BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pada
hakikatnya manusia itu harus di didik dan harus belajar karna di dunia ini
tidak ada makhluk hidup yang sewaktu baru di lahirkan seBelajar merupakan
aktivitas manusia yang sangat vital dan sangat penting bagi kita sdemikan tidak
berdayanya seperti bayi manusia.sebaliknya, tidak ada makhluk di dunia ini yang
setelah dewasa mampu menciptakan apa yang telah di ciptakan manusia dewasa.
jika bayi manusia yang baru di lahirkan tidak mendapat bantuan dari manusia
dewasa yang lain,tidak belajar,niscaya binasalah ia. Ia tidak akan mampu hidup
sebagai manusia jika ia tidak di didik
atau di ajar oleh manusia. Benar, bahwa bayi yang baru di lahirkan telah
membawa beberapa naluri/insting dan potensi potensi yang di perlukan untuk
kelangsungan hidupnya,namun jumlahnyatebatas sekali dan potensi bawaan itu
tidak akan mungkin berkembang tanpa pengaruh dari luar.
Di
samping kepandaian yang bersifat jasmani,seperti merangkak,berjalan dan lain
sebagainya. Anak(manusia ) itu membutuhkan kepandaian yang bersifat
rohaniah.manusia bukan hanya makhluk biologis seperti halnya dengan hewan.
Manusia adalah makhluk sosial dan budaya. Jelasnya kiranya,bahwa belajar sangat
penting bagi kehidupan seorang manusia. Juga mengerti pula kita sekarang,
mengapa anak(manusia) membutