BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Apoda merupakan hewan
yang tergolong ke dalam ordo amphibia yang tidak mempunyai kaki. Nama lain dari
Apoda adalah Caecilian berasal dari bahasa Latin yaitu caecus yang berarti
buta. Dinamakan demikian karena matanya
tertutup oleh kulit dan dalam beberapa spesies tertutup oleh tulang.
Tubuh Apoda
bersegmen-segmen, setiap segmen yang berbentuk seperti cincin disebut annuli.
Penampakan seperti ini menjadikan apoda mirip dengan cacing tanah. Annuli pada
apoda dibedakan menjadi annuli sekunder dan tersier. Pada bagian post tubuhnya,
ekor membentuk bagian tubuh yang sangat kecil dibandingkan bagian yang lainnya.
Bahkan, pada beberapa spesies
tubuhnya tiba-tiba berakhir pada terminal tumpul. Famili dari apoda yang masih
memiliki ekor dianggap lebih primitif dari pada yang ekornya telah tereduksi.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian
dari ordo Apoda?
2.
Apa saja
ciri-ciri ordo Apoda?
3.
Bagaimana
Taksonomi ordo Apoda?
1.3 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui pengertian ordo Apoda, ciri-ciri Apoda, dan penjabaran taksonomi ordo Apoda.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ordo Apoda
Apoda berasal dari kata a artinya tanpa dan podos
artinya kaki. Hewan yang tergolong ke dalam ordo ini adalah hewan-hewan
amphibia yang tidak mempunyai kaki (kaki tereduksi). Nama lain dari Apoda
adalah Caecilian berasal dari bahasa Latin yaitu caecus yang berarti buta. Dinamakan demikian
karena matanya tertutup oleh kulit dan dalam beberapa spesies tertutup oleh
tulang.
Selain kedua nama di atas, di dalam taksonomi digunakan
nama Gymnophiona, berasal dari bahasa Yunani gymnos yang berarti terbuka dan
ophis yang berarti ular. Dikarenakan organ kaki tereduksi dan tubuhnya
bersegmen-segmen, morfologi luar dari Apoda mirip sekali dengan cacing atau
ular. Selain kakinya, organ ekor juga mereduksi atau hilang, sehingga tubuhnya
memanjang karena disesuaikan pula dengan habitatnya di tanah dengan
menggali/membuat sebuah lubang. Kisaran panjang tubuh antara 90-1.600 mm.
Walaupun mata hewan-hewan ini tereduksi, namun Apoda
mempunyai tentakel (sensori) untuk membantunya hidup di dalam tanah atau air. Letak tentakel ini
bervariasi, antara lubang hidung dan matanya yang tidak berkelopak.
Fase hidup yang bersifat aquatik adalah saat larva.
Setelah dewasa hidup di tanah dengan menggali lubang. Namun beberapa spesies
ada pula yang hidup di air (Genus Typhlonectes, Atretochoana, dan
Potomotyphlus) sehingga tubuhnya dilengkapi sirip kecil untuk membantu
berenang. Penampakan seperti ini sangat mirip dengan belut. Selain itu apoda
tidak memiliki membran tympanum untuk alat bantu pendengaran, tidak seperti
kebanyakan amfibi.
Tubuh Apoda bersegmen-segmen, setiap segmen yang
berbentuk seperti cincin disebut annuli. Penampakan seperti ini menjadikan
apoda mirip dengan cacing tanah. Annuli pada apoda dibedakan menjadi annuli
sekunder dan tersier. Pada bagian post tubuhnya, ekor membentuk bagian tubuh
yang sangat kecil dibandingkan bagian yang lainnya. Bahkan, pada
beberapa spesies tubuhnya tiba-tiba berakhir pada terminal tumpul. Famili dari
apoda yang masih memiliki ekor dianggap lebih primitif dari pada yang ekornya
telah tereduksi.
Ukuran tubuh Apoda bervariasi, apoda terkecil yang
pernah dikenal adalah Idiocranium russeli dari Kamerun. Ukuran spesies ini yang
paling besar yang pernah ditemukan adalah 14,4 cm. Namun seekor Idiocranium
russeli betina pun telah bertelur saat panjang tubuhnya hanya 9 cm. Apoda
terpanjang yang pernah ditemukan berukuran 151,5 cm yaitu Caecilia thompsoni.
