Morfologi
Cendawan
Morphology Fungi
Has done a practicum with the title Morphology Fungi on 21 November 2016 at the Laboratory of Biology, Faculty of Education Teacher Training and Education Unsyiah. Truffles are multicellular microorganisms lacking chlorophyll, such as unicellular or multicellular. The purpose of this lab is to observe a wide variety of fungi and know its parts .. The tools used are glass objects, glass covers, duct tape and scissors as well as the materials used are cultured fungus. Results of lab work that has been done in the form of the four types of fungus contained in culture provided the fungus yellow, white, black and gray.
Morphology Fungi
Rizal Sunanda
Abstrak
Telah dilakukan praktikum dengan
judul Morfologi Cendawan pada tanggal 21
November 2016 di Laboratorium Pendidikan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Unsyiah. Cendawan merupakan mikroorganisme multiseluler
tidak berklorofil, berupa uniseluler maupun multiseluler. Tujuan dari praktikum
ini adalah untuk mengamati berbagai macam jamur dan mengenal bagian-bagiannya..
Adapun alat yang digunakan adalah kaca benda, kaca penutup, selotip dan gunting
serta bahan yang digunakan adalah biakan cendawan. Hasil praktikum yang telah
dilakukan berupa adanya empat jenis cendawan yang terdapat dalam biakan yang
disediakan yakni cendawan berwarna
kuning, putih, hitam dan abu-abu.
Kata kunci: cendawan, morfologi,
mikroorganisme
Abstract
Has done a practicum with the title Morphology Fungi on 21 November 2016 at the Laboratory of Biology, Faculty of Education Teacher Training and Education Unsyiah. Truffles are multicellular microorganisms lacking chlorophyll, such as unicellular or multicellular. The purpose of this lab is to observe a wide variety of fungi and know its parts .. The tools used are glass objects, glass covers, duct tape and scissors as well as the materials used are cultured fungus. Results of lab work that has been done in the form of the four types of fungus contained in culture provided the fungus yellow, white, black and gray.
Keywords: fungi, morphology, microorganisms
Pendahuluan
Jamur endofit mampu meningkatkan resistensi tanaman ianang daris erangga
hama. Interaksi antara cendawan endofit dan inang umumnya bersifat simbiosis
mutualisme. Jamur endofit dapat berinteraksi tumbuhan sehat pada jaringan
tertentu dan mampu menghasilkan mikotoksin, enzim serta antibiotika. Keunggulan
jamur ini sebagai agens pengenali hayati yaitu mampu meningkatkan ketersediaan
nutrisi, dan mampu menghasilkan hormon pertumbuhan tanaman inang (Sunariasih,
2014, p. 520).
Cendawan
MVA juga memiliki morfologi tertentu yang dapat dibedakan antara satu genus
dengan genus lainnya. Morfologi spora cendawan MVA yang ditemukan bulat, oval
hingga batang. Warna sporanya coklat kehitaman, kuning muda dan kuning
kecoklatan serta bentuk hifa tidak bercabang. Adapun keadaan lingkungan
didaerah penelitian yaitu tanah salin dengan pH 8, suhu tanah sebesar 35° C Dan
intensitas cahaya sebesar 2595 Cd setiap tipe spora yang ditemukan pada setiap
tanaman inang juga dapat dihitung kepadatan sporanya dalam 50 g tanah yang
dianalisa (Nurhadayanti, 2013, p. 146).
Beberapa jenis jamur tanah
kelompok Ascomycetes dilaporkan juga mampu menghasilkan enzim laccase. Jamur
Trichoderma harzianum WL1 mampu menghasilkan enzim laccase sehingga dapat
digunakan untuk mendegradasi lignin. Penggunaan
jamur Ascomycetes untuk mendegradasi senyawa lignin dan PAH belum
banyakdilakukan, sehingga dilakukan isolasi
dan seleksi jamur tanah dari beberapa lingkungan di Bali, yaitu lingkungan
manggrove, lingkungan pantai dan lingkungan tanah pertanian organic (Corazon,
2010, p.228).
Jamur kuping (Auricularia
auricula) merupakan spesies jenis jamur kayu dari kelas heterobasidiomycetes
yang memiliki kandungan gizi
dan nilai ekonomi yang tinggi. kandungan gizi jamur kuping yaitu protein, lemak,karbohidrat,
riboflavin, niacin, Ca, K, P, Na, dan Fe. Jamur kuping dari segi organoleptic
(rasa, aroma dan penampilan), kurang menarik bila dihidangkan sebagai bahan
makanan. Namun jamur kuping sudah dikenal
sebagai bahan pengental makanan dan penetral racun. Lendir jamur kuping dipercaya
berkhasiat menetralkan senyawa berbahaya (racun) yang terdapat dalam makanan.
