PERKEMBANG LANJUT
(PERKEMBANGAN EMBRIO)
Keywords: embryo, zygote, fertilization
Proses pembentukan gamet atau sel kelamin disebut
gametogenesis, ada dua jenis proses pembelahan sel yaitu mitosis dan meiosis.
Bila ada sel tubuh kita yang rusak maka akan terjadi proses penggantian dengan
sel baru melalui proses pembelahan mitosis, sedangkan sel kelamin atau gamet
sebagai agen utama dalam proses reproduksi manusia menggunakan proses
pembelahan meiosis (Yatim, 2008, p.14).
tubuhnya, Perubahan ini juga berlangsung dan tampak selama pembentukan macam-macam organ atau selama organogenesis.
Advanced Development
Rizal
Sunanda
Abstrak
Praktikum
yang dilakukan ini berjudul tentang “Perkembangan Lanjut”. Praktikum ini
dilaksanakn di Laboratorium Biologi, FKip Unsyiah, Darussalam Banda Aceh, pada tanggal 2 November 2016. Tujuan praktikum ini dilakukan yaitu Diharapakan
dapat mengetahui tahap tahap perkembangan lanjut (perkembangan embrio). Praktikum ini dilakukan
dengan menggunakan beberapa alat dan bahan seperti mikroskop dan sediaan awetan embrio ayam. Dapat ditarik kesimpulan
bahwa Perkembangan embrio dimulai setelah terbentuknya zigot pada saat
fertilisasi sampai selesai. Melalui pertumbuhan dan perkembangan yang rumit
sehingga terciptanya beberapa perubahan yang dapat dibedakan tingkat perkembangan yang dapat dipakai untuk
menentukan dan mengetahui sejauh mana suatu embrio telah berkembang.
Kata Kunci : Embrio, Zigot, Fertilisasi.
Abstract
The title of this practicum conducted on "Advanced
Development". This practicum dilaksanakn in Biology Laboratory, FKIP
Unsyiah, Banda Aceh Darussalam, on November 2, 2016. The purpose of this lab
can do that is hoped to know the stage of advanced development stage (embryonic
development). Practicum is done by using some tools and materials such as microscopy and preparation preserved chicken embryos. It can be concluded that the development
of the embryo starts after the formation of the zygote at fertilization to
completion. Through growth and development complex that the creation of some of
the changes that can be distinguished level of development that can be used to
define and determine the extent to which an embryo has grown.
Keywords: embryo, zygote, fertilization
Pendahuluan
Pada umumnya
proses produksi embrio dilakukan melalui tiga tahapan utama, yaitu pematangan
oosit (in vitromalturation), pembuahan
oosit oleh spermatozoa (invitro
fertilization) dan menumbuhkan oosit yang telah dibuahisampai tahap
perkembangan morula atau blastosit (in vitro culture) (Setiadi dan Karja,
2013, p. 150).
Fase
fertilisasi adalah pertemuan antara sel sperma dengan sel ovum dan akan
menghasilkan zygote. Zygote akan melakukan pembelahan sel (cleavage). Zigot
selanjutnya mengalami pertumbuhan dan perkembangan melalui tahap-tahap yaitu
pembelahan, gastrulasi, dan organogenesis(Geisert, 2009, p.55)
Embrio adalah
tahap paling awal dalam perkembangan .Dalam organisme yang berkembang biak
secara seksual,ketika satu sel sperma membuahi ovum ,hasilnya adalah satu sel
yang disebut zigot yang memiliki seluruh DNA dari kedua orang tuanya .Dalam
tumbuhan hewan dan beberapa potista zigot akan membelah oleh mitosis untuk
menghasilkan organisme lainnya (Sarma, 2012, p. 255).
Berbagai media
untuk perkembangan embrio in vitro terus diteliti untuk mendapatkan
hasil yang lebih optimal. Pada umumnya proses produksi embrio dilakukan melalui
tiga tahapan utama yaitu pematangan oosit (in vitro maturation), pembuahan oosit oleh
spermatozoa (in vitro fertilisation), dan menumbuhkan oosit yang telah
dibuahi sampai tahap perkembangan morula atau blastosis (in vitro culture).
Ketiga tahapan produksi embrio biasanya menggunakan media yang berbeda-beda
untuk mendukung perkembangan oosit dan spermatozoa sehingga mampu berkembang
mencapai tahap blastosis (Setiadi, 2013,
p.150).
Metode/ Cara kerja
Waktu dan
tempat
Praktikum ini dilaksanakn di
Laboratorium Biologi, FKip Unsyiah, Darussalam Banda Aceh, pada tanggal 02 November 2016.
Alat dan bahan
Alat berupa mikroskop dan bahan
berupa sediaan preparat awetan embrio ayam
Metode
kerjanya Setiap stadium preparat diamati dengan menggunakan mikroskop.
Hasil dan Pembahasan
Dari praktikum
yang dilakukan dapat diketahui bahwa perkembangan embrio dimulai setelah terbentuknya zigot pada saat
fertilisasi sampai selesai.
(embrio ayam:
23 jam)
Zigot yang
mulai berembriogenesis
disebut conseptus. Karena berasal dari konsepsi ovum dan spermatozoa.
Perkembangan embrio ini merupakan perkembangan lanjut dari perkembangan awal
(fase-fase pembelahan). Setelah embrio menyelesaikan tahap grastulasi, maka mulailah terjadi perubahan
bnetuk pada
tubuhnya, Perubahan ini juga berlangsung dan tampak selama pembentukan macam-macam organ atau selama organogenesis.
(Embrio ayam: 39 jam).
Karena ada perubahan tersebut sehingga dapat dibedakan
tingkat perkembangan yang dapat dipakai untuk menentukan dan mengetahui sejauh
mana suatu embrio telah berekembang.
(embrio ayam:
44 jam)
Pada saat praktikum
dilakukan pengamatan terhadap
perkembangan embrio ayam. Ciri khas yang biasa dipakai dalam menentukan atau
mengamati tingkat perkembangan emrio normal adalah umur embrio, ukuran embrio
dan ciri-ciri morfologi embrio.
(embrio ayam:
47 jam)
Untuk
mengetahui umur embrio ayam digunakan rumus berikut umur = 19 + jumlah somit.
Yang diamati adalah embrio ayam yang berumur 23 jam, 42 jam, 48 jam,. Setiap embrio
memkiliki jumlah somit yang berbeda-beda sesuai umur embrio tersebut.
(Embrio
ayam: 96 jam).
Simpulan
Perkembangan
embrio dimulai setelah terbentuknya
zigot pada saat fertilisasi sampai selesai. Melalui pertumbuhan dan
perkembangan yang rumit sehingga terciptanya beberapa perubahan yang dapat
dibedakan s tingkat perkembangan yang dapat dipakai untuk menentukan dan
mengetahui sejauh mana suatu embrio telah berekembang.
Daftar Pustaka
Geisert. (2009). Early embryonic survival in the
animal: Can it be improved?. Journal of
American Society of Animal Science, 13(4)
: 54-65.
Sarma. (2012). Early
embryonic and larval development of Ompok pabo with notes on its nursery
rearing. Journal of biosciences, 2
(1):253-260.
Yatim, Wildan. (2008).
Reproduksi dan Embryologi. Tarsito :
Bandung.
Setiadi, M. A. Dan N. W. L. Karja.
(2013). Tingkat Perkembangan Awal Embrio Sapi In Vitro Menggunakan Media Tunggal Berbahan Dasar Tissue Culture Medium. (TCM). Journal Kedokteran Hewan, 7(2), 150-154.
Stiadi,
Mohamad
Agus. (2013). Tingkat Perkembangan
Awal Embrio Sapi In Vitro Menggunakan Media Tunggal Berbahan Dasar Tissue
Culture Medium (Tcm) 199. Jurnal Kedokteran Hewan. 7(2), p.150-154.
0 Response to "laporan praktikum perkembangan lanjut ( perkembangan embrio ) "
Post a Comment