu air yang
dapat ditahan oleh tanah setelah air gravitasi turun semua. Kondisi kapasitas
lapang terjadi jika tanah dijenuhi, Tiap tanaman membutuhkan keadaan cuaca dan
iklim tertentu untuk dapat tumbuh berkembang dengan baik sehingga didapatkan
hasil yag setinggi-tingginya dan kapasitas lapang tergantung terhadap luasnya
permukaan (Fans. 2006: 50).
Kapasitas lapang
adalah persentase kelembaban yang ditahan oleh tanah sesudah terjadi drainase
dan kecepatan gerakan air ke bawah. Keadaan ini terjadi 2-3 hari sesudah hujan
jatuh selama air di dalam tanah masih lebih tinggi dari pada kapasitas lapang
maka tanah akan tetap lembab, ini disebabkan air kapiler selalu dapat mengganti
kehilangan air (Woodly, 2010: 320).
Kapasitas lapang adalah kemampuan tanah
untuk menyerap air. Kapasitas serap air pada tanah pasir sangat rendah, ini
disebabkan karena tanah pasir tersusun atas 70% partikel tanah berukuran besar
(0,02-2mm) (Sinulingga, 2010: 33).
Tingkat kapasitas lapang sangat berperan
penting dalam bercocok tanam di suatu daerah,apabila kapasitas lapang pada
suatu tanaman tidak di perhatikan maka
tanaman tersebut tidak bisa tumbuh dengan optimal. Untuk menentukana kapasitas lapang dapat digunakan
dengan metode membandingkan kadar air kapasitas lapang di teko dengan kadar air
kapasitas di bedengan (Gusdi, 2014: 29).
Produksi tanaman pertanian sangat
dipengaruhi oleh ketersediaan air, dan
juga pada gilirannya sifat-sifat tanah
dan kandungan air dalam tanah. Kadar air di dalam tanah, terutama sekitar
daerah perakaran harus cukup untuk memenuhi kebutuhan air tanaman atau berada
dalam kondisi kapasitas lapang, agar tanah
dapat tumbuh dengan optimal (Arsyad, 2012: 32).
Tanaman
lidah buaya yang mendapat cekaman kekeringan dengan kadar air 40% kapasitas lapangan
memiliki bobot daun khas lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman lidah buaya
yang memperoleh cekaman kekeringan dengan kadar air 80% kapasita lapangan dan
kadar air 60% kapasitas lapangan, namun tidak berbeda secara nyata dengan tanaman
lidah buaya yang memperoleh cekaman kekeringan dengan kadar air kapasitas
lapangan (Zulfita, 2012: 11).
Kemampuan
tanaman untuk menyerap air tersedia tergantung pada jenis tanaman dan profil
tanah yang dapat dijangkau oleh akar. Kisaran air tanah tersedia bagi tanaman merupakan
air yang terikat antara kapasitas lapang (pF 2,54) dan titik layu permanen (pF
4,2) yang besarnya bervariasi tergantung pada tekstur tanah, yaitu semakin
halus tekstur tanah semakin besar kisarannya (Nurhayati, 2009: 56).
Suatu
bukti yang kuat bahwa ada korelasi antara peningkatan kandungan prolin dengan kapasitas
untuk bertahan pada kondisi kekurangan air dan prolin disintesis selama
kekurangan air sebagai cadangan bahan organik N selama masa pemulihan dimana
prolin didegradasi untuk meningkatkan status energi dalam proses pemulihan
tersebut (Rahayu, 2010: 48).
Rendahnya
pertumbuhan dan hasil pada kadar air tanah dibawah kapasitas lapang dikarenakan
perkembangan akar yang kurang baik, sehingga penyerapan hara, air dan oksigen
yang kurang yang menyebabkan pertumbuhan bagian atas dan hasil tanaman juga
menurun. Selama perkembangan vegetative dapat mengurangi laju perpanjangan
batang dan pelebaran daun, sehingga menurunkan laju fotosintesis dan akhirnya
pertumbuhan tanaman menurun (Ichsan, 2010: 28).
Perakaran
tumbuhan tumbuh ke dalam tanah yang lembab dan menarik air sampai tercapai
potensial air kritis dalam tanah. Air yang dapat diserap dari tanah oleh akar
tumbuhan disebut air yang tersedia. Air yang tersedia merupakan perbedaan
antara jumlah air dalam tanah pada kapasitas lapang dan jumlah air dalam tanah
pada persentase pelayuan permanen. Air pada kapasitas lapang adalah air yang
tetap tersimpan dalam tanah yang tidak mengalir ke bawah karena gaya gravitasi
(Solichatun, 2005: 47).
Kapasitas lapang
(field capacity) adalah kemampuan partikel tanah untuk menahan sejumlah air
sebanyak mungkin terhadap adanya gaya tarik bumi (grafitasi). Penentuan
kapasitas lapang (KL) dilakukan untuk mengetahui volume penyiraman yaitu dengan
metode gravimetric. Mengisi 7 buah pot ukuran 1 kg dengan media tanam yang akan
digunakan, masingmasing pot diisi media tanam sebanyak 500 g (Herdiawan, 2013:
259).
