Makalah Jurnal
Ekskrsi
“IDENTIFIKASI DAN
PREVALENSI CACING PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN SALEM (Scomber japonicus) DI
PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE JAKARTA UTARA”
DISUSUN OLEH :
Rizal
Sunanda (1406103010014)
KELAS
02
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SYIAH KUALA
DARUSSALAM,
BANDA ACEH
2016
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas
rahmat dan karunia-Nya yang tak pernah putus sehingga penyusunan makalah ini
dapat terselesaikan. Dengan bahasa yang mudah untuk dipahami makalah ini
memberikan gambaran kepada para pembaca yang mempelajari tentang makalah jurnal
tentang “IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI
CACING PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN SALEM (Scomber japonicus) DI PANGKALAN
PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE JAKARTA UTARA”.
Harapan kami semoga makalah ini dapat
digunakan untuk gambaran pembelajaran tentang menyusun ataupun membuat resume
jurnal.
Makalah ini kami akui masih banyak
kekurangan karena pengalaman pendidikan yang kami jalani belum sempurna kami
terima. Karena kami disini juga masih belajar, oleh karena itu kami berharap
kepada para pembaca untuk memberikan masukan/kritikan yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini.
Banda
Aceh, 23 Mei 2017
Daftar Isi
Cover......................................................................................................................1
Kata pengantar........................................................................................................2
Daftar
isi.................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang.....................................................................................4
B. Tujuan..................................................................................................4
BAB II Materi Jurnal
1. Judul Jurnal..........................................................................................5
2.
Pengarang Jurnal..................................................................................5
3. Latar Belakang Dalam
Jurnal...............................................................5.
4. Subyek Penelitian Dalam
Jurnal...........................................................5
5. Metode Penelitian Dalam
Jurnal...........................................................5
6. Kesimpulan Penelitian Dalam Jurnal....................................................5
BAB III PEMBAHASAN
Pembahasan ..............................................................................................6
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan.........................................................................................11
2. Saran...................................................................................................11
Daftar Pustaka
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
Muara Angke berada di Jakarta Utara dan merupakan tempat pendaratan ikan
terbesar di Jakarta Utara. PPI Muara Angke memiliki peranan strategis dalam
pengembangan perikanan dan kelautan, yaitu sebagai pusat atau sentral kegiatan
perikanan laut serta berperan penting dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD), dimana pada tahun 2012 mampu menghasilkan ikan mencapai 20.085.570 kg
ikan laut dengan nilai Rp. 40.018.938.730,00, dibandingkan pada tahun sebelumnya
yang mencapai 18.753.870 kg ikan laut dengan nilai Rp. 37.561.781.640,00 (Dinas
Kelautan dan Perikanan, 2013). Salah satu ikan yang dipasarkan di TPI Muara
Angke adalah Ikan salem (Scomber japonicus). Direktorat Jenderal Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perikanan (2012) telah menetapkan bahwa ikan salem (Scomber
japonicus) merupakan ikan impor sebagai bahan baku industri pengolahan ikan
tradisional berupa pemindangan di Indonesia dan dipasarkan di TPI dalam keadaan
beku. Menurut data Direktorat Jenderal Perikanan (2013), impor ikan salem pada
tahun 2012 mencapai 120.436 ton, mengalami peningkatan dimana pada tahun 2011
mencapai 93.781 ton, menunjukkan bahwa ikan ini merupakan komoditas unggulan di
Indonesia. Menurut (Hernandez and Ortega, 2000). ikan salem merupakan ikan yang
hidup bebas di alam pada perairan epipelagik hingga mesopelagik (biasanya
50-300 m) dan hidup bergerombol dengan sesama jenis
dan
ukurannya. Pada malam hari, secara bergerombol ikan salem naik ke permukaan
laut untuk memangsa euphausida, kopepoda, amphipoda, engraulidae dan cumi-cumi
kecil sehingga ikan salem termasuk golongan ikan karnivora. Ikan sama seperti
makhluk hidup lainnya, tidak pernah lepas dari ancaman berbagai penyakit dan
salah satunya penyebab penyakit tersebut adalah parasit. Parasit merupakan
organisme yang hidup pada atau di dalam organisme lain, mengambil makanan dari
organisme yang ditumpanginya untuk berkembang biak (Subekti dan Mahasri, 2010).
Berdasarkan habitatnya, parasit dalam tubuh ikan dibagi menjadi dua yaitu
ektoparasit (parasit yang menyerang bagian permukaan tubuh ikan atau pada
rongga yang berhubungan langsung ke permukaan tubuh ikan, misalnya pada insang,
sirip dan kulit), dan endoparasit (parasit yang menginfeksi organ bagian dalam
tubuh ikan, misalnya usus, ginjal dan hati) (Olsen, 1974). Infeksi parasit
dapat menyebabkan kerugian pada inang definitif misalnya menghambat pertumbuhan
dan penurunan produksi. Infeksi cacing pada manusia dapat berdampak terhadap
kesehatan manusia (zoonosis) yang ditandai dengan gejala sakit pada abdomen,
kejang dan muntah (Palm, 2008). Oleh karenanya diperlukan pemahaman terhadap
cacing parasitik dan penyakit yang ditimbulkannya terutama yang berasal dari
ikan untuk dapat mengembangkan berbagai produk asal ikan terutama untuk
konsumsi manusia (Yamaguti 1958 dalam Emelina 2008). Dengan demikian
berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan dan juga karena sedikitnya informasi
mengenai jenis parasit apa saja yang menyerang ikan salem (Scomber japonicus),
maka perlu dilakukan penelitian tentang identifikasi. dan prevalensi cacing
pada saluran pencernaan ikan salem (Scomber japonicus) di Pangkalan Pendaratan
Ikan Muara Angke, Jakarta Utara
B.
Tujuan
Tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui
jenis cacing apa saja yang menginfeksi saluran pencernaan ikan Scomber
japonicus di Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke, Jakarta Utara.
2. Mengetahuitingkat
prevalensi cacing yang menginfeksi saluran pencernaan ikan Scomber japonicus di
Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke, Jakarta Utara
BAB
II
Makalah
Jurnal
1.
Judul
Jurnal
IDENTIFIKASI
DAN PREVALENSI CACING PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN SALEM (Scomber japonicus) DI
PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE JAKARTA UTARA
2.
Pengarang
RENGGA EKO PRADIPTA
3.
Latar
Belakang Dalam Jurnal
4. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
Muara Angke berada di Jakarta Utara dan merupakan tempat pendaratan ikan
terbesar di Jakarta Utara. PPI Muara Angke memiliki peranan strategis dalam
pengembangan perikanan dan kelautan, yaitu sebagai pusat atau sentral kegiatan
perikanan laut serta berperan penting dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD), dimana pada tahun 2012 mampu menghasilkan ikan mencapai 20.085.570 kg
ikan laut dengan nilai Rp. 40.018.938.730,00, dibandingkan pada tahun sebelumnya
yang mencapai 18.753.870 kg ikan laut dengan nilai Rp. 37.561.781.640,00 (Dinas
Kelautan dan Perikanan, 2013). Salah satu ikan yang dipasarkan di TPI Muara
Angke adalah Ikan salem (Scomber japonicus). Direktorat Jenderal Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perikanan (2012) telah menetapkan bahwa ikan salem (Scomber
japonicus) merupakan ikan impor sebagai bahan baku industri pengolahan ikan
tradisional berupa pemindangan di Indonesia dan dipasarkan di TPI dalam keadaan
beku. Menurut data Direktorat Jenderal Perikanan (2013), impor ikan salem pada
tahun 2012 mencapai 120.436 ton, mengalami peningkatan dimana pada tahun 2011
mencapai 93.781 ton, menunjukkan bahwa ikan ini merupakan komoditas unggulan di
Indonesia. Menurut (Hernandez and Ortega, 2000). ikan salem merupakan ikan yang
hidup bebas di alam pada perairan epipelagik hingga mesopelagik (biasanya
50-300 m) dan hidup bergerombol dengan sesama jenis
5. dan
ukurannya. Pada malam hari, secara bergerombol ikan salem naik ke permukaan
laut untuk memangsa euphausida, kopepoda, amphipoda, engraulidae dan cumi-cumi
kecil sehingga ikan salem termasuk golongan ikan karnivora. Ikan sama seperti
makhluk hidup lainnya, tidak pernah lepas dari ancaman berbagai penyakit dan
salah satunya penyebab penyakit tersebut adalah parasit. Parasit merupakan
organisme yang hidup pada atau di dalam organisme lain, mengambil makanan dari
organisme yang ditumpanginya untuk berkembang biak (Subekti dan Mahasri, 2010).