Sesilia
merupakan satu-satunya ordo amfibi yang pembuahannya internal. Sesilia jantan
memiliki organ mirip penis, disebut phallodeum, yang dimasukkan ke kloaka betina selama
2 sampai 3 jam. Sekitar 25% spesies sesilia ovipar (bertelur); telurnya itu
dijaga oleh betina. Pada beberapa spesies, sesilia sudah bermetamorfosis saat menetas; yang lain menetas menjadi larva. Larvanya tidak
sepenuhnya hidup di air, namun menghabiskan waktunya di tanah dekat air.
75%
spesies vivipar, yang artinya mereka melahirkan anak yang sudah berkembang.
Janinnya diberi makan dalam tubuh betina dari sel-sel oviduk, yang mereka makan
dengan gigi pemegang khusus.
Spesies
Boulengerula taitanus yang bertelur memberi makan anaknya dengan
mengembangkan lapisan luar kulit yang kaya akan lemak dan nutrisi yang dikuliti
anaknya dengan gigi yang serupa. hal ini memungkinkan mereka tumbuh sepuluh
kali lipat beratnya dalam seminggu. Kulit itu dimakan tiap tiga hari, waktu
yang diperlukan lapisan baru untuk tumbuh, dan anak itu diamati hanya makan
pada malam hari. Dulu anak muda itu dianggap hidup dari cairan sekresi dari
ibunya.
Beberapa
larva seperti larva Typhlonectes, lahir dengan insang luar yang besar yang hampir segera tanggal. Ichthyophis
bertelur dan diketahui menunjukkan sifat merawat anak dengan ibu menjaga
telur-telurnya hingga menetas.
Sesilia
menyukai tempat-tempat yang basah atau lembap. Tepi-tepi sungai atau parit, di
bawah tumpukan batu, kayu atau serasah yang bertimbun; dan di dekat kolam atau
rawa. Makanan sesilia tidak begitu diketahui, meskipun nampaknya terdiri atas
serangga dan invertebrata yang ditemukan di habitat masing-masing spesies. Isi
perut 14 spesimen Afrocaecilia taitana terdiri dari bahan organik dan tetumbuhan yang tak dapat
ditentukan. Dimana sisa-sisa yang dapat dikenal paling banyak, yang ditemukan
adalah kepala rayap. Meski diperkirakan bahwa bahan organik tak tentu itu
menunjukkan bahwa sesilia makan detritus, yang lain percaya bahwa
ini merupakan sisa-sisa cacing tanah.
Makanannya
berupa serangga, cacing dan ular
kawat (Typhlops). Di
dalam tangkaran, sesilia mau memakan lalat yang dimatikan atau yang dilumpuhkan dan ditaburkan ke dalam
kandangnya.
Penjelasan singkat berikut ini akan membahas struktur
spesifik tubuh Apoda.
a.
Tengkorak Apoda
Tengkorak
Apoda memiliki susunan dan bangunan yang kuat dan berat. Hal ini disesuaikan
dengan fungsi kepalanya untuk menggali dan mendorong tanah. Oleh karena itu
struktur tulang pada tengkoraknya saling menyatu. Di samping sensorinya yang
membuka, tengkorak kebanyakan spesies apoda beratapkan tulang-tulang yang
tebal. Kondisi ini disebut stegokrotaphy. Tetapi beberapa spesies apoda masih
mempertahankan tengkorak yang bagian temporalnya membuka, kondisi ini disebut
zygokrotaphy. Apoda yang tengkoraknya bersifat demikian dianggap lebih
primitif. Semakin berkurang jumlah tulang pada tengkorak pada ordo ini, maka
dianggap merupakan famili yang lebih maju.
b.
Mata
Semua
apoda mempunyai organ mata, tetapi sangat tereduksi dan tertutup oleh kulit
atau tulang. Mungkin karena hidupnya pada liang-liang tanah, matanya telah
merosot ke berbagai bagian kepala, setiap spesies berbeda. Beberapa spesies,
seperti Ichthyophis sp., memiliki mata di permukaan agak dangkal sementara
spesies lain seperti Herpele dan Gegeneophis punya mata di bawah tulang
tengkorak dan bahkan memiliki soket mata yang digantikan oleh tulang. Studi
perbandingan morfologi menunjukkan bahwa ada kecenderungan peningkatan mata
tertutup dengan kulit atau tulang bersamaan dengan hilangnya modifikasi lensa
dan retina. Namun, retina dan saraf optik tetap utuh sehingga kemungkinan bahwa
sebagian besar mata Apoda masih mampu melakukan photoreception. Apabila cahaya
terang mereka akan bersembunyi begitu sebaliknya. Namun Apoda tidak mampu
mendeteksi gerakan visual.
c.
