Dasar Teori Kecepatan Respirasi pada Ikan Lengkap
Mekanisme
adaptasi tanaman untuk mengatasi cekaman kekeringan adalah dengan respon
kontrol transpirasi dan pengaturan
osmotik sel. Pada mekanisme
ini, terjadi sintesis dan
akumulasi senyawa organik yang
dapat menurunkan potensial osmotik sehingga
menurunkan potensial air
dalam sel tanpa
membatasi fungsi enzim serta
menjaga turgor sel
(Setiawan, 2012: 86).
Cekaman air
pada tanaman dapat disebabkan oleh
kekurangan suplai air di
daerah perakaran. Di samping itu permintaan air
yang berlebihan oleh
daun akibat laju evapotranspirasi melebihi
laju absorpsi air walaupun
ketersediaan air tanah
cukup juga mengakibatkan cekamn
kekeringan. Oleh sebab itu
laju transpirasi, sistem
perakaran dan ketersediaan air
tanah mempengaruhi serapan air
oleh akar tanaman (Nio, 2011: 1).
Pengurangan
ukuran daun dihubungkan denga pengurangan kecepatan transpirasi. Tumbuhan
dengan daun kecil biasanya mempunyai habitat kering. Pengurangan ukuran daun
sering kali diikuti dengan peningkatan jumlah total daun pada tumbuhan (Sri,
2006: 250).
Transpirasi
adalah hilangnya uap air dari permukaan tumbuhan. Transpirasi berbeda dengan penguap
sederhana karena
berlangsung pada jaringan hidup di pengaruhi oleh fisiologi tumbuhan. Laju transpirasi dipengaruhi
oleh ukuran tumbuhan, kadar
CO2, cahaya,
suhu, aliran udara, kelembaban
dan ketersediaan air tanah (Harwati, 2007: 46).
Kekurangan
air di dalam jaringan tanaman dapat disebabkan oleh kehilangan air yang berlebihan pada saat transpirasi melalui
stomata dan sel lain seperti kutikula atau disebabkan oleh keduanya. Namun
lebih dari 90% transpirasi terjadi melalui stomata di daun. Selain berperan
sebagai alat untuk penguapan, stomata juga berperan sebagai alat untuk
pertukaran CO2 dalam proses fisiologi yang berhubungan dengan produksi
(Lestari, 2006: 44).
Kajian
fisiologi paku picisan dilakukan terhadap variabel jumlah stomata dan lebar
bukaan stomata dengan menggunakan metode cetak stomata, sedangkan pengamatan
jumlah klorofil menggunakan metode spektrofotometri dan pengamatan laju
transpirasi menggunakan kertas kobalt klorida. Kajian anatomi paku picisan
dengan membuat preparat irisan melintang dan membujur pada akar, batang, dan
daun. Kajian pertumbuhan paku picisan diamati dengan melakukan pengukuran
pertambahan panjang sulur pada interval satu minggu sekali selama musim hujan
dan musim kemarau (Yuliasmara, 2013: 133).
Transpirasi dapat diartikan sebagai
proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata,
kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman melalui bagian tanaman yang
lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil
dibandingkan dengan yang hilang melalui stomata. Cepat lambatnya proses
transpirasi ditentukan oleh faktor-faktor yang mampu merubah wujud air sebagai
cairan ke wujud air sebagai uap atau gas dan faktor-faktor yang mampu menyebabkan
pergerakan uap atau gas (Akaahan, 2012: 308).
Kemungkinan kehilangan
air dari jaringan lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut
sangat kecil dibandingkan dengan yang hilang melalui stomata. Oleh sebab itu,
dalam perhitungan besarnya jumlah air yang hilang dari jaringan tanaman umumnya
difokuskan pada air yang hilang melalui stomata (Patrick,
2014: 2187).
Transpirasi ialah satu proses
kehilangan air dari tumbuh-tumbuhan ke atmosfer dalam
bentuk uap
air. Air diserap
dari
akar
rerambut tumbuhan dan
air itu kemudian
diangkut melalui
xilem ke semua bagian tumbuhan khususnya daun. Bukan
semua
air
digunakan dalam proses fotosintesis. Air yang berlebihan akan disingkirkan
melalui proses transpirasi (Salisbury, 2006).