Berdasarkan habitatnya, parasit dalam tubuh ikan dibagi menjadi dua yaitu
ektoparasit (parasit yang menyerang bagian permukaan tubuh ikan atau pada
rongga yang berhubungan langsung ke permukaan tubuh ikan, misalnya pada insang,
sirip dan kulit), dan endoparasit (parasit yang menginfeksi organ bagian dalam
tubuh ikan, misalnya usus, ginjal dan hati) (Olsen, 1974). Infeksi parasit
dapat menyebabkan kerugian pada inang definitif misalnya menghambat pertumbuhan
dan penurunan produksi. Infeksi cacing pada manusia dapat berdampak terhadap
kesehatan manusia (zoonosis) yang ditandai dengan gejala sakit pada abdomen,
kejang dan muntah (Palm, 2008). Oleh karenanya diperlukan pemahaman terhadap
cacing parasitik dan penyakit yang ditimbulkannya terutama yang berasal dari
ikan untuk dapat mengembangkan berbagai produk asal ikan terutama untuk
konsumsi manusia (Yamaguti 1958 dalam Emelina 2008). Dengan demikian
berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan dan juga karena sedikitnya informasi
mengenai jenis parasit apa saja yang menyerang ikan salem (Scomber japonicus),
maka perlu dilakukan penelitian tentang identifikasi. dan prevalensi cacing
pada saluran pencernaan ikan salem (Scomber japonicus) di Pangkalan Pendaratan
Ikan Muara Angke, Jakarta Utara
6.
Subyek
Penelitian Dalam Jurnal
Subjek
dari penelitian adalah ikan Scomber
japonicus
7.
Metode
Penelitian Dalam Jurnal
Penelitian
ini menggunakan metode survey melalui pengambilan sampel pada lokasi secara
langsung. Lokasi pengambilan sampel ikan ditentukan dengan
8.
Kesimpulan
Penelitian Dalam Jurnal
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1.
Cacing
yang ditemukan pada saluran pencernaan ikan salem (Scomber japonicus) yang
diambil di Pangkalan Pendarata Ikan Muara Angke, Jakarta Utara adalah larva
stadium tiga Anisakis simplex.
2.
Prevalensi
ikan salem (Scomber japonicus) yang diambil dari Pangkalan Pendaratan Ikan
Muara Angke, Jakarta Utara yang terinfeksi oleh cacing larva stadium tiga
Anisakis simplex sebesar 70% (Usually)
BAB III
Pembahasan
A.
Pembahasan
Dari Jurnal
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ditemukan larva stadium tiga Anisakis simplex yang
berwarna putih susu dan telah memiliki larval tooth dan mukron. A. simplex yang
ditemukan memiliki saluran ekskresi di bagian posterior dan memiliki esophagus,
ventrikulus dan usus yang terlihat jelas. Sugane et al. (1992) menerangkan
bahwa karakteristik Anisakis simplex mempunyai larval tooth yang menonjol di
ujung anterior. A. simplex biasa ditemukan melingkar dan berwarna putih atau
cream dengan struktur usus anterior lurus yang terdiri dari esophagus,
ventriculus, dan usus. Infeksi cacing Anisakis simplex pada ikan salem (Scomber
japonicus) disebabkan akibat ikan salem yang memakan euphausids yang telah
terinfeksi oleh larva stadium tiga Anisakis simplex. Crone et al. (2009)
menyatakan bahwa ikan salem
(Scomber japonicus) merupakan ikan karnivora yang memakan organisme kecil di
sekitar habitatnya antara lain euphausida, kopepoda, amphipoda, engraulidae dan
cumi-cumi kecil sehingga parasit lebih banyak yang menginfeksi dibanding ikan
pemakan plankton (herbivora).
Rucket et al., (2009) menjelaskan bahwa keberadaan cacing
endoparasit di dalam tubuh ikan juga bisa disebabkan karena adanya organisme
invertebrata seperti crustacea di sekitar habitat dari ikan salem, yang juga
merupakan salah satu jenis pakan alami dari ikan salem. Crustacea dan ikan
kecil merupakan inang antara bagi A. simplex, sedangkan ikan salem merupakan
inang paratenik, sehingga A. simplex yang ditemukan masih dalam tahap larva
stadium tiga. Klimpel et al., (2004) menerangkan bahwa Anisakis simplex
membutuhkan crustacea kecil (euphausiids) dan larva ikan kecil sebagai inang
antaranya. Sebelum mencapai tahap cacing dewasa ketika menginfeksi inang
definitifnya yaitu mamalia laut, Anisakis simplex masih berupa larva stadium
tiga di inang paratekniknya (piscivores / herring). Infeksi cacing larva tiga
A. simplex pada ikan tidak menunjukkan gejala klinis yang khas, sebab ikan
sampel yang diamati tidak mengalami perubahan pada bagian eksternalnya. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Sarjito dan Desrina (2005) yang menyatakan
bahwa infeksi endoparasit tidak menunjukkan gejala klinis eksternal dan sulit
untuk terdeteksi dengan cepat, sehingga perlu dilakukan pembedahan dan
pengamatan organ dalamnya.
