Dasar Teori Serangga pada pohon dan rumpun tanaman
laporan praktikum ekologi hewan
Wereng coklat mengeluarkan kotoran embun
madu yang biasanya akan ditumbuhi cendawan jelaga sehingga daun Padi berwarna
hitam. Banyaknya kotoran putih bekas pergantian kulit nimfa yang terlihat itu
menunjukkan populasi wereng telah tinggi. Wereng secara langsung akan mematikan
tanaman dan menyebarkan penyakit virus kerdil rumput (Pracaya, 2008: 73).
Terdapat perbedaan
keanekaragaman dan kelimpahan serangga yang mengunjungi bunga pisang di dataran
tinggi dan dataran rendah. Keanekaragaman serangga pengunjung bunga lebih
tinggi ditemukan di dataran rendah di-banding di dataran tinggi (Mairawita,
2012: 41).
Populasi
serangga hama wereng dan walang sangit dari waktu ke waktu selalu berubah oleh
adanya penyemprotan bioinsektisida. Pada saat tanaman padi di semprot
bioinsektisida imago serangga akan bermigrasi ke tanaman lain yang ada
disekitar pertanaman padi (Sumini, 2014: 513).
Serangga
yang berperan dalam penyerbukan tanaman
adalah kum- bang, lalat, lebah, tawon, gonteng (ordo Hymenoptera),
kupu-kupu dan ngengat. Diantara serangga
tersebut, lebah yang memiliki sekitar 20.000 spesies, merupakan agens penyerbuk
paling penting (Fajarwati, 2009: 77).
Aktivitas
lalat buah dalam menemukan tanaman inang ditentukan oleh warna dan aroma dari
buah. Lalat buah jantan mengenal pasangannya selain melalui feromon, juga
melalui kilatan warna tubuh dan pita atau bercak pada sayap. Lalat buah aktif
pada sore hari menjelang senja. Untuk Bactrocera spp., kopulasi biasanya
terjadi pada senja hari. Lalat buah termasuk serangga yang kuat terbang, lalat
jantan mampu terbang 4 – 15 mil (6,44 – 24,14 km) tergantung pada kecepatan dan
arah angin. Lalat buah banyak beterbangan di antara pohon-pohon buahan bila
buah sudah hampir matang atau masak (Sunarno, 2011: 130).
Serangga
hama adalah serangga yang merusak tanaman atau hasil tanaman untuk mendapatkan
makanannya. Bila hutan rusak akibat penebangan pohon, tumbuhan lainnya sebagai
makanan serangga yang ada di pohon itu juga akan ikut rusak. Akibatnya,
serangga tersebut kehilangan habitatnya. Kehilangan habitatnya berarti juga
kehilangan makanannya dan kehilangan tempat untuk berkembangbiak (Saktiyono,
2004: 9).
Faktor
lingkungan sekitar persemaian mendukung semut rangrang untuk berkembang,
banyaknya tanaman selang yang berumur 8-12 bulan yang dimanfaatkan habitat
jenis serangga ini untuk tinggal dengan cara melipatkan daun-daun sekitar.
Karena kehidupan koloninya sangat tergantung pada keberadaan pohon. Semut
rangrang dikategorikan predator, sebab dapat menekan pertumbuhan dan populasi
serangga lainnya antara lain dengan cara memangsa serangga yang 100 kali lebih
besar dari pada besar tubuhnya untuk mempertahankan wilayahnya dan mempunyai
sifat agretifitas yang tinggi (Ikro, 2014:11).
Daftar pustaka
Mairawita, dkk.
2012. Potensi Serangga Pengunjung Bunga sebagai Vektor Penyakit Darah Bakteri
(Ralstonia solanacearum Phylotipe IV) pada Pisang di Sumatera Barat. Jurnal Entomologi Indonesia, vol 9(1):
38-47.
Pracaya.
2008. Hama dan Penyakit Tanaman.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Sumini,
dkk. 2014. Dampak Aplikasi
Bioinsektisida Terhadap Populasi Serangga Hama Pada Padi Ratun di Sawah Lebak. Prosiding
Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014: 509-514.
Fajarwati,
Mosi, R, dkk. 2009. Keanekaragaman Serangga pada Bunga Tomat (Lycopersicon
esculentum Mill.) di Lahan Pertanian Organik. Jurnal Entomol Indon, Vol 6 (2): 77-85.
Saktiyono.
2004. IPA Biologi. Jakarta: Erlangga.
Sunarno. 2011.
Ketertarikan Serangga Hama Lalat Buah Terhadap Berbagai Papan Perangkap
Berwarna Sebagai Salah Satu Teknik
Pengendalian. Jurnal Agroforestri,
Vol 6 (2): 129-134.
Ikro, Fajar. S dkk. 2014. Inventarisasi Hama
Persemaian Di Hutan Tanaman Rakyat Desa Ngambur Kecamatan Bengkunat Belimbing
Kabupaten Lampung Barat. Jurnal Sylva Lestari.
Vol, 02 (02): 07-16.
0 Response to "Dasar Teori Serangga pada pohon dan rumpun tanaman"
Post a Comment