Tentakel
Tentakel sensori kecil terdapat di kedua sisi kepala
antara mata dan lubang hidung. Pada kebanyakan spesies, tentakel menonjol
melalui lobang di tengkorak sementara pada spesies lain tidak demikian. Famili
Scolecomorphidae terkenal karena memiliki tentakel dekat dengan mata. Tentakel
adalah struktur yang kompleks dari berbagai bentuk, termasuk jaringan saraf,
otot, saluran, dan kelenjar dan diperkirakan berfungsi dalam chemoreception.
d.
Mulut, Gigi dan Otot Rahang
Mulut apoda terletak di bagian agak bawah dari kepala
(subterminal). Morfologi mulut ini disebut countersunk dan dianggap
sebuah adaptasi untuk menggali. Apoda yang paling primitif masih memiliki mulut
terminal. Pada masing-masing rahang terdapat dua baris gigi, baris sebelah
dalam dan luar. Ukuran
giginya bervariasi dan bentuknya tergantung pada spesies. Semua vertebrata
darat, kecuali Apoda, memiliki satu set otot penutup rahang. Apoda memiliki dua
set otot (adductors jaws dan otot-otot interhyoideus) dan ini dianggap sebagai
adaptasi untuk mempertahankan posisi rahang agar tetap tertutup rapat saat
menggali.
e.
Nuchal Collars
Di belakang kepala terdapat dua struktur anatomis yang
saling berhubungan yaitu nuchal collars, yang berbeda tiap spesiesnya.
Bentuknya agak mirip dengan clitellum cacing tanah. Alur yg berhubung dengan nuchal pertama
menandai perbatasan posterior tengkorak dan menandai kedua pembagian antara dua
nuchal. Alur yang berhubung dengan kuduk ketiga menandai batas antara kedua
nuchal yang berhubung dengan seluruh tubuh. Pada beberapa spesies terkadang
sulit untuk membedakannya karena adanya lipatan dermal tambahan sepanjang
permukaan dorsal.
f.
Kulit Apoda
Seperti
amfibi lainnya, Apoda memiliki kelenjar racun di kulit meskipun potensi racun
tersebut belum banyak dikenal. Akan tetapi yang berbeda dari Apoda dibanding
amphibi lainnya adalah sisiknya yang berada di bawah permukaan kulit. Sisik
terdiri dari serabut kolagen yang tertutup oleh mineralized nodul. Ini dapat ditemukan
dalam lipatan dan alur-alur kulit dan biasanya semakin ke arah posterior
jumlahnya semakin meningkat.
Selain itu, Caecilia sp. punya tipe sisik sekunder yang tertanam ke dalam
jaringan ikat subdermal.
B. Taksonomi
Ordo Apoda
Secara taksonomis sesilia dibagi menjadi 6
familia. Jumlah spesies adalah rata-rata dan banyak dari spesies ini diidentifikasi
hanya berdasarkan satu spesimen. Hampir pasti bahwa tidak semua spesies telah
dideskripsikan, dan bahwa beberapa spesies yang dideskripsikan di bawah sebagai
spesies berbeda mungkin dipadukan menjadi satu spesies pada pengklasifikasian
ulang nanti.
1. Sesilia Berparuh (Rhinatrematidae)
- 2 genus, 9 spesies
2. Sesilia ikan (Ichthyophiidae) - 2
genus, 39 spesies
3. Sesilia India (Uraeotyphlidae) - 1
genus, 5 spesies
4. Sesilia Tropis (Scolecomorphidae)
- 2 genus, 6 spesies
5. Sesilia Akuatik (Typhlonectidae) -
5 genus, 13 spesies
6. Sesilia Umum (Caeciliidae) - 26
genus, 99 spesies
Ordo Caecilia mempunyai 5 famili yaitu
Rhinatrematidae, Ichtyopiidae, Uraeotyphilidae, Scolecomorphiidae, dan
Caecilidae. Famili Caecilidae mempunyai 3 subfamili yaitu Dermophinae, Caecilinae
dan Typhlonectinae. Famili yang ada di indonesia adalah Ichtyopiidae.
a. Famili Ichtyopiidae
Anggota famili ini mempunyai ciri-ciri
tubuh yang bersisik, ekornya pendek, mata relatif berkembang. Reproduksi dengan
oviparous. Larva berenang bebas di air dengan tiga pasang insang yang bercabang
yang segera hilang walaupun membutuhkan waktu yang lama di air sebelum
metamorphosis. Anggota famili ini yang ditemukan di indonesia adalah Ichtyophis
sp., yaitu di provinsi DIY.
