ads

laporan Kecepatan Respirasi Pada Ikan praktikum fisiologi hewan

Kecepatan Respirasi Pada Ikan
Rate respiration in Fish
Rizal Sunanda
Rizalsunanda.bio14@fkip.unsyiah.ac.id

                                                                     Abstrak
Telah dilakukan praktikum yang berjudul “Kecepatan Respirasi Pada Ikan” pada tanggal 5 April 2017. Tujuan dari praktikum ini adalah Untuk melihat kecepatan respirasi hewan pada perbedaan suhu, bobot tubuh dan luas permukaan tanah. Alat yang dibutuhkan dalam praktikum kali ini adalah water bath, termometer, tally counter, gelas beker berskala sedangkan bahan yang digunakan adalah aquadest, ikan berukuran kecil, sedang dan besar, es, dan timbangan. Metode yang digunakan adalah metode pengamatan langsung. Proses peningkatan oksigen dan pengeluaran karbondioksida oleh darah melalui permukaan alat pernafasan organisme dengan lingkungannya dinamakan pernafasan (respirasi). Pertukaran gas oksigen dan karbondioksida dalam tubuh makhluk hidup disebut pernafasan atau respirasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi adalah suhu, kadar CO2 di dalam udara, ukuran tubuh, bobot tubuh, jenis ikan, dan aktifitas ikan. Hasil yang didapatkan berupa semakin besar bobot tubuh ikan, semakin kecil pula laju respirasinya.
Kata Kunci : respirasi, ikan, tubuh



Abstract
               Has done lab work entitled "Free Respiration In Fish" on April 5, 2017. The purpose of this lab is to see animal respiration rate on the difference in temperature, body weight and surface area of ​​the ground. Lab equipment needed in these times is a water bath, thermometer, tally counters, glass beaker scale while the materials used are distilled water, the fish are small, medium and large, ice, and scales. The method used is the method of direct observation. The process of improving the oxygen and carbon dioxide output by the blood through the surface of the organism with its environment respirator named breathe (respiration) . Exchange  oxygen and carbon dioxide gas in the living body is called respiration. Factors that affect respiration is temperature, CO2 levels in the air, body size, weight, type of fish and fish activity. Results obtained in the form of the greater weight of fish, the smaller the rate of it respiration.
Keywords: respiration, fish, body





Pendahuluan

Senyawa toksik yang berasal dari Decis akan masuk secara respiratorik bersamaan dengan air melalui insang, saat proses respirasi terjadi. Masuknya senyawa toksik melalui insang akan menyebabkan terjadinya kerusakan insang dan mengakibatkan kematian ikan (Wulandari, 2013,p. 254). Laju metabolisme adalah jumlah total energi yang diproduksi dan dipakai oleh tubuh per satuan waktu, laju metabolisme berkaitan erat dengan respirasi karena respirasi merupakan proses ekstraksi energi dari molekul makanan yang bergantung pada adanya oksigen. Laju metabolisme biasanya diperkirakan dengan mengukur banyaknya oksigen yang dikonsumsi makhluk hidup per satuan waktu. Hal ini memungkinkan karena oksidasi dari bahan makanan memerlukan oksigen (dalam jumlah yang diketahui) untuk menghasilkan energi yang dapat diketahui jumlahnya juga (Putra, 2015: 13).
Dengan menurunnya metabolisme ikan, maka laju konsumsi oksigen menurun dan laju pengeluaran eksresi juga menjadi berkurang. Kondisi ini sangat menguntungkan bagi ikan untuk dapat bertahan hidup selama pengangkutan dan peningkatan kepadatannya (Yanto, 2012: 44).
Fusi lamela terjadi oleh adanya hiperplasia yang meluas pada sel-sel basal dan epithelium sehingga lamela sekunder akan menyatu. Peristiwa ini mengakibatkan terhambatnya proses respirasi maupun ekspirasi gas pernapasan yang masuk dan keluar tubuh ikan. Adanya hemorrhagi (pendarahan) pada lamela karena terjadinya kontak langsung dengan deterjen pada saat respirasi (Suparjo, 2010: 4).
Kerusakan epitel insang terjadi akibat pengikatan lendir terhadap sejumlah Pb yang melewati lamella dan dengan komposisi yang lebih besar mampu menghalangi proses pertukaran gas-gas dan ion pada lamella dalam sistem respirasi dan dapat mengakibatkan sistem respirasi ikan bandeng terhambat dan pada akhirnya dapat menyebabkan kematian (Purnomo, 2007, p. 72). 
Salinitas, temperatur, dan pH perairan sangat berpengaruh terhadap pola sebaran cacing parasit dan sistem imun pada ikan karena kedua faktor ini memengaruhi kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air sebagai inang parasit (Rohlenova et al. 2011). Pertumbuhan parasit akan dapat meningkat dengan pesat walaupun hanya dengan adanya peningkatan temperatur perairan yang sedikit (Macnab & Barber 2011). Pada suhu perairan yang tinggi akan menyebabkan ikan mem- butuhkan energi yang lebih besar sehingga asupan makanan akan bertambah, bahan makanan dalam tubuh ikan tersebut lebih banyak dimanfaatkan oleh cacing parasitik untuk tumbuh dan berkembang dibandingkan untuk kebutuhan ikan itu sendiri (Indaryanto, 2014,p .148).

