ads

Ascaris lumbricoides habitat, penyebaran, morfologi,



Pendahuluan
Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan, salah satu diantaranya ialah cacing gelang yang ditularkan melalui tanah. Cacingan ini dapat mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan produktifitas penderitanya sehingga secara ekonomi banyak menyebabkan kerugian, karena menyebabkan kehilangan karbohidrat dan protein serta kehilangan darah, sehingga menurunkan kualitas sumber daya manusia. Prevalensi cacingan di Indonesia pada umumnya masih sangat tinggi, terutama pada golongan penduduk yang kurang mampu mempunyai risiko tinggi terjangkit penyakit ini. (Surat Keputusan Menteri Kesehatan No: 424/MENKES/SK/VI, 2006:1).

  Habitat Ascaris lumbricoides

Manusia merupakan satu satunya hospes Ascaris lumbricoides. Ascaris dapat ditemukan pada manusia semua umur, tetapi paling sering di jumpai pada anak umur 5-9 tahun dengan frekuensi kurang lebih sama pada kedua jenis kelamin. Penyakitnya disebut askariasis. Cacing dewasa bebentuk silinder dengan ujung yang meruncing. Stadium dewasa hidup di rongga usus halus. Tanah liat dengan kelembaban tinggi dan suhu yang berkisar antara 250C-3 0C sangat baik untuk berkembangnya telur Ascaris lumbricoides sampai menjadi bentuk infektif. Cacing dewasa hidup di dalam usus besar dan telur yang dihasilkan betinanya terbawa oleh material feses. Pada material tersebut larva cacing dalam telur berkembang mencapai stadium infektif di dalam tanah. Makanan yang berasal dari areal agrikultur dimana tanahnya telah terkontaminasi oleh feses yang berisi telur infektif, dapat mentransmisikan telur secara langsung ke manusia. Makanan yang terkontaminasi dengan telur infektif dimakan oleh manusia dan larva tersebut keluar dari telur di dalam usus.



Penyebaran Ascaris lumbricoides
Parasit ini bersifat kosmopolit dengan prevalensi di Asia sebesar 73%. Diperkirakan di seluruh dunia terdapat 1300 juta orang yang terinfeksi Ascaris. Di Indonesia, prevalensi askariasis tinggi, terutama ppada anak dengan prevalensi antara 60-90%. Tinggi prevalensi askariasis terkait dengan kondisi sosio-ekonomi yang buruk. Semakin buruk hygiene dan sanitasi, semakin mudah terkena infeksi Ascaris.
Ascaris lumbricoides banyak terdapat di daerah yang beriklim panas dan lembab, tetapi juga dapat hidup di daerah beriklim sedang. Penyebaran parasit ini terutama berada didaerah tropis yang tingkat kelembapannya cukup tinggi. Askariasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh cacing gelang Ascaris lumbricoides. Askariasis adalah penyakit kedua terbesar yang disebabkan oleh makhluk parasit. Penyebab utama dari kebanyakan infeksi oleh parasit ini adalah penggunaan kotoran manusia untuk menyuburkan tanah lahan pertanian atau perkebunan dimana tanah tersebut digunakan untuk menumbuhkan tanaman sebagai bahan makanan. 

 Morfologi Ascaris  lumbricoides 

Cacing  Ascaris  lumbricoides  merupakan  spesies  dari  genus  Ascarisdan  familia  dari  Ascaridea  yang  merupakan  termasuk  kelas Nematoda.yang mempunyai ciri- ciri sebagai berikut:
a. Cacing  jantan  berukuran  10- 31  cm,  ekor  melingkar,  memiliki  dua spikula.
b. Cacing  betina  berukuran  22- 35  cm,  ekor  lurus,  pada  1/3  anterior memiliki cincin kopulasi.
c. Mulut terdiri dari tiga buah bibir.
d. Telur  yang  telah  di  buahi  (telur  fertil)  berukuran  ±  60x45  mikron berbentuk oval, berdinding tebal dengan tiga lapisan dan berisi embrio.
e. Telur  yang  tidak  di  buahi  (telur  infertil)  berukuran  ±90x40  mikron, bulat lonjong atau tidak teratur, dindingnya terdiri atas 2 lapisan dan didalamnya bergranula.
f. Telur decorticated, telurnya tanpa lapisan albuminoid yang lepas serta proses mekanik. 
 
telur yang dibuahi vertil
telur yang tidak dibuahi (invertil)
 
telur dekortikasi


Secara morfologi dapat dibedakan menjadi 4 bentuk : fertil, infertil, dekortikasi,  dan  embrio.  Di bagian luar terdapat lapisan  albuminoid yang  kasar  berfungsi  sebagai  penambah  rintangan  dalam  hal permeabilitas,  kadang-kadang  lapisan  ini  tidak  ada.  Telurnya  sendiri mempunyai  kulit  hyalin  yang  tebal,  jernih.  Lapisan  luar  relatif  tebal sebagai  struktural  penyokong  dan  lapisan  dalam  tipis  halus,  vitelin tidak  dapat  tembus  kulit  telur  berisi  bahan  yang  terdiri  atas rotoplasma. (Brown, Hw, 1993).

daftar pustaka
Brown HW, 1983. Dasar Parasitologi Klinis. Gramedia. Jakarta.

Deviana, R. (2012). Pengaruh Ekstrak Buah Mengkudu Terhadap Waktu Kematian Cacing Ascaris suum, Goeze In Vitro. Skripsi Mahasiswa Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Gandahusada, Srisasi, Prof. dr. 2006. Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/ jtptunimus-gdl-marlinagoc-5284-2-bab2.pdf

http://eprints.undip.ac.id/43921/3/IndraKusumaAdi_ G2A009052_BAB2KTI.pdf

http://www.medkes.com/2015/02/penyebab-gejala-pengobatan- askariasis.html

Puspita, A. 2009. Prevelensi Cacing Ascaris lumbricoides. Fakultas Kedokteran UI.

Soedarto, 1995. Helmintologi Kedokteran. Edisi ke 2. EGC. Jakarta.




Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

0 Response to "Ascaris lumbricoides habitat, penyebaran, morfologi, "