ads

laporan Hewan Nokturnal (Serangga) praktikum ekologi hewan

Hewan Nokturnal (Serangga)
Observation of Nocturnal Animal Population (Kukang)

Rizal Sunanda
Rizalsunanda.bio14@fkip.unsyiah.ac.id

                                                                     Abstrak
        Telah dilakukan praktikum yang berjudul “Hewan Nokturnal (Serangga).” pada tanggal 21-23 April 2017. Tujuan Untuk mengetahui serangga apa saja yangberaktifitas dimalam hari. Alat dan ahannya antara lain Light trap. Lampu. Kertas laying warna biru, dan hijau. Kertas lalat. Pinset. Plastic gula. Kesimpulannya Adaptasi hewan merupakan interaksi hewan dengan lingkungannya menunjukan adanya hubungan timbal balik antara hewan dengan lingkungannya. Serangga merupakan kelompok organisme yang paling banyak jenisnya dibandingkan dengan kelompok organisme lainnya dalam Phylum Arthropoda.
Kata Kunci : Nocturnal, kukang, hewan.


Abstract

           It has been done practicum entitled "Nocturnal Animals (Insects)." On 21-23 April 2017. Purpose To know any insects thatactivity at night. The tool and its force include Light trap. Lamp. Paper laying blue, and green. Paper flies. Tweezers. Plastic sugar. Conclusion Adaptation of animals is the interaction of animals with their environment indicates a reciprocal relationship between animals and their environment. Insects are a group of organisms of the most types compared to other groups of organisms in Phylum Arthropoda.

Keywords: Nocturnal, slow loris, animal.



Pendahuluan
Populasi belalang yang meyerang tanaman kacang panjang belum menunjukkan intensitas serangan yang tinggi. Eksplosi hama belalang dapat diprediksi apabila proporsi populasi belalang dari suatu wilayah telah melewati ambang batasnya. Populasi hama wereng hijau (Empoasca spp.) hanya pada awal pertanaman yaitu 24 hst. Populasi hama wereng hijau tidak berbeda nyata. Gejala daun yang terserang wereng ini berupa titik tau garis bekas tusukan stilet yang kemudian mengakibatkan warna daun agak putih hingga transparan, kemudian bekas hisapan tersebut megering kecoklatan (Apriliyanto, 2014: 101).
Belalang kayu biasanya memilih tempat perkembangbiakan terutama di hutan jati, kemudian setelah dewasa akan muncul bersama-sama sampai ratusan ribu jumlahnya. Apabila makanan di sekitar hutan jati telah habis maka belalang kayu ini akan berpindah tempat secara bersama-sama untuk mencari sumber makanan. Belalang muda maupun dewasa sangat rakus dalam menghabiskan makanan (Hidayat, 2014: 30).
Jika populasi belalang di lapangan masih tinggi dan keadaan curah hujan sangat rendah, hama belalang tetap berpotensi menyerang pertanaman terutama padi dan jagung yang masih ada disekitar kelompok belalang dan daerah lain yang masih dalam jangkauan migrasinya. Oleh karena itu, perlu segera melakukan usaha- usaha pengendalian untuk menurunkan ledakan populasi belalang secara cepat dan tuntas untuk mengamankan pertanaman yang masih ada di lapangan (Suryanto, 2010: 38).
Belalang merupakan hama utama tanaman jagung, baik nimfa maupun dewasa memakan daun dalam hal tertentu dapat menyebabkan gundulnya daun jagung (Hasanuddin, 2008: 13-14).
Belalang ini menunjukkan suatu struktur umum dari kelas insekta walawpun dalam hewan ini terdapat beberapa spesialisasi. Rangka luar yang terdiri dari kitin menutupi seluruh tubuhnya. Pada bagian kepala terdapat dua buah mata majemuk, tiga buah mata tunggal (oselus), sepasang antena dan alat-alat mulut (Rusyana, 2011:155).
Populasi belalang yang meyerang tanaman kacang panjang belum menunjukkan intensitas serangan yang tinggi. Eksplosi hama belalang dapat diprediksi apabila proporsi populasi belalang dari suatu wilayah telah melewati ambang batasnya. Populasi hama wereng hijau (Empoasca spp.) hanya pada awal pertanaman yaitu 24 hst. Populasi hama wereng hijau tidak berbeda nyata. Gejala daun yang terserang wereng ini berupa titik tau garis bekas tusukan stilet yang kemudian mengakibatkan warna daun agak putih hingga transparan, kemudian bekas hisapan tersebut megering kecoklatan (Apriliyanto, 2014: 101).
Belalang kayu biasanya memilih tempat perkembangbiakan terutama di hutan jati, kemudian setelah dewasa akan muncul bersama-sama sampai ratusan ribu jumlahnya. Apabila makanan di sekitar hutan jati telah habis maka belalang kayu ini akan berpindah tempat secara bersama-sama untuk mencari sumber makanan. Belalang muda maupun dewasa sangat rakus dalam menghabiskan makanan (Hidayat, 2014: 30).

