Pengamatan
Populasi Hewan Nocturnal (Kukang).
Observation of Nocturnal
Animal Population (Kukang)
Rizal Sunanda
Rizalsunanda.bio14@fkip.unsyiah.ac.id
Abstrak
Telah
dilakukan praktikum yang berjudul “Pengamatan Populasi Hewan Nocturnal (Kukang).” pada tanggal
21-23 April 2017. Tujuan Untuk mengamati populasi kukang dan mengetahui respon hewan tentang
tingkah laku sesuai dengan perubahan kondisi lingkungan. Alat.
Meteran . Senter. Teropong. Kamera. Alat tulis. Bahan Kukang disekitar. Data ini diambil dengan teknik pengamatan
langsung. Bahan yang telah tersedia dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah
ada lalu diamati dan dibuat laporan. Kesimpulannya
Adaptasi hewan merupakan interaksi hewan dengan lingkungannya menunjukan
adanya hubungan timbal balik antara hewan dengan lingkungannya.
Kata Kunci :
Nocturnal, kukang, hewan.
A practicum has been
conducted entitled "Observation of Nocturnal Animal Population
(Kukang)" on 21-23 April 2017. Objective To observe loris population and
to know animal response about behavior in accordance with changing
environmental conditions. Tool. Meter. Flashlight. Binoculars. Camera.
Stationary. Loris materials around. This data is taken with direct observation
techniques. Available materials are made in accordance with existing procedures
and then observed and made reports. Conclusion Adaptation of animals is the
interaction of animals with their environment indicates a reciprocal
relationship between animals and their environment.
Keywords:
Nocturnal, slow loris, animal.
Pendahuluan
Campbell et al (2008: 300) mengatakan bahwa, “ Ada tiga
kelompok utama primata yang masih ada: 1) lemur-lemur Madagaskar serta kukang
yang terdapat di wilayang tropis seperti Afrika dan Asia Tenggara. 2) Tarsius,
yang hidup di Asia Tenggara, dan 3) antropoid yang mencakup monyet dan kera
yang ditemukan di seluruh dunia”.
Lebih
lanjut Nurshid & Purnama (2007) yang dikutip oleh Hadi & Wirdateti
(2008: 7-8) mengatakan bahwa, “ Data dari IUCN menunjukkan bahwa kukang
merupakan salah satu satwa liar yang berstatus rentan (vurnable) dan tercantum
dalam appendix I Cites sejak tahun 2007. Di Indonesia, sejak tahu 1967 hewan
ini masuk dalam daftar satwa yang dilindungi. Walaupun belum ada data ilmiah
yang pasti mengenai populasi kukang di alam, tetapi berdasarkan survey dan
monitoring yang dilakukan Profauna sejak tahun 2000 hingga 2006, diperkirakan
setiap tahunnya sekitar 6000 hingga 7000 ekor kukang diperdagangkan”.
Kukang
tergolong satwa pemakan segala (omnivora), seperti halnya dengan satwa primata
lainnya, pakan utama adalah buah-buahan dan dedaunan. Namun demikian kukang
dihabitat aslinya, juga memakan biji-bijian, serangga, telur burung, kadal dan
mamalia kecil. Populasi kukang di alam
saat ini diperkirakan cenderung menurun karena perusakan habitat dan
perburuan yang terus berlangsung tanpa memperdulikan umur dan jenis kelamin
(Sinaga, 2010 : 69).
Pada
umumnya kukang dapat ditemukan di hutan primer, sekunder dan hutan bambu,
demikian juga halnya dengan kukang jawa di Jawa Barat. Namun dari beberapa
penelitian, kukang jawa juga ditemukan di luar kawasan konservasi yaitu pada
hutan perkebunan (hutan rakyat) atau talun di Sumedang dan kawasan hutan kebun
Badui di sekitar Ciboleger, dimana suplai pakan tersedia berupa buah-buahan,
serangga dan reptil
kecil (Wirdateti, 2010: 18).
Pemindahan aphid pada waktu diurnal
(siang hari) lebih banyak dari pada nokturnal (malam hari). Aktifitas diurnal
tertinggi terjadi pada pukul 09.00 – 10.00 karena serangga tersebut sudah tidak
menghasilkan cairan gula. Tingginya aktivitas pencarian makan berupa serangga
kemungkinan terjadi karena interaksi antara semut pada pohon yang berbeda dalam
satu koloni. Aktivitas terus menurun sejak pukul 16.00-17.00 dan masih
berlanjut hingga waktu nokturnal (Yusdira, 2014: 21).