Tingkat prevalensi larva stadium tiga A. simplex pada ikan
salem (Scomber japonicus) di pangkalan pendaratan ikan Muara Angke sebesar 70%.
Menurut kategori infeksi berdasarkan Williams and Williams (1996), prevalensi
ikan salem yang telah diteliti termasuk kategori Usually (89-70%), masih
tergolong satu kategori dari penelitian yang dilakukan oleh Cisse and Belghyti
(2005) dengan prevalensi 86,67%. Hasil penelitian terhadap ikan salem (Scomber
japonicus) memperlihatkan adanya hubungan antara ukuran panjang ikan dengan
prevalensi dan intensitas infeksi Anisakis simplex. Berdasarkan perbedaan
ukuran ikan terdapat 51 ekor ikan salem dengan ukuran 18 – 28 cm, 34 ekor
diantaranya terinfeksi larva ketiga A. simplex dengan prevalensi 66,67% dan
intensitas 2,41, dan 9 ekor berukuran 29
– 30 cm, semua ikan terinfeksi sehingga prevalensinya 100% dengan intensitas
4.22. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan perbedaan ukuran
ikan dengan prevalensi dimana menurut kategori infeksi, ukuran ikan 18 – 28
termasuk kategori frequently, sedangkan ukuran ikan 29 – 30 termasuk kategori yang
paling tinggi yaitu always. Prevalensi dan intensitas ini dipengaruhi oleh
ukuran ikan salem (Scomber japonicus), semakin besar ukuran ikan maka semakin
besar kesempatan ikan terpapar oleh A. simplex.
Nilai prevalensi pada ikan salem yang tergolong tinggi ini
dapat berpotensi zoonosis. Anisakis simplex dapat menginfeksi manusia melalui
mekanisme memakan ikan Scomber japonicus yang kurang masak. Anisakis simplex pada manusia dapat
menyebabkan beberapa gejala antara lain rasa sakit pada perut bagian bawah, mual,
muntah, demam, diare, dan adanya darah dalam feses. Untuk mencegahnya agar
tidak mengkonsumsi ikan yang kurang matang, sebaiknya memakan ikan yang matang
seperti hasil penggorengan karena minyak goreng memiliki titik didih 2000C
(Miyazaki, 1991). Kasus Anisakiasis sering dijumpai di negara Jepang, pada
tahun 2011 Jepang menyumbang 90% dari semua kasus Anisakiasis, hal ini
disebabkan karena mayoritas masakan tradisional Jepang menggunakan ikan yang
kurang matang (sushi dan sashimi). Di negara lain misalnya Italia, zoonosis
Anisakis simplex juga ditemui di beberapa daerah pesisir, yang sebagian besar
disebabkan oleh konsumsi ikan laut yang mentah atau makanan berupa sushi,
sashimi, dll (Bucci et al., 2013).
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa :
1.
Cacing yang ditemukan pada saluran pencernaan ikan salem (Scomber
japonicus) yang diambil di Pangkalan Pendarata Ikan Muara Angke, Jakarta Utara
adalah larva stadium tiga Anisakis simplex.
2.
Prevalensi ikan salem (Scomber japonicus) yang diambil dari Pangkalan
Pendaratan Ikan Muara Angke, Jakarta Utara yang terinfeksi oleh cacing larva
stadium tiga Anisakis simplex sebesar 70% (Usually)
B.
Saran
DAFTAR PUSAKA
Amin, O. M. 2011. Description of Two New Species of
Rhadionorhynchus (Acanthocephala, Rhadinorhynchidae) from Marine Fish in Halong
Bay, Vietnam, with a Key to Species. Acta Parasitol. 56: 67-77.
Aryani, R. 2012. Identifikasi dan Prevalensi Cacing
pada Saluran Pencernaan Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) di Desa Ngrajek
Magelang Jawa Tengah. Skripsi. Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan
Kelautan. Universitas Airlangga. Surabaya. 43 hal.