Metode/Cara Kerja
Waktu dan Tempat
Praktikum dilakukan di Desa Lamtamot, Lembah Selawah, Aceh Besar.  pada tanggal 21-23 April 2017.
Alat dan Bahan
        Light trap. Lampu. Kertas laying warna biru, dan hijau. Kertas lalat. Pinset. Plastic gula. Bahan, formalin
Prosedur
        Light Trap. Disiapkan seperangkat alat light trap. Ditempatkat light trap ditempat yang diinginkan. Diisi dengan larutan formalin dan deterjen ke dalam toples yang diletakkan pada bagian bawah light trap. Diambil setiap serangga yang terperangkap di dalam toples setiap satu jam sekali (dilakukan selama tujuh jam dimulai pukul 22.00-07.00 wibb). Dimasukkan ke dalam kantong plastik ukuran 1 kg dan diberikan formalin. Di identifikasi di Labortorium Pendidikan Biologi dengan menggunakan literatur Pengenalan Pelajaran Serangga (Borror, J. Donal, 1992) dan mencocokkan dengan gambar-gambar dari laporan terdahulu. Dihitung jumlah setiap individu, ordo, famili dan dicari nilai indeks keanekaragamannya dengan menggunakan rumus Shannon Wiener sebagai berikut : H’= -∑ (pi ln pi). Dibuat laporan sesuai dengan hasil pengamatan.. Lampu Warna Warni. Disiapkan seperangkat lampu warna-warni Ditempatkat lampu warna-warni ditempat yang diinginkan. Diletakkan kertas lalat disetiap sisi lampu warna warni. Diambil setiap serangga yang terperangkap di atas kertas lalat setiap satu jam sekali (dilakukan selama tujuh jam dimulai pukul 22.00-05.00 wibb). Di identifikasi di Labortorium Pendidikan Biologi dengan menggunakan literatur Pengenalan Pelajaran Serangga (Borror, J. Donal, 1992) dan mencocokkan dengan gambar-gambar dari laporan terdahulu. Dihitung jumlah setiap individu, ordo, famili dan dicari nilai indeks keanekaragamannya dengan menggunakan rumus Shannon Wiener sebagai berikut : H’= -∑ (pi ln pi). Dibuat laporan sesuai dengan hasil pengamatan.
Teknik Pengumpulan Data
        Data ini diambil dengan teknik pengamatan langsung. Bahan yang telah tersedia dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ada lalu diamati dan dibuat laporan.
Hasil dan Pembahasan
        Serangga merupakan kelompok organisme yang paling banyak jenisnya dibandingkan dengan kelompok organisme lainnya dalam Phylum Arthropoda. eanekaragaman serangga baik dalam hal kelimpahan dan kepunahan maupun kekayaannya juga sangat terkait dengan tingkat tropik lainnya. Hal ini disebabkan adanya interaksi yang terjadi, baik diantara kelompok fungsional serangga maupun dengan tumbuhan yang selanjutnya akan membentuk keanekaragaman serangga itu sendiri
        Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat berbagai jenis serangga yang menempati suatu tanaman. Serangga adalah kelompok hewan yang paling sukses sekarang. Meskipun mereka berukuran kecil, mereka telah menghuni setiap jenis habitat dan jumlah mereka lebih banyak (baik dalam jumlah spesies maupun jumlah individu) daripada jumlah semua hewan lain secara bersama-sama. Pada praktikum ini, serangga yang diamati adalah jenis serangga yang menempel pada bagian-bagian pohon dari akar, batang, cabang dan daun.
        serangga-serangga tersebut seharusnya paling banyak terperangkap pada sticky trap berwarna kuning, putih serta biru, akan tetapi pada percobaan yang telah dilakukan lampu yang digunakan adalah berwarna biru dan hijau. Lampu yang pertama adalah lampu berwarna biru, diketahui bhwa lampu warna biru ini disukai oleh serangga karena warna kontras yang sekilas mirip dengan warna lampu putih. Lampu berwarna hijau tampak kurang efektif dalam memonitoring serangga karena dipengaruhi oleh kemampuan serangga yang berbeda-beda dalam menangkap cahaya, alhasil serangga yang didapat pada lampu berwarna hijau tidak banyak serta tidak beragam. Hal ini di karenakan hanya serangga tertentu saja yang menyukai dan dapat menangkap gelombang cahaya dari lampu berwarna hijau. Media yang digunakan untuk menangkap serangga pada lampu warna warni adalah kertas lalat. Pada pengamatan jam pertama pukul 23.00 WIB sampai jam ke 7 yaitu pukul 05.00 WIB.
        Berdasarkan tabel indeks keanekaragaman 1 dan 2 jelas telihat bahwa keanekaragaman serangga pada percobaan menggunakan light trap dan lampu warna-warni termasuk kedalam indeks keanekaragaman yang tinggi. Apabila Ḣ ≥ 2 maka indeks keanekaragamannya tinggi.

Kesimpulan
        Serangga merupakan kelompok organisme yang paling banyak jenisnya dibandingkan dengan kelompok organisme lainnya dalam Phylum Arthropoda.

Saran
        Sebaiknya dalam melakukan praktikum dalam keadaan bersungguh-sungguh, tidak terlalu banyak bermain sehingga tidak akan lebih banyak lagi waktu yang terbuang percuma.

Daftar Pustaka
Apriliyanto, Eko. 2014. Perkembangan Hama Dan Musuh Alami Pada Tumpangsari Tanaman Kacang Panjang Dan Pakcoy. Jurnal Argitech. 12 (2): 98-109.
Hasanuddin, 2008. Aplikasi Pestisida Nabati Pada Tanaman Jagung. Jurnal Agrisistem, 4(1): 11-18

Hidayat, R,  dkk. 2014. Hama Pada Tegakan Jati (Tectona Grandis L.F ) Di Desa Talaga Kecamatan Dampelas Kabupaten Donggala. Jurnal Warta Rimba, 2 (1): 17-23.

Rusyana, A. 2011. Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktik). Bandung: Alfabeta
Suryanto, W. 2010. Hama dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta: Kanisius.



Tabel 1. Indeks Keanekaragaman Serangga pada Light Trap
No
Nama species
∑ individu
Pi
Ln.pi
Pi.ln.pi
Daerah
Ilmiah
1
Belalang Kayu
Valanga nigricomis
1
0.05
-2.99
-0.14
2
Semut Hitam
Dolichoderus thoracicus
2
0.11
-2.20
-0.24
3
Jangkrik putih
Gryllus assimilis
1
0.05
-2.99
-0.14
4
Semut siafu
Dorylus nigricans
1
0.05
-2.99
-0.14
5
Kumbang hijau

1
0.05
-2.99
-0.14
6
Tawon tanah

1
0.05
-2.99
-0.14
7
Mealworm
Molitor. sp
2
0.11
-2.20
-0.24
8
Kumbang hitam

1
0.05
-2.99
-0.14
9
Ngengat bergaris merah
Cyana conclusa
3
0.16
-1.83
-0.29
10
Gareng
Cicada sp.
3
0.16
-1.83
-0.29
11
Ngengat
Cyana conclusa
3
0.16
-1.83
-0.29
12
Semut bersayap

1
0.05
-2.99
-0.14
13
Semut hitam
Dolichoderus thoracicus
4
0.22
-1.51
-0.33
14
Kepik hijau
Nezara viridula
1
0.05
-2.99
-0.14
15
Gareng
Cicada sp
3
0.16
-1.83
-0.29
Total
28


-3.35
Indeks keanekaragaman (Ḣ)
3.35


         = - ∑ (Pi.LnPi)
            = - (-3,35)                    = 3,35
Sehingga dari data observasi dapat diperoleh kesimpulan apabila H≥ 2 maka tingkat keanekaragaman tinggi.
Tabel 2. Indeks Keankaragaman Serangga pada Lampu Warna-Warni
No
Nama species
∑ individu
Pi
Ln.pi
Pi.ln.pi
Daerah
Ilmiah
1
Belalang Kayu
Valanga nigricomis
1
0.05
-2.99
-0.14
2
Jangkrik putih
Gryllus assimilis
4
0.22
-1.51
-0.33
3
Ngengat bergaris merah
Cyana conclusa
3
0.16
-1.83
-0.29
4
Gareng
Cicada sp.
3
0.16
-1.83
-0.29
5
Ngengat
Cyana conclusa
3
0.16
-1.83
-0.29

Ngengat
Criptophasa choliki
3
0.16
-1.83
-0.29
6
Gareng
Cicada sp
3
0.16
-1.83
-0.29
7
UNI
UNI
1
0.05
-2.99
-0.14
8
Jangkrik
Gryllus assimilis
4
0.22
-1.51
-0.33
Total
25


-3.39
Indeks keanekaragaman (Ḣ)
3.39

         = - ∑ (Pi.lnpi)
            = - (-3,39)
= 3,39
Sehingga dari data observasi dapat diperoleh kesimpulan apabila H≥ 2 maka tingkat keanekaragaman tinggi
 

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

0 Response to "laporan Hewan Nokturnal (Serangga) praktikum ekologi hewan"