Metode
Waktu dan Tempat
Praktikum dilakukan di Laboratorium Pendidikan Biologi FKIP Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Darusasalam Banda Aceh pada tanggal 5 April 2017.
Alat dan Bahan
        Alat yang dibutuhkan dalam praktikum kali ini adalah water bath, termometer, tally counter, gelas beker berskala sedangkan bahan yang digunakan adalah aquadest, ikan berukuran kecil, sedang dan besar, es, dan timbangan.

Prosedur
        Hal yang harus dilakukan diisilah water bath dengan aquadest lalu diukur suhunya. Dimasukkan ikan kedalam water bath. Dihitung gerakan insang permenit dan dilakukan perhitungan sampai 5 menit, kemudian catat frekuensi tersebut. Dimasukkan es kedalam air water bath, dibiarkan suhu tetap. Dicatat frekuensi permenit dan dilakukan pengamatan sampai 5 menit. Dinaikkan suhu water bath sampai lebih tinggi dari suhu biasa atau suhu kamar, misalnya 5˚C. dihitung respirasi ikat tersebut. Dicatat jumlah frekuensi respirasi ikan setiap variasi suhu pada tabel yang telah disiapkan. Ditimbang berat tubuh masing-masing jenis ikan. Ditentukan juga luas permukaan tubuh masing-masing jenis ikan. Diulang percobaan dengan jenis ikan lain.

Teknik Pengumpulan Data
        Data ini diambil dengan teknik pengamatan langsung. Bahan yang telah tersedia dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ada lalu diamati dan dibuat laporan.
Hasil dan Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan Dari hasil pengamatan yang dilakukan mengenai kecepatan respirasi pada ikan talah dapat dilihat dan diketahui proses respirasi pada ikan dari berbagai perlakuan dengan memasukkan ikan kecil, ikan sedang dan ikan besar kedalam perlakuan air yang berbeda yakni air normal, air dingin dan air panas untuk membedakan proses respirasi yang terjadi pada ikan- ikan yang berbeda ukuran tersebut.
Proses peningkatan oksigen dan pengeluaran karbondioksida oleh darah melalui permukaan alat pernafasan organisme dengan lingkungannya dinamakan pernafasan (respirasi). Pertukaran gas oksigen dan karbondioksida dalam tubuh makhluk hidup disebut pernafasan atau respirasi. O2 dapat keluar masuk jaringan melalui difusi. Pada dasarnya metabolisme yang normal dalam sel-sel makhluk hidup memerlukan oksigen dan karbondiokdisa. Pada hewan vertebrata terlalu besar untuk dapat terjadinya interaksi secara langsung antara masing-masing sel tubuh dengan lingkungan luar tubuhnya. Sistem organ yang berperan dalam hal ini adalah insang. Oksigen merupakan bahan pernafasan yang dibutuhkan oleh sel untuk berbagai reaksi metabolisme.
Pada pengamatan yang telah dilakukan, untuk mengetahui proses respirasi yang terjadi pada ikan dilakukan pemilihan ikan dengan ukuran yang berbeda yakni 3 ikan berukuran kecil, 3 ikan berukuran sedang dan 3 ikan berukuran besar. Selanjutnya diukur dan ditimbang ikan untuk mengetahui massa tubuhnya. Kemudian setelah diketahui ukuran tubuh dan massa tubuhnya, dimasukkan masing- masing ikan kedalam 3 perlakuan air yakni air normal, air dingin dan air panas (Gambar 1, 2, 3).