§ Memiliki ciri-ciri :
1. Bentuk tubuh panjang dan bersegmen
2. Mata kecil dan ditutupi dengan
kulit
3. Mampu mengambil O2 dari kulit dan
paru-paru
4. Memiliki ekor yang pendek dan
kloaka di ujung tubuh
5. 2 tentakel sensori kecil yang
berada di kepala yang dapat membantu dalam menemukan sumber makanan
§ Habitat : di tanah yang lembab dan sampah daun
§ Penyebaran : di Florida, Mexico Utara, Mexico Selatan,
Indonesia
§ Keunikan : di dalam tanah dan
air hewan ini mirip belut.
Klasifikasi Ichthyophis
hypocyaneus Boie
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Apoda
Famili :
Ichtyopiidae
Genus : Ichthyophis
Spesies : Ichthyophis hypocyaneus Boie
Klasifikasi Ichthyophis
monochrous
Kingdom :
Animalia
Kelas :
Amphibia
Ordo :
Apoda
Famili :
Ichtyopiidae
Genus :
Ichthyophis
Spesies :
Ichthyophis monochrous
Pada
ordo caecilia disini mengambil contoh spesies yaitu Ichthyyophis monochrous
merupakan ordo dari caecilia yang memiliki warna tubuh coklat atau biru
keuangan. Tidak semua caecilia memiliki garis internal bewarna kuning, garis
lateral ada yang lurus penuh sampai terputus-putus. Garis lateral ada yang
berwarna kuning atau putih. Tentakelnya relatif kecil dan berada diantara mata
dan lubang hidung. Walaupun tubuh Ichthyophis monochrous memanjang seperti
cacing tetapi ekornya sangat pendek, yang berada dibelakang anus.
Ichthyophis
monochrous memiliki gigi berjumlah dua pasang, yaitu sepasang dibagian atas
mulut yang disebut premaxiallary-maxillary teeth dan vomeropalatine teeth, dan
sepasang lagi di bagian bawah mulut yang dinamai splenial teeth dan dentary
teeth.
Spesies
dari family Ichthyophiidae memiliki ekor yang nyata. Tengkoraknya memiliki atap
yang lebih padat (stegokrotaphich). Posisi mulut bisa terminal atau
subterminal, sisik dapat ditemukan pada annuli tubuh. Tentakel terletak
diantara mata dan nostril akan tetapi letaknya lebih dekat ke mata, panjang
tubuhnya bisa mencapai 50 cm. Betinanya mengeluarkan beberapa telur ditanah
yang lembab atau di liang yang dekat dengan air yng kemudian akan berkembang
menjadi larva aquatic.
Habitat
dan makanannya ichthyophis monochrous menyukai tempat-tempat yang basah atau
lembab seperti pada tepi-tepi sungai atau parit, di bawah tumpukan batu, kayu
terserah yang bertimbun dan di dekat kolam atau rawa. Makanannya tidak begitu
diketahui, meskipun nampaknya terdiri atas serangga dan invertebrata yang
ditemukan di habitatnya. Makanannya berupa serangga, cacing dan ular kawat
(Typhlops). Di dalam tangkaran, Ichthyophis monochrous memakan lalat yang
dimatikan atau yang dilumpuhkan dan ditaburkan ke dalam kandangnya.
Penyebaran
Ichthyophis monochrous kebanyakn di temukan di wilayah tropis di Asia tenggara,
Afrika, kepulauan Seychelles dan Amerika Selatan, kecuali daerah kering dan
pegunungan tinggi. Di Amerika Selatan penyeebaran mereka juga meluas ke daerah
sejuk di utara Argentina. Mereka dapat ditemukan ke selatan hingga sejauh
Buenos Aires, saat mereka terbawa banjir sungai Parana jauh di utara. Tidak ada
studi tentang mereka di Afrika tengah, tetapi sesilia mungkin ada di hutan
tropis di sana. Sebaran paling utara adalah spesies Ichthyophis sikkimensis di
India utara.
