Kontraksi
Otot Rangka Pada Berbagai Intensitas Rangsang
(Rangsang Tunggal dan Rangsang Ber-Turut-turut)
Number of Red Blood Cells,
White Blood and blood clotting
Rizal Sunanda
Rizalsunanda.bio14@fkip.unsyiah.ac.id
Abstrak
Telah dilakukan praktikum yang berjudul “Kontraksi Otot
Rangka Pada Berbagai Intensitas Rangsang
(Rangsang Tunggal dan Rangsang Ber-Turut-turut)” pada tanggal 19 April 2017. Untuk mempelajari dan memahami mekanisme respon otot
rangka terhadap rangsang tunggal dengan intensitas yang berbeda dan pemberian
dua rangsang berturut-turut. Alat
bedah. Alat depakasi. Kimograf. Pipet. Bak bedah. Gelas beker 100 ml. Jarum
sonde. Benang Kasur. Bahan. Larutan Ringer. Katak. Metode yang digunakan adalah
metode pengamatan langsung. Kesimpulannya adalah Dari hasil
kegiatan praktikum yang telah dilakukan dapat dilihat kontraksi otot rangka
pada katak dengan menggunakan alat kimograf. Pada saat otot rangka katak
diberikan rangsangan 5 volt (rangsangan minimal), otot rangka katak memberikan
tanggapan walaupun hanya sedikit. Namun ketika rangsangan dinaikkan
berturut-turut menjadi 10 volt, 15 volt, 20 volt, dan 25 volt, otot rangka
katak memberikan tanggapan yang semakin tinggi pula sesuai dengan rangsang yang
diberikan. Sehingga dapat diketahui bahwa semakin tinggi rangsang yang
diberikan maka makin tinggi pula tanggapan yang dihasilkan.
Kata Kunci :
Otot, Kontraksi, Rangsangan.
Abstract
A practicum has been
performed entitled "Muscle Contraction Frame on Various Intensity
Excitants (Single and Stimulate Excitant)" on April 19, 2017. To study and
understand the mechanism of skeletal muscle response to a single stimulus with
different intensity and the provision of two stimuli consecutive. Surgical
device. Tools of depakation. Kimograf. Pipette. Surgery. 100 ml beaker. Needle
sonde. Yarn Mattress. Material. Ringer's solution. Frog. The method used is
direct observation method. The conclusion is from the results of practicum
activities that have been done can be seen the contraction of skeletal muscle
in frogs by using a tool kimograf. When the skeletal muscle of a frog is given
a 5-volt stimulus (minimal stimulation), skeletal muscle frogs respond even
slightly. However, when the stimulus is raised successively to 10 volts, 15
volts, 20 volts, and 25 volts, skeletal muscle frogs give a higher response
also in accordance with the stimuli provided. So it can be seen that the higher
the stimulus provided the higher the resulting response.
Keywords: Muscle, Contraction, Stimulation.
Pendahuluan
Otot dirangsang dengan rangsangan maksimal secara
beruntun (multiple) dan frekuensi ditinggikan berpotensi menimbulkan beberapa
gambaran kontraksi otot yang
berbeda-beda. Kekuatan kontraksi otot dipengaruhi oleh tingkat kepekaan
saraf yang melayaninya, cara perangsangnya, dan faktor pembebanan yang
diberikan kepada otot tersebut (Keeton, 2012: 467).
Otot adalah sistem biokontraktil dimana sel-sel atau
bagian dari sel memanjang dan dikhususkan untuk menimbulkan tegangan pada sumbu
yang memanjang. Otot merupakan jaringan umum pada tubuh kebanyakan binatang
yang terbuat dari sel panjang/ benang-benang khusus untuk kontraksi. Hal ini
menyebabkan adanya pergerakan tubuh dan bagian kerja oto adalah voluntari
(dibawah kontrol kesadaran) atau involuntari (tidak dibawah kontrol keinginan)
(Frandson, 2010: 112).
Otot rangka disebut juga otot seran lintang atau lurik.