Jamur kuping juga bermanfaat bagi pengobatan jantung koroner, menurunkan
kekentalan darah dan menghindari penyumbatan pembuluh darah, terutama di otak.
Kekentalan darah ini dapat diatasi dengan mengonsumsi jamur kuping setiap hari
sebanyak 5-10 gram. Selain
untuk konsumsi lokal, jamur kuping juga banyak
diekspor baik dalam bentuk segar maupun kering (Nihayati, 2013, pp.41-41).
Pengujian daya
antagonis cendawan hasil isolasi terhadap
F. oxysporum f. sp. Zingiberi dilakukan dengan
metode biakan ganda. Metode ini digunakan untuk mengamati
kemampuan isolat cendawan antagonis indigenos
dalam menekan pertumbuhan F. oxysporum f. sp. zingiberi. Metode
ini dilakukan dengan cara menumbuhkan potongan biakan cendawan antagonis dan F.
oxysporum f. sp. zingiberi dalam satu cawan
petri yang telah berisi PDA dengan
jarak 4 cm antara kedua poton (Panko, 2015, p.11).
Metode
Waktu
dan tempat
Praktikum dilakukan di Laboratorium
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh pada
tanggal 21 November 2016.
Alat
dan Bahan
Adapun alat yang digunakan adalah kaca
benda, kaca penutup, selotip dan gunting. Bahan yang digunakan berupa biakan
cendawan.
Prosedur
Diambil
biakan cendawan dengan menggunakan
jarum, lalu diletakkan diatas kaca benda
yang telah ditetesi akuades atau diambillah selotip transparan dan
diletakkan bagian yang berperekat diatas biakan jamur hingga hifanya melekat
pada selotip tersebut dan diletakkan
pada kaca objek. Ditutup perlahan-lahan dengan kaca penutup. Diamati dibawah
mikroskop dengan pembesaran sedang. Digambarkan objek yang anda amati secara
lengkap lalu diberi keterangan yang jelas. Diulangi cara kerja 1-4 untuk
pengamatan jamur yang berasal dari temped an roti.
Teknik pengumpulan data
Praktikum ini
dilakukan dengan metode
pengamatan langsung. Dengan langsung melakukan sesuai prosedur yang telah
dituliskan .
Hasil
dan Pembahasan
Cendawan merupakan mikroorganisme
multiseluler tidak berklorofil, berupa uniseluler maupun multiseluler. Pada
umumnya cendaawan hidup sebagai saprofit atau parasit. Menurit fungsinya ada
dua tipe hifa yaitu hifa fertile dan hifa vegetative. Organisme yang termasuk
dalam kelompok cendawan, anggotanya mempunyai ciri-ciri umum yaitu uniseluler
atau bersel satu atau multi seluler ( benang–benang halus), tubuhnya tersusun
atas hifa (jalinan benang–benang halus), eukariotik, tidak mempuyai klorofil
sehingga bersifat heterotrof, hidup secara saprofit, parasit dan simbiosis,
dinding selnya tersusun atas zat kitin, cadangan makanan tersimpan dalam bentuk
glikogen dan protein, pencernannya berlangsung secara ekstraseluler, dimana
makanan sebelum diserap disederhanakan terlebih dahulu oleh enzim ekstraseluler
yang dikeluarkan dari hifa jamur, memiliki keturunan yang bersifat haploid
lebih singkat, reproduksi jamur uniseluler dilakukan secara aseksual dengan
membentuk spora. Jamur multiseluler secara aseksual dengan cara memutuskan
benang hifa ( fragmentasi ), zoospore, endospora, dan konidia. Sedangkan secara
seksual melalui peleburan inti jantan dan inti betina sehingga dihasilkan spora askus atau basidium.
Dapat
diketahui dari hasil pengamatan bahwa jamur yang ada pada tempe mempunyai warna
hitam, jamur ini mempunyai nama latin Rhizopusoligosporus yaitu jamur yang digunakan
pada pembuatan tempe. Jamur jenis ini digolongkan kedalam kapang (jamur
benang), yaitu mikroba yang mempunyai bentuk filamen, atau struktur nya tampak
seperti benang – benang halus yang biasa disebut dengan
hifa.
