ads

Dasar Teori laporan populasi cacing tanah praktikum ekologi hewan

Dasar Teori laporan populasi cacing tanah praktikum ekologi hewan


Cacing tanah mempunyai perananyang penting dalam kesuburan tanah antara lain cacing dapat menghancurkan partikel tanah, memperbaiki aerasi tanah melalui pembuatan lobang dan juga memperbaiki porositas tanah. Selain itu cacing tanah juga mempunyai peranan yang pentingn dalam pengelolahan limbah organik karena cacing tanah dapat mengurai atau merombak bahan organik (Sari, 2012: 18)

Berdasarkan tempat hidupnya, cacing tanah dikelompokkan menjadi 1) epigaesis (hidup di permukaan tanah), 2) anasaesis (hidup di liang permanen dalam tanah) dan 3) endogaesis (hidup di dalam tanah dengan membuat liang terus menerus). Spesies cacing tanah epigaesis dan anasaesis banyak ditemukan di daerah subtropis dan di daerah tropis yang dominan adalah endogaesis (Subowo, 2011: 126).

Populasi di defenisikan sebagai kelompok organisme atau individu spesies yang sama (kelompok-kelompok dari individu yang dapat bertukar informasi genetik), yang menempati ruang dan waktu tertentu, memiliki sifat yang unik yang merupakan sumbangan dari masing-masing individu anggota kelompok tersebut (Dhermawan, 2005: 95)           
 Populasi cacing tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor (tanah, suhu, kelembaban, dan pH) dan ketersediaan bahan organik untuk makanan, yang mungkin berasal dari sisa-sisa tanaman dan hewan atau kotoran manusia diterapkan pada tanah. Kelimpahan cacing tanah dalam tanah merupakan kesehatan tanah ekosistem dan tingkat keamanan lingkungan (Rai, 2014: 12991).
Penyebaran cacing tanah di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh kondisi bahan organik. Bahan organik ini sangat penting pada perkembangan dan pertumbuhan cacing tanah. Tanah yang miskin bahan organik biasanya tidak dijumpai cacing tanah. Kalau punada, jumlahnya sangat sedikit (Rony, 2010: 52).
Secara morfologi, tubuh cacing tanah tersusun atas segmen-segmen yang berbentuk cincin, dan setiap segmen memiliki seta kecua- li pada 2 segmen pertama. Seta adalah struktur seperti rambut yang berfungsi untuk menggali substrat dan memegang pasangan saat kopula- si, serta sebagai alat gerak cacing tanah. Cacing tanah memiliki mulut pada ujung anterior (tidak bersegmen) yang disebut prostomium. Sebagai hewan hermaprodit, organ reproduksi cacing tanah, baik organ kelamin jantan dan betina, terletak pada beberapa segmen bagian anterior tubuhnya   (Roslim, 2013: 2).
Filariasis limfatik merupakan salah satu penyakit menular menahun yang termasuk ke dalam Neglected Tropical Disease (NTD). Termasuk penyakit zoonosis yang disebabkan oleh infeksi cacing fi laria dan ditularkan melalui gigitan berbagai jenis nyamuk. Spesies cacing fi laria di Indonesia adalah Wuchereria bancrofti, menyebabkan filariasis limfatik (fi lariasis bancrofti), Brugia malayi dan Brugia timori menyebabkan filariasis brugia (Sipayung, 2014: 263).
Secara sistematik cacing tanah bertubuh tanpa kerangka yang tersusun oleh segmen- segmen (bagian- bagian) fraksi luar dan fraksi dalam yang saling berhubungan secara integral, diselaputi oleh epidermis (kulit) berupa kutikula (kulit kaku) berpigmen tipis dan setae (lapisan daging semu bawah kulit ), kecuali pada dua segmen pertama (bagian mulut) bersifat hermaprodit (berkelamin ganda) dengan gonad (peranti kelamin) seadanya pada segmen- segmen tertentu (Hanafiah, 2005: 70).

Daftar Pustaka


Fatima, Jalal dkk. 2014. The Behavior of Earthworm Populations and Their Effect in The Soil Fertility with Respect to Climatic Factors in The Selected Fields. International Journal of Agriculture and Crop Sciences. Vol , 07 (12): 1246-1253.

Palungkun, Rony. 2010. Usaha Ternak Cacing Tanah. Jakarta: Penebar Swadaya.

Rai, Nindhi dkk. 2014. Comparative Study of the Effect of Chemical Fertilizers and Organic Fertilizers on Eisenia foetida. International Journal of Innovative Research in Science, Engineering and Technology. Vol, 03 (05): 12991-12998.
Hanafiah, Kemas, A, dkk. 2005. Biologi Tanah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Roslim, Dewi, I, dkk. 2013. Karakter Morfologi dan Pertumbuhan Tiga Jenis Cacing Tanah Lokal Pekanbaru pada Dua Macam Media Pertumbuhan. Jurnal Biosaintifika, Vol 5 (1): 1-9.

Sipayung, M, dkk. 2014. Pengaruh Lingkungan Biologi Dan Upaya Pelayanan Kesehatan Terhadap Kejadian Filariasis Limfatik Di Kabupaten Sarmi. Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol 2 (2): 263–273.
Palungkun, Rony. 2010. Usaha Ternak Cacing Tanah. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

0 Response to "Dasar Teori laporan populasi cacing tanah praktikum ekologi hewan"