Di
Afrika, sesilia ditemukan dari Guinea Bissau (Geotrypetes) hingga Zambia Utara
(Scolecomorphus). Di Asia Tenggara, penyebarannya tidak menyeberangi garis
Wallace, mereka juga tidak ditemukan di Australia atau pulau-pulau di
antaranya. Ichthyophis juga ditemukan di Cina Selatan dan Vietnam Utara. Mereka
juga ditemukan di Selandia Baru.
Menurut
Djoko T. Iskandar dalam bukunya Amfibi Jawa dan Bali (1998), sesilia yang
ditemukan di Indonesia tergolong ke dalam dua marga (genus). Ialah marga
Caudacaecilia yang menyebar di Kalimantan dan Sumatra, dan marga Ichthyophis
yang didapati di Kalimantan, Sumatra dan Jawa.
Reproduksi
Ichthyophis monochrous salah satu spesies dari ordo amfibi yang
pembuahannya internal. Sesilia jantan memiliki organ mirip penis, disebut
phallodeum, yang dimasukkan ke kloaka betina selama 2 sampai 3 jam. Sekitar 25%
spesies sesilia ovipar (bertelur); telurnya itu dijaga oleh betina. Pada
beberapa spesies, sesilia sudah bermetamorfosis saat menetas; yang lain menetas
menjadi larva. Larvanya tidak sepenuhnya hidup di air, namun menghabiskan
waktunya di tanah dekat air. 75% spesies vivipar, yang artinya mereka
melahirkan anak yang sudah berkembang. Janinnya diberi makan dalam tubuh betina
dari sel-sel oviduk, yang mereka makan dengan gigi pemegang khusus.
Spesies
Boulengerula taitanus yang bertelur memberi makan anaknya dengan mengembangkan
lapisan luar kulit yang kaya akan lemak dan nutrisi yang dikuliti anaknya
dengan gigi yang serupa. hal ini memungkinkan mereka tumbuh sepuluh kali lipat
beratnya dalam seminggu. Kulit itu dimakan tiap tiga hari, waktu yang
diperlukan lapisan baru untuk tumbuh, dan anak itu diamati hanya makan pada
malam hari.
Dulu
anak muda itu dianggap hidup dari caiarn sekresi dari ibunya. Beberapa
larva seperti larva Typhlonectes, lahir dengan insang luar yang besar yang
hampir segera tanggal. Ichthyophis bertelur dan diketahui menunjukkan sifat
merawat anak dengan ibu menjaga telur-telurnya hingga menetas.
b. Famili Rhinatrematidae
Keluarga Rhinatrematidae memiliki
ekor yang berbeda, yang merupakan fitur yang tidak terlihat di sebagian besar
spesies dari Sesilia tetapi hadir dalam keluarga leluhur lain, Ichthyophiidae. Kehadiran
ekor normal pada vertebrata, menunjukkan bahwa ekor di Rhinatrematidae dan
Ichthyophiidae adalah leluhur hilangnya ekor di caecilians lainnya. Fitur
leluhur lainnya dari dua berlapis.
Sesilia ini mencakup mulut terminal, di mana
sebagian besar caecilian lain memiliki moncong yang menonjol dengan pembukaan
mulut lebih jauh ke belakang, dan tengkorak yang lemah dan bergerak, sedangkan
spesies lainnya tulang
tengkorak telah berevolusi menjadi keras. Kedua fitur menunjukkan bahwa spesies ini kurang baik disesuaikan dengan
gaya hidup menggali dari spesies yang lebih sangat berkembang.
Ditemukan di
hutan lembab dataran rendah. Dari
specimen yang telah dikoleksi, famili ini ditemukan di bawah batu, dekat atau di pinggiran tanah dan air. Spesimen dari Suriname
ditemukan di tepi kolam renang di tempat terbuka dekat air terjun, di mana
vegetasi segera di sekitar kolam renang adalah herba, dan jauh dari kolam
renang berkembang baik di hutan hujan. Hal ini tidak diketahui apakah spesies ini dapat hidup di habitat yang
rusak.
Contoh spesies Rhinatrema bivittatum/
Two-lined caecilian, Salah satu amfibi paling
primitive yang hidup.Spesies ini memiliki sejumlah fitur fisik yang mengungkapkan posisinya
leluhur relatif terhadap caecilian lain, termasuk ekor, mulut terminal, dan memiliki tulang tengkorak yang lemah.
§
Memiliki
ciri-ciri :
1.
Memiliki
ekor, dan mulut terletak di bawah kepala
2.
Bertelur di
dalam tanah
3.