Balai Karantina Ikan Batam. 2007. Laporan
Pemantauan HPI/HPIK Tahun 2007. Balai Karantina Ikan Batam. Batam. 52 hal.
Bayoumy. E. M., S. A. El-Monem.,
K. A. E. Ammar. 2008. Ultrastructural Study of Some
Helminth Parasites Infecting The Goatfish, Mullus surmuletus (Osteichthyes:
Mullidae) from Syrt coast, Libya. Parasitic Dis. 12(6): 7-8. Bucci, C., G.
Serena., M. Ivonne., Fortunato., C. Carolina., I. Paola. 2013. Anisakis, just
think about it in an emergency!. Int. J. Infect. Dis. 17(11): 1071-1072.
Cheng, T. C. 1973. General Parasitology. Academic
Press. Inc. London. pp. 781.
Cisse, M., and D. Belghyti (2005). Helminth
Parasites of Chub Mackerel Scomber japonicus (Houttuyn, 1782) from
Mehdia-Kenitra Harbour (Atlantic Coast of Morocco). J.Aqu. Sci., 20 (1): 63-67.
Costa, G., T. Pontes., and A. A. Rego. 2004.
Prevalence, Intensity and Abundance of Rhadinorhynchus pristis (Acanthocephala,
Rhadinorhynchidae) in Chub Mackerel, Scomber japonicus (Pisces, Scombridae)
from Madeira Island. Acta Parasitol., 49 (1): 41-44
Crone, P. R., K. T. Hill, J. D. McDaniel, and N. C.
H. Lo. 2009. Pacific Mackerel (Scomber japonicus) Stock Assessment for USA
Management in the 2009- 10 Fishing Year. Pacific Fishery Management Council.
Ambassador Place. USA. 197 p.
Dinas Kelautan dan Perikanan. 2013. Laporan Hasil
Tangkapan Beberapa Ikan di Jakarta Utara. Departemen Perikanan. 34 hal.
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Perikanan. 2012. Penetapan Jenis-Jenis Hasil Perikanan yang dapat Dimasukkan ke
Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia. Departemen Perikanan. 15 hal.
Direktorat
Jenderal Perikanan. 2013. Statistik Perikanan Indonesia 2012. Departemen
Pertanian. Jakarta. 75 hal.
Direktorat
Jenderal Perikanan. 2012. Pedoman Teknis Penanggulangan Penyakit Ikan Budidaya
Laut. Departemen Perikanan. Jakarta. hal. 7-8.
Dixon,
B. R. 2006. Isolation and Identification of Anisakid Rowndworm Larvae in Fish.
Compendium of Analitycal Methods Vol 5.
Emelina,
N. 2008. Cacing Parasitik pada Insang Ikan Kembung (Decapterus spp). Skripsi.
Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 56 hal.
Faubiany,
V. 2008. Kajian Sanitasi di Tempat Pendaratan Ikan dan Pelelangan Ikan
Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke Serta Pengaruhnya terhadap Kualitas Ikan.
Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian
Bogor.
Grabda, J. 1991. Marine Fish Parasitology. VHC and PWN-Polish Scientific
Publishers, New York. hal. 5-27.
Hariyadi,
A.R. (2006). Pemetaan Infestasi Cacing Parasitik dan Resiko Zoonosis pada Ikan
Laut di Perairan laut Indonesia Bagian Selatan. Tesis. Bogor: Fakultas
Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Hal 42. Hart, J.L., 1973. Pacific
fishes of Canada. Bull. Fish. Res. Board Can. 180:740 p.
Hernandez,
C. J. J. and A.T. S Ortega, 2000. Synopsis of Biological Data on The Chub
Mackerel (Scomber japonicus Houttuyn, 1782). FAO Fish. Synop. 157. 77 p.
Jangkaru,
Z. 2002. Pembesaran Ikan Air Tawar di Berbagai Lingkungan Pemeliharaan. Penebar
Swadaya. Jakarta. hal. 5-6. Jithendran, K.P and S.
Kannappan.
2010. A Short Note on Heavy Infection of Acanthocephalan worm (Echinorhynchus
gadi) in Grey Mullet. Parasitic Dis. 34(2): 99-101.
Kabata,
Z. 1985. Parasites and Diseases Of Fish Cultured in The Tropics. Taylor and
Prancis. London. pp. 31-173. Kennedy, C. R. 1975. Ecological Animal
Parasitology. Blackwell Scientific Publications. Oxford London. pp. 53-61.
0 Response to "ringkasan review jurnal ekskresi lengkap"
Post a Comment