Metode/Cara Kerja
Waktu
dan Tempat
Praktikum
dilakukan di Desa Lamtamot, Lembah
Selawah, Aceh Besar. pada
tanggal 21-23
April 2017.
Alat
dan Bahan
Alat.
Meteran . Senter. Teropong. Kamera. Alat tulis. Bahan Kukang disekitar
Prosedur
Dibuat stratifikasi diseputaran habitatnya.
Pengamatan dilakukan pada malam hari hingga menjelang pagi. Diperhatikan pada
stratifikasi apakah kukang tersebut bermalam . Diamati beberapa jumlah kukang
yang ditemukan. Diperhatikan perilaku kukang tersebut. Dicatat setiap kegiatan
kukang tersebut.
Teknik Pengumpulan Data
Data ini diambil dengan teknik
pengamatan langsung. Bahan yang telah tersedia dilakukan sesuai dengan prosedur
yang telah ada lalu diamati dan dibuat laporan.
Hasil
dan Pembahasan
Habitasi
adalah suatu bentuk belajar yang paling sederhana, akan terjadi jika stimulus
yang tidak berbahaya didapat oleh organisme (hewan) secra berulang-ulang,
setelah terjadi stimulus tersebut maka organisme (hewan) akan mengabaikannya.
Habitusi akan dihasilkan setelah organisme (hewan) belajar, sehingga akan
kehilangan respons bila stimulus dilakukan berulang-ulang dan tidak
membahayakan dirinya.
Kukang
adalah salah satu jenis primata. Seperti halnya satwa primata lainnya, kukang
memiliki lima jari yang bisa menggenggam. Kemampuannya ini dipakai untuk
menapaki ranting dan cabang-cabang pohon di hutan. Dalam hal taksonomi atau
ilmu klasifikasi mahluk hidup, satwa ini termasuk ke golongan primata tingkat
rendah dengan sub ordo Strepsirrhini dan genus Nycticebus yang berarti “kera
malam”. Kukang hidup di hutan-hutan pegunungan di tiga pulau besar di
Indonesia, yaitu di Jawa (Nycticebus javanicus), Sumatera (Nycticebus coucang),
dan juga Kalimantan (Nycticebus menagensis)
Kesimpulan
Adaptasi
hewan merupakan interaksi hewan dengan lingkungannya menunjukan adanya hubungan
timbal balik antara hewan dengan lingkungannya.
Saran
Sebaiknya
dalam melakukan praktikum dalam keadaan bersungguh-sungguh, tidak terlalu
banyak bermain sehingga tidak akan lebih banyak lagi waktu yang terbuang
percuma.
Daftar
Pustaka
Campbell, Neil dkk. 2008. Biologi Jilid 2 Edisi Kedelapan.
Jakarta: Erlangga.
Dahrudin, Hadi & Wirdateti.
2008. Jenis Tumbuhan Pakan dan Tempat Bersarag Kukang (Nycticebus coucang) di Hutan Lindung Pegunungan Merratus, Kalimanta
Eslatan. Jurnal Fauna Tropika, 17(1): 7-1.
Sinaga, W. 2010. Konsumsi Pakan
Asal Hewan pada Kukang (Nycticebus coucang) di Fasilitas Penangkaran, Pusat Studi
Satwa Primata (PSSP). Jurnal Rimatologi
Indonesia. Vol. 7(2): 45-49.
Wirdateti, dkk. 2010. Sebaran
Dan Habitat Kukang Jawa (Nycticebusjavanicus) Di Lahan Pertanian (Hutan
Rakyat) Wilayah Kabupaten Lebak (Banten) dan Gunung Salak (Jawa Barat). Jurnal Fauna Tropika, Vol 20(1): 17-25.
Yusdira,. A, dkk. 2014. Budi Daya
Kroto Sistem Stoples. Jakarta : Agromedia
0 Response to "laporan Pengamatan Populasi Hewan Nocturnal (Kukang) praktikum ekologi hewan"
Post a Comment