Otot ini bekerjanya dipengaruhi oleh kehendak. Jaringan otot rangka tardier
dari serabut-serabut (fibrae), satu serabut merupakan satu sel yang memanjang
dan di dalamnya terdapat banyak inti. Otot rangka dapat berkontraksi bila ada
rangsangan yang berangkai. Bila rangsangan diberikan pada otot sewaktu
berkontraksi, maka kontraksi otot akan bertambah besar ((Bavelender, 2006).
Penegangan
otot atau kontraksi terjadi apabila otot menerima ransagan ada dua macam
peneganagan, isotonik dan isometrik. Kontraksi isotonic mengakibatkan otot
mengalami pemendekan, sedangkan isometric tanpa mengalami pemendekan
(Indrayana, 2012: 7).
Sel otot skeletal ada 2 tipe yaitu otot merah dan otot
putih. Kontraksi otot merah berlangsung lambat dan dalam waktu lama, karena
memiliki pembuluh intramuskular lebih banyak dibandingkan dengan otot putih
yang mampu berkontraksi cepat dalam waktu. Kontraksi otot memerlukan energi dan
menghasilkan zat sisa metabolisme (Susetyo, 2008:145).
Metode/Cara Kerja
Waktu dan Tempat
Praktikum dilakukan di Laboratorium
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Darusasalam Banda
Aceh pada tanggal 19
April 2017.
Alat
dan Bahan
Alat
bedah. Alat depakasi. Kimograf. Pipet. Bak bedah. Gelas beker 100 ml. Jarum
sonde. Benang Kasur. Bahan. Larutan Ringer. Katak.
Prosedur
Dipotong
kepala katak dengan alat depakasi. Kemudian sumsum tulang ditusuk dengan sonde
agar lemas. Kaki belakang katak dibedah dan otot gastronemius diisolasi. Kemudian tendon Achilles diikat dengan benang dan diletakkan pada tempat
preparat pada alat kimograf. Dengan memakai jarum dihubungkan satu ujung otot
ini dengan benang dan diletakkan pada tempat preparat pada alat kimograf.
Ditempatkan elektrode pada otot gastronemius.
Otot tersebut harus selalu disiram dengan larutan Ringer. (A) Rangsang Tunggal. Diambil kertas recorder 250
mmm per detik. Diusahakan recorder pen tegak lurus pada time event marker.
Ditempatkan mode swich pada posisi SS. Dipakai amplitudo rangsang yang terkecil
0-25 volt. Digerakkan kertas grafik/pencatat dan ditekan tombol SS event.
Diperhatikan dan dicatat apa yang terjadi. (B) Pemberian Dua Rangsang Berturut-turut.
Dipersiapkan kimograf. Dilakukan kegiatan berikut :Diberikan dua rangsang
berturut-turut. Diberikan rangsangan pada saat otot berada pada periode kontraksi.
Diberikan rangsangan pada saat otot berada pada periode relaksasi
Teknik Pengumpulan Data
Data ini diambil dengan teknik
pengamatan langsung. Bahan yang telah tersedia dilakukan sesuai dengan prosedur
yang telah ada lalu diamati dan dibuat laporan.
Hasil dan Pembahasan
Pembahasan
Hasil
praktikum yang telah dilakukan maka dapat dketahui
rangsangan dibedakan dalam beberapa bentuk yaitu rangsangan mekanik (seperti
pijatan, pukulan dan
tarikan), kimia
(seperti pemberian larutan asam atau pemberian larutan garam), panas (keadaan
yang bersifat panas atau dingin) dan listrik (arus listrik yang diberi terhadap
otot atau saraf).
Bila otot
diberi rangsangan tunggal, maka hasil perangsangan ini akan memberikan satu
kontraksi tunggal yang umumnya terdiri dari 2 periode,
yaitu periode laten dan periode kontraksi. Periode laten yaitu fase
pemendekan otot dan periode kontraksi yaitu setelah pemendekan otot kembali
keadaan semula.
