ads

laporan Identifikasi Satwa Jejak praktikum ekologi hewan

Identifikasi Satwa Jejak
Identification of True Animals

Rizal Sunanda
Rizalsunanda.bio14@fkip.unsyiah.ac.id

                                                                     Abstrak
        Telah dilakukan praktikum yang berjudul “Identifikasi Satwa Jejak” pada tanggal 21-23 April 2017. Tujuan Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu mengidentifikasi satwa jejak. Alat. GPS Garmin 60 csx. Kompas. Teropong. Kamera. Alat tulis. Buku identifikasi. Bahan. Formalin 7-10%. Data ini diambil dengan teknik pengamatan langsung. Bahan yang telah tersedia dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ada lalu diamati dan dibuat laporan. Kesimpulannya adalah Semua hewan hidup dengan berbagai pertanda yang mereka perlihatkan baik berupa jejak seperti bekas telapak kaki di permukaan tanah, feses yang ditinggalkan dan bagian-bagian yang ditinggalkan seperti sarang dan bau-bauan yang juga perlu dipelajari secara seksama.

Kata Kunci : Identifikasi, Jejak, Satwa.


Abstract

A practicum has been conducted entitled "Identification of True Animals" on 21-23 April 2017. Objectives After doing this lab, students are expected to be able to identify trace animals. Tool. GPS Garmin 60 csx. Compass. Binoculars. Camera. Stationary. Identification books. Material. Formalin 7-10%. This data is taken with direct observation techniques. Available materials are made in accordance with existing procedures and then observed and made reports. The conclusion is that all animals live with various signs that they exhibit in the form of footprints such as footprints on the ground, abandoned feces and abandoned parts such as nests and smells that also need to be carefully studied.

Keywords: Identification, Trace, Animals.



Pendahuluan
Hasil penelitian pada habitat Anoa (Bubalus sp) di Cagar Alam Pangi Binangga ditemukan jejak kaki, bekas mencari makan, dan kotoran anoa. Analisis vegetasi dilakukan pada lokasi sebagai habitat Anoa diperoleh 31 jenis vegetasi dan termasuk dalam 21 famili baik dari tingkat pohon,tiang, pancang, semai dan tumbuhan bawah (Tandilolo, 2013: 3).
Banyak spesies nyamuk telah ditemukan sebagai vektor filariasis, tergantung pada jenis cacing filarianya. W.bancrofti yang terdapat di daerah perkotaan di tularkan oleh Cx.quinquefasciatur yang tempat perindukannya air kotor dan tercemar. W.bancrofti di daerah pedesaan dapat dituiarkan olehbermacamspesies nyamuk. Di Irian Jaya W.bancrofti dituiarkan terutama oleh An.farauti yang dapat menggunakan bekas jejak kaki binatang untuk tempat perindukannya (Masrizal, 2013: 33).
Mengamati secara langsung satwa di hutan, khususnya mamalia terrestrial yang cenderung menghindar dari manusia, adalah hal yang sangat sulit bahkan hamper mustahil dilakukan. Karena sulitnya pengamatan dilakukan, banyak dari jenis- jenis mamalia terrestrial di hutan tropikaa Indonesia yang hingga kini tidak diketahui karakter ekologinya. Selama ini banyak peneliti ekologi satwa yang semata- mata mengandalkan jejak (baik kaki, cakaran, kotoran ataupun sisa- sisa makanan) yang ditinggal satwa (Indrawan, 2007: 213).
Berdasarkan tanda-tanda morfologi dan habitatnya, anoa di Pulau Sulawesi digolongkan ke dalam dua spesies. Kedua spesies ini disebut anoa dataran tinggi (Bubalus quarlesi) dan anoa dataran rendah (Bubalus depresicornis). Anoa dataran tinggi sering juga disebut anoa kecil yang merupakan penghuni daerah pegunungan dan anoa dataran rendah biasanya disebut anoa besar yang menghuni dataran rendah. Di Cagar Alam Pangi Binangga masih ditemukan anoa yang dibuktikan oleh keberadaan jejak dan kotorannya serta potensi pakan yang masih cukup tersedia (Wardah, 2012: 2).
            Melakukan klarifikasi pola pergerakan spesies burung pemakan biji dan penyebar biji pada tingkat bentang alam. Diperlukan penelitian tentang pola jelajah spesies-spesies tersebut. Mengikuti jejak spesies burung berukuran besar menggunakan satelit (berat badan lebih dari 1 kg, Roy Dennis komunikasi pribadi) mungkin dilakukan dan dapat memberikan informasi tentang faktor yang menentukan pola jelajah burung tersebut (Erik, 2006: 227).