Gambar 1. Ikan Ukuran Kecil




Gambar 2. Ikan Ukuran Sedang
Selanjutnya dihitung  selama 5 menit.  Dihitung  gerakan operculum insang dari ikan kecil hingga ikan besar. Dapat dilihat bahwa ikan yang diletakkan di dalam air panas gerakan operculum insang lebih cepat dibandingkan ikan yang diletakkan pada air normal dan air dingin. Sementara ikan yang diletakkan di air dingin gerakan operculumnya lebih lambat.

 





Gambar 3. Ikan Ukuran Besar
Perlakuan
         Kecepatan respirasi
     Kecil      Sedang       Besar
Normal                2,8            3             2,66
26oC
Rendah               0,09         0,27            0,95
19oC
Tinggi                  2,51        2,98            2,4
38oC
Tabel 1. Perbandingan Kecepatan Respirasi Masing-masing Ikan
Kemudian berdasarkan ukuran ikan juga dapat dibedakan bahwa pada ikan yang lebih kecil mempunyai metabolisme perberat badan lebih tinggi bila dibandingkan dengan ikan yang berukuran lebih besar, sehingga menyebabkan ikan yang berukuran kecil lebih tinggi kecepatan dalam melakukan respirasi daripada ikan besar. Hal ini dapat dilihat dari jumlah gerakan operculum dari ikan yang berukuran kecil lebih banyak dari ikan yang berukuran besar. Untuk mengetahui perbandingan dari masing-masing kecepatan respirasi pada ikan dapat di perhatikan pada tabel 1. dan lampiran 1. Untuk perhitungan kecepatan respirasi tersebut.
Simpulan dan Saran
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa respirasi adalah suatu proses perombakan bahan makanan dengan menggunakan oksigen (O2) sehingga diperoleh energi (ATP) dan karbondioksida (CO2). Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi adalah suhu, kadar CO2 di dalam udara, ukuran tubuh, bobot tubuh, jenis ikan, dan aktifitas ikan. Untuk mengetahui mekanisme pernafasan pada ikan diatur oleh mulut dan gerakan tutup insang (operculum). Temperatur mempunyai pengaruh besar terhadap kegiatan respirasi pada ikan. Ikan yang diletakkan pada air panas akan membuat gerakan operculum lebih cepat dibandingkan ikan yang diletakkan pada air normal dan dingin. Ikan yang diletakkan pada air panas akan melakukan pergantian O2 dan CO2 lebih cepat dibandingkan ikan yang diletakkan pada air normal dan dingin. Ikan yang diletakkan pada kisaran suhu 0-15 °C  akan melakukan respirasi sangat rendah. Ikan yang diletakkan pada kisaran sedangkan pada suhu 30-35 °C  akan melakukan respirasi sangat tinggi.
  
Saran
        Sebaiknya dalam melakukan praktikum dalam keadaan bersungguh-sungguh, tidak terlalu banyak bermain sehingga tidak akan lebih banyak lagi waktu yang terbuang percuma. Perhatikan kebersihan tempat praktikum, jangan biarkan air berjatuhan dimana-mana sehingga menyebabkan banjir yang dapat mengganggu jalannya praktikum.

Daftar Pustaka

Indaryanto, F, dkk. 2014. Habitat Lechitocladium Angustiovum pada Ikan Kembung Perempuan (Rastrelliger brachysoma) di Perairan Teluk Banten dan Pelabuhan Ratu. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), V19 (3): 145 149. 
Purnomo, T, dkk. 2007.Analisis Kandungan Timbal (Pb)  pada Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk.) di Tambak Kecamatan Gresik. Jurnal Neptunus, 14 (1) : 68 – 77.

Putra, Achmad. 2015. Laju Metabolisme pada Ikan Nila Berdasarkan Pengukuran Tingkat Konsumsi Oksigen. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Vol. 5 No. 1 : 13-18.

Suparjo, Mustofa. 2010. Kerusakan Jaringan Insang Ikan Nila (Oreochromis Niloticus L) Akibat Deterjen. Jurnal Saintek Perikanan. Vol. 5, No. 2: 1 – 7.


Yanto. 2012. Kinerja MS-222 dan Kepadatan Ikan Botia (Botia macracanthus) yang Berbeda Selama Transportasi. Jurnal Penelitian Perikanan. Vol 1(1): 43-51.


data laporan kecepatan transpirasi pada ikan

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

0 Response to "laporan Kecepatan Respirasi Pada Ikan praktikum fisiologi hewan"