Kadar air tanah dinyatakan dalam
persen volume yaitu persentase volume air terhadap volume tanah. Cara ini
mempunyai keuntungan karena dapat memberikan gambaran tentang ketersediaan air
bagi tanaman pada volume tanah tertentu. Cara penetapan kadar air dapat
dilakukan dengan sejumlah tanah basah dikering ovenkan dalam oven pada suhu
1000 C – 1100 C untuk waktu tertentu. Air yang hilang karena pengeringan
merupakan sejumlah air yang terkandung dalam tanah tersebut. Air irigasi yang
memasuki tanah mula-mula menggantikan udara yang terdapat dalam pori makro dan
kemudian pori mikro. Jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan dengan
ukuran pori-pori pada tanah. Air tambahan berikutnya akan bergerak ke bawah
melalui proses penggerakan air jenuh. Penggerakan air tidak hanya terjadi
secara vertikal tetapi juga horizontal. Gaya gravitasi tidak berpengaruh
terhadap penggerakan horizontal (Hakim, 2011: 8).
Air tersedia biasanya dinyatakan
sebagai air yang terikat antara kapasitas lapangan dan koefisien layu. Kadar air
yang diperlukan untuk tanaman juga
bergantung pada pertumbuhan tanaman dan beberapa bagian profil tanah yang dapat
digunakan oleh akar tanaman. (Hardjowigeno, 2008: 11).
Kemampuan tanah menahan air
dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Tanah-tanah bertekstur kasar
mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada tanah bertekstur halus. Oleh
karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir umumnya lebih mudah
kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau liat. Kondisi kelebihan
air ataupun kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Ketersediaan
air dalam tanah dipengaruhi: banyaknya curah hujan atau air irigasi, kemampuan
tanah menahan air, besarnya evapotranspirasi (penguapan langsung melalui tanah
dan melalui vegetasi), tingginya muka air tanah, kadar bahan organik tanah,
senyawa kimiawi atau kandungan garam-garam, dan kedalaman solum tanah atau
lapisan tanah (Madjid, 2010: 23).
daftar pustaka
Frans, James. 2006. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Journal Kultivur Perbandingan, Vol 1(2):
40-50.
Heedler. 2010. Kapasitas Lpang Tanah. Diktat Jurnal Tanah, Vol 2(9): 540-547.
Woodly. 2010. Kpasitas Lapang. New
York Jurnal, Vol 1(9): 320-324.
Arsyad, A. 2012. Pemupukan Kelapa
Sawit Berdasarkan Potensi Produksi Untuk
Meningkatkan Hasil Tandan Buah Segar (Tbs)
Pada Lahan Marginal Kumpeh. Jurnal
Penelitian Universitas Jambi Seri Sains, Vol 14 (1): 29-36.
Gusdi, R, dkk. 2014. Teknologi
Pemberian Air Pada Bedengan Berdasarkan Kadar Air Kapasitas Lapang Tanah. Jurnal
Nasional Ecopedon, Vol 2 (2): 29-33.
Sinulingga, M. 2010. Kemampuan
Mengikat Air oleh Tanah Pasir yang Diperlakukan dengan Tepung Rumput Laut (Gracilaria verrucosa). Jurnal Pertanian, Vol 1 (3): 32-38.
Nurhayati. 2009. Pengaruh Cekaman
Air Pada Dua Jenis Tanah Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Kedelai ( Glycine Max (L.) Merril). Jurnal Floratek, Vol 4 (1): 55-64.
Rahayu, A, dkk. 2010. Karakter Agronomis dan Fisiologis Padi
Gogo yang ditanam pada Media
Tanah Bersekam pada Kondisi Air di Bawah Kapasitas Lapang. Jurnal Akta Agrosia, Vol 13 (1):40 – 49.
Zulfita, D. 2012. Kajian
Fisiologi Tanaman Lidah Buaya Dengan Pemotongan Ujung Pelepah Pada Kondisi
Cekaman Kekeringan. Jurnal Perkebunan
& Lahan Tropika, Vol 2 (1): 7-14.
Herdiawan.
2013. Pertumbuhan Tanaman Pakan Ternak Legum Pohon Indigofera zollingeriana
pada Berbagai Taraf Perlakuan Cekaman Kekeringan. Jurnal JITV, Vol 18 (4): 258-264.
Ichsan, Cut Nur,
Mardhiah Hayati, Syarifah Putri Mashtura. 2010. Respon Kedelai Kultivar Kipas
Putih Dan Wilis Pada Kadar Air Tanah Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Dan
Hasil. Jurnal Agrista, Vol 14 (1):
25-29.
Solichatun,
Endang Anggarwulan, Widya Mudyantini. 2005. Pengaruh Ketersediaan Air terhadap
Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum
paniculatum Gaertn.). Jurnal Biofarmasi, Vol
3 (2): 47-51.
0 Response to "Dasar teori Kadar air tanah pada kapasitas lapang"
Post a Comment