Metode/Cara Kerja
Waktu dan Tempat
Praktikum dilakukan di Desa Lamtamot, Lembah Selawah, Aceh Besar.  pada tanggal 21-23 April 2017.
Alat dan Bahan
        Alat. GPS Garmin 60 csx. Kompas. Teropong. Kamera. Alat tulis. Buku identifikasi. Bahan. Formalin 7-10%.
Prosedur
        Disusuri transek garis sepanjang 500-1000 m dengan lebar 4 m (2 m kiri dan 2 m kanan). Dilakukan pengamatan dengan metode jelajah (sensus). Setiap jejak (bekas kaki, kotoran, cakaran dan sisa bagian tubuh atau makanan) diamati, dideskripsikan, difoto dan dicatat pada lembaran pengamatan. Dicatat posisi GPS dan dideskripsikan habitat yang ditemukan dalam lembar pengamatan.
Teknik Pengumpulan Data
        Data ini diambil dengan teknik pengamatan langsung. Bahan yang telah tersedia dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ada lalu diamati dan dibuat laporan.
Hasil dan Pembahasan
Pembahasan
        Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan mengenai identifikasi satwa (jejak) telah dapat dilihat dan diamati jejak dari sata atau hewan yang terdapat didaerah Hutan Saree dimana pengamatan yang dilakukan pada tanggal 22 April 2017 ketika pagi hari. Semua hewan hidup dengan berbagai pertanda yang mereka perlihatkan baik berupa jejak seperti bekas telapak kaki di permukaan tanah, feses yang ditinggalkan dan bagian-bagian yang ditinggalkan seperti sarang dan bau-bauan yang juga perlu dipelajari secara seksama. Jejak ataupun tanda-tanda yang di ada di lapangan dapat dipergunakan sebagai indikator ada tidaknya hewan yang bersangkutan. Jejak-jejak ataupun tanda lainnya yang ada dilapangan dapat dipergunakan sebagai indikator ada atau tidaknya satwa liar yang bersangkutan,antara lain tapak kaki.
        Bekas tapak kaki dipermukaan tanah penting untuk diketahui bentuk,ukuran dan umurnya. Tempat-tempat untuk menemukan jejak antara lain ditepi sungai, tempat berkubang, pantai, tempat-tempat istirahat dan lorong-lorong diantara tumbuhan dan semak belukar dan perlu diperhatikan dan dikenali posisi kaki depan kaki belakang dan untuk mempermudah mengetahui hewan apa yang terdapat pada  bekas kaki hewan tersebut. Feses biasanya menunjukkan keadaan yang khas.Penemuan feses sangat penting apakah masih baru atau sudah lama. Dari analisa feses dapat dikenali jenis makanan mereka berdasarkan keadaan bulu-bulu,rambut,gigi/taring maupun tulang tengkorak yang terdapat pada feses tersebut.
Pada pengamatan ditemukan beberapa jejak antara lain jejak feses dari babi sarang burung, feses kerbau sama feses musangyang terlihat masih basah yang memungkinkan hewan ini baru melintasi daerah tersebut. Sementara saat melakukan pengamatan terdapat babi yang melintasi jalan dan kemudian masuk kedalam hutan. Babi tersebut meninggalkan jejak yakni telapak kakinya yang dapat dilihat diatas tanah liat.

Kesimpulan
        . Semua hewan hidup dengan berbagai pertanda yang mereka perlihatkan baik berupa jejak seperti bekas telapak kaki di permukaan tanah, feses yang ditinggalkan dan bagian-bagian yang ditinggalkan seperti sarang dan bau-bauan yang juga perlu dipelajari secara seksama.

Saran
Daftar Pustaka
Indrawan, M, dkk. 2007. Biologi Konservasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Masrizal. 2013. Penyakit Filariasis. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7 (1): 32-38.

Meijaard, erik. 2006. Hutan Pasca Pemanenan. Bogor: CIFOR.

Tandilolo, S, dkk. 2013. Komposisi Jenis Vegetasi Habitat Anoa (Bubalus sp.) di Cagar Alam Pangi Binangga Kabupaten Parigi Moutong Warta Rimba. Jurnal Warta Rimba, 1 (1): 1-8.

Wardah. 2012. Vegetasi Kunci Habitat Anoa Di Cagar Alam Pangi Binangga, Sulawesi Tengah. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, 1(1): 1-12.

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

0 Response to "laporan Identifikasi Satwa Jejak praktikum ekologi hewan"