Pada fase
larva memiliki insang
§
Habitat : di tanah yang lembab dan sampah
daun
§
Penyebaran : di Asia Tenggara, tidak menyebrangi
garis Wallace
§
Keunikan : pada fase larva memiliki insang
Klasifikasi Rhinatrema bivittatum
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Apoda
Famili :
Rhinatrematidae
Genus : Rhinatrema
Spesies : Rhinatrema bivittatum
c. Famili Uraeotyphilidae
§
Memiliki ciri-ciri :
1.
Berukuran
relative kecil (23-30 cm)
2.
Memiliki ekor
3.
Memiliki
struktur tengkorak yang kompleks
4.
Mulut
tersembunyi di bawah moncong
§
Habitat :
di tanah hutan hujan tropis
§
Penyebaran :
di pegunungan Jawa
Klasifikasi Uraeotyphlus peters
Kingdom :
Animalia
Phylum :
Chordata
Kelas :
Amphibi
Ordo :
Urodela
Family : Uraeotyphilidae
Genus : Uraeotyphlus
Spesies :
Uraeotyphlus peters
d. Famili Scolecomorphiidae
§ Memiliki ciri-ciri :
1. Mata melekat pada dasar tentakel
di bawah moncong
2. Hanya memiliki annuli primer
3. Tubuhnya panjang dan bersegmen
§ Habitat : di bawah tanah
§ Penyebaran : di Florida dan Mexico Utara
§ Keunikan : tidak memiliki stapes tulang telinga bagian tengah
Klasifikasi Scolecomorphus vittatus
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Kelas : Amphibi
Ordo : Gymnophiona
Family : Scolecomorphidae
Genus : Scolecomorphus
Spesies : Scolecomorphus vittatus
e. Famili Caecilidae
§
Memiliki
ciri-ciri :
1.
Tubuh
menyerupai cacing dan ada pula yang menyerupai ular
2.
Ekornya
pendek dan kloaka dekat akhir tubuh
3.
Kulit halus
dan berwarna gelap
§
Habitat : kebanyakan tinggal dan bersembunyi
di dalam tanah
§
Penyebaran : di Asia Tenggara
§
Keunikan : satu-satunya amphibi yang melakukan fertilisasi secara
internal
Klasifikasi Caecilia tentaculata
Kingdom :
Animalia
Phylum : Chordata
Kelas :
Amphibi
Ordo :
Urodela
Family :
Caecilidae
Genus : Caecilia
Spesies : Caecilia tentaculata
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Apoda berasal dari
kata a artinya tanpa dan podos artinya kaki. Hewan yang tergolong ke dalam ordo
ini adalah hewan-hewan amphibia yang tidak mempunyai kaki (kaki tereduksi).
Nama lain dari Apoda adalah Caecilian berasal dari bahasa Latin yaitu caecus yang
berarti buta. Dinamakan demikian karena matanya
tertutup oleh kulit dan dalam beberapa spesies tertutup oleh tulang. Apoda juga
memiliki tengkorak, mata, tentakel, mulut, gigi, otot rahang,
nuchal collars, dan kulit.
Ordo Caecilia mempunyai 5 famili yaitu
Rhinatrematidae, Ichtyopiidae, Uraeotyphilidae, Scolecomorphiidae, dan
Caecilidae. Famili Caecilidae
mempunyai 3 subfamili yaitu Dermophinae, Caecilinae dan Typhlonectinae. Famili
yang ada di indonesia adalah Ichtyopiidae.
B. Saran
Sebaiknya dalam
membuat suatu hukum dalam manusia diperhatikan berbagai aspek, kemudian
disesuaikan dengan keadaan masyarakat tersebut, sehingga tidak terjadi
ketegangan di dalam masyarakat dan terciptalah pengaturan hak dan kewajiban
serta perlindungan terhadap kepentingan individu dan kepentingan sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2016. www.academia,edu/10701060/MAKALAH_AMFIBI.
Diakses pada 26 April 2016.
Anonim.
2016. www.edgeofexistence.org/amphibians/species_info.php?id=1356 Two-lined
Caecilian. Diakses pada 26 April 2016.
Anonim. 2016. http://www.iucnredlist,org/details/59647/0.
Diakses pada 26 April 2016.
Anonim.
2016. https://id.wikipedia,org/wiki/Sesilia.
Diakses pada 26 April 2016.
Jasin, Maskoeri. 1984. Zoologi Vertebrata. Surabaya: Wijaya Utama
0 Response to "makalah ordo Apoda lengkap"
Post a Comment