Proses peningkatan oksigen dan
pengeluaran karbondioksida oleh darah melalui permukaan alat pernafasan
organism dengan lingkungannya dinamakan pernafasan (respirasi). Sistem organ
yang berperan dalam hal ini adalah insang. Oksigen merupakan bahan pernafasan
yang dibutuhkan oleh sel untuk berbagai reaksi metabolisme. Bagi ikan, oksigen
diperlukan oleh tubuhnya untuk menghasilkan energi melalui oksidasi lemak dan
gula (Triastuti, 2009: 87).
Sumber oksigen terlarut dapat
berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer (sekitar 35%) dan
aktifitas fotosintesis dari tumbuhan air dan fitoplankton. Difusi oksigen dari
atmosfer ke dalam air dapat terjadi secara langsung pada kondisi air diam
(stagnant). Difusi juga dapat terjadi karena agitasi atau pergolakan massa air
akibat adanya gelombang atau ombak dan air terjun. Namun, pada hakikatnya
difusi oksigen dari atmosfer ke perairan berlangsung relatif lambat, meskipun
terjadi pergolakan massa air. Oleh karena itu, sumber utama oksigen di perairan
adalah fotosintesis (Effendi, 2003: 90).
Dilihat dari jumlahnya, oksigen
(O2) terlarut adalah salah satu jenis gas terlarut dalam air dengan
jumlah yang sangat banyak, yaitu menempati urutan kedua setelah nitrogen. Namun
jika dilihat dari segi kepentingan untuk budidaya ikan, oksigen menempati
urutan teratas. Oksigen yang diperlukan ikan untuk pernafasannya harus terlarut
dalam air. Hanya jenis ikan tertentu, seperti lele, gurami, dan tambakan yang
mampu menghirup oksigen di udara bebas karena mempunyai alat pernafasan
tambahan (Kordi, 2004: 45).
daftar pustaka
Effendi dan Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air.
Yogyakarta:
Kanisius.
Kordi,
M. G. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Jakarta: Rinneka Cipta
Triastuti,
J., L.
Sulmartiwi dan Y. Dhamayanti. 2009. Ichtyologi. Surabaya:
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga.
Ai, Nio Song. 2011. Biomassa Dan Kandungan Klorofil
Total Daun Jahe (Zingiber
officinale L.) Yang Mengalami Cekaman Kekeringan. Jurnal Ilmiah
Sains Vol. 11(1): 1-5.
Mulyani, Sri.
2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta:
Kaninus.
Setiawan, Dkk. 2012. Pengaruh Cekaman Kekeringan
Terhadap Akumulasi Prolin
Tanaman Nilam (Pogostemon cablin
Benth.). Jurnal Ilmu Pertanian Vol. 15 (2): 85 – 99.
Harwati, C. T. 2007.
Pengaruh Kekurangan Air Terhadap Pertumbuhan Dan Perkembangan
Tanaman Tembakau Innofarm. Jurnal Inovasi Pertanian, Vol 6 (1): 44-51.
Lestari, E. 2006. Hubungan antara
Kerapatan Stomata dengan Ketahanan Kekeringan pada Somaklon Padi Gajahmungkur,
Towuti, dan IR 64. Jurnal Biodiversitas,
Vol 7 (1): 44-48.
Yuliasmara, F, dkk. 2013. Morfologi,
Fisiologi, dan Anatomi Paku Picisan (Drymoglossumphyloselloides)
serta Pengaruhnya pada Tanaman Kakao. Jurnal
Pelita Perkebunan, Vol 29 (2): 128-144.
Akaahan, T. J. dkk. 2012. Principles of Biology Plants in Tropical Area. New York. Journal Soil classification,
3(2):308-329.
Patrick, Oduor dkk. 2014. Calculation of The Amount of Water Lost From Plant Tissue.
Singapure. Journal Morphology and Soil
Determination, 6(4):2187-2199.
Salisbury,
Frank B. & Ross, Cleon W. 2006. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB.
0 Response to "Dasar Teori Kecepatan Respirasi pada Ikan Lengkap"
Post a Comment