Gambar yang terlihat dibawah mikroskop pada jamur tempe |
Cendawan jenis ini mempunyai warna permukaan koloni yang
hitam, mempunyai hifa, stolon dan rizoid serta sporangiofor. Melakukan
reproduksi dengan seksual yaitu dengan spora non motil yang berasal dari
sporangium. Warna dari koloni tersebut berupa biru kehitam hitaman dan
misseliumnya bercabang tak bersepta juga tidak mempunyai ini (sonosit),
misellium berbentuk rhizoid. Berdasarkan
hal tersebut dapat diduga bahwa pengamatan cendawan tempe termasuk diantara R. oligosporus dan R. oryzae.
Berdasarkan hasil pengamatan
praktikum cendawan pada roti terlihat berkelompok, berbentuk fillamen, yang
mana fillamen itu berasal dari benang halus (hifa). Lalu kumpulan
hifa membentuk massa (misselium). Hifanya tidak memiliki sekat (senositik).
Reproduksi dengan 2 cara yaitu dengan seksual yang mana akan membentuk zigospora dan aseksual dengan membentuk
sporangiospora. Jenis cendawan pada roti berjamur yaitu Zygomycotina karena dalam reproduksi generatifnya
menghasilkan zigot di dalam zigospora.
Jamur Zygomycotina sama seperti jamur lain,
memproduksi dinding sel yang mempunyai zat kapur (citin), tumbuh dengan
misselia atau benang benang (hifa), jamur ini adalah jamur paling tinggi
dibandingkan kelas jamur lainnya. Mempunyai alat reproduksi secara generatif.
Tidak hanya di roti juga ada pada tempe, nasi dan makanan lainnya. Sifatnya
sebagai pengurai dan pembusuk khususnya pada makanan.
Simpulan
Jamur pada tempe dan roti
adalah jamur golongan dari Jamur Zygomycotina punya ciri ciri seperti
memproduksi dinding sel yang mempunyai zat kapur (citin), tumbuh dengan
misselia atau benang benang (hifa), jamur ini adalah jamur paling tinggi
dibandingkan kelas jamur lainnya. Mempunyai alat reproduksi secara generatif.
Tidak hanya di roti juga ada pada tempe, nasi dan makanan lainnya. Sifatnya
sebagai pengurai dan pembusuk khususnya pada makanan.
Daftar
pustaka
Corazon & Subowo, Y.B., (2010).
Seleksi Jamur Tanah Pengurai Lignin Dan Pah Dari
Beberapa Lingkungan Di Bali. Berita Biologi.
10(2): 227-233.
Nihayati, Ellis, Setyobudi, Lilik
dan Nurilla Neilla. (2013). Studi Pertumbuhan dan Produksi Jamur
Kuping (Auricularia auricula) Pada Substrat Serbuk Gergaji Kayu dan
Serbuk Sabut Kelapa. Jurnal Produksi Tanaman. 1(3): 40-47.
Nurhandayani.
(2013). Inventarisasi Jamur Mikoriza Vesikular Arbuskular Dari Rhizosfer Tanah
Gambut Tanaman Nanas (Ananas Comosus
(L) Merr), Jurnal Protobiont, 2(3):
146-151.
Panko, Afriani, Winarto dan
Nurbailis. (2015). Penapisan Cendawan Antagonis Indigenos
Rizosfer Jahe dan Uji Daya Hambatnya terhadap Fusarium oxysporum f. sp. Zingiberi.
Jurnal Fitopatologi Indonesia. 11(1):
9-13.
Sunarisih,
dkk. (2014). Identifikasi Jmaur Endofit Dari Biji Padi dan Uji Daya Hambatnya
Terhadap Pyricularia Oryza Cav. Secara in Vitro. E-Jurnal Agrokoeteknologi
Tripika, Vol. 3(20): 110- 118.
Lampiran Tabel Pengamatan
No
|
Cara
kerja
|
Keterangan
|
1
|
Diambil
biakan cendawan yang diberikan
|
|
2
|
|
Diambil
biakan cendawan yang berwarna hitam
dengan menggunakan selotip, lalu ditempelkan ke kaca benda dan diamati dengan
mikroskop .
|
3.
|
|
Diambil
biakan cendawan yang berwarna kuning
dengan menggunakan selotip, lalu ditempelkan ke kaca benda dan diamati dengan
mikroskop. Berikut gambar hasil
pengamatan jamur kuning yang terlihat di bawah mikroskop.
|
4.
|
|
Diambil
biakan cendawan yang berwarna putih
dengan menggunakan selotip, lalu ditempelkan ke kaca benda dan diamati dengan
mikroskop. Berikut gambar hasil
pengamatan jamur putih yang terlihat di bawah mikroskop.
|
0 Response to "laporan praktikum mikrobiologi morfologi cendawan (fungi)"
Post a Comment