Gambar 1. Otot Betis pada
Katak
Gambar 2. Kimograf dengan Hasil Gerakan Otot Katak
Ada beberapa
intensitas rangsang yaitu rangsang sub minimal yaitu meupakan rangsang yang
tidak menimbulkan tanggapan, rangsang minimal yaitu merupakan rangsangan yang
terkecil yang tepat menimbulkan tanggapan., rangsang sub maksimal yaitu
merupakan rangsang yang intensitasnya bervariasi dari rangsangan ambang sampai
rangsang maksimal. Rangsang maksimal yaitu merupakan rangsang yang dapat
menimbulkan tanggapan maksimal. Rangsang supra maksimal merupakan rangsang yang
intensitasnya lebih besar dari pada rangsang maksimal tetapi menimbulkan
tanggapan yang maksimal.
Pada
praktikum kali ini yang digunakan preparatnya adalah katak, pada percobaan
dilakukan untuk membuktikan adanya kontraksi otot gastronemius pada katak yang
dilakukan dengan menggunakan rangsangan listrik yaitu dengan perangsangan
langsung dengan menempelkan bagian ujung kabel yang terdapat pada alat kimograf pada bagian kaki
belakang katak, yaitu di bagian betis yang telah dibedah dengan 1x 30 putaran
dan dalam tegangan 0,1 volt. Pada rangsangan tunggal terdapat 15 kali
rangsangan dan pada rangsangan ke 5 yang paling tinggi rangsangannya dengan
adanya pemberian larutan ringer sesekali. Fungsi larutan ringer agar otot
setelah dikuliti tetap segar.
Pada rangsangan berturut-turut
ternyata tidak bisa dihitung rangsangan yang didapatkan, karena terlalu banyak
rangsangan yang diciptakan dan akibat larutan ringer yang terus-menurus
diberikan.
Kesimpulan
Dari hasil kegiatan
praktikum yang telah dilakukan dapat dilihat kontraksi otot rangka pada katak
dengan menggunakan alat kimograf. Pada saat otot rangka katak diberikan
rangsangan 5 volt (rangsangan minimal), otot rangka katak memberikan tanggapan
walaupun hanya sedikit. Namun ketika rangsangan dinaikkan berturut-turut
menjadi 10 volt, 15 volt, 20 volt, dan 25 volt, otot rangka katak memberikan
tanggapan yang semakin tinggi pula sesuai dengan rangsang yang diberikan.
Sehingga dapat diketahui bahwa semakin tinggi rangsang yang diberikan maka
makin tinggi pula tanggapan yang dihasilkan.
Saran
Sebaiknya
dalam melakukan praktikum dalam keadaan bersungguh-sungguh, tidak terlalu
banyak bermain sehingga tidak akan lebih banyak lagi waktu yang terbuang
percuma. Perhatikan
kebersihan tempat praktikum, jangan biarkan air berjatuhan dimana-mana sehingga
menyebabkan banjir yang dapat mengganggu jalannya praktikum.
Daftar
Pustaka
Anderson,
Paul D. (2008). Anatomi & Fisiologi
Tubuh Manusia. Jakarta : EGC.
Irianto,
Kus . (2008). Struktur dan Fungsi Tubuh
Manusia untuk Paramedis . Jakarta : Yrama Widya.
Lusi,
D. (2013). Ketahanan Nonspesifik Ikan Mas (Cyprinus
carpio) yang direndam Ekstrak Dan Jejujuru (Acanthus Ilicifolius) terhadap Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila. Journal Of Aquaculture Management and Technology. 2(4): 63-71).
Ferita
. I. (2008). Pengaruh Pemberian Kadar Garam Terhadap Bentuk Sel Darah Merah
Mencit. Jurnal Pengetahuan Alam,
2(2): 50-54.
Widiastusi. L.
(2008). Pengaruh Intensitas Air Pada Keadaan Hemoglobin. Jurnal Sains, Vol 112): 35-42.
0 Response to "laporan praktikum Kontraksi Otot Rangka Pada Berbagai Intensitas Rangsang (Rangsang Tunggal dan Rangsang Ber-Turut-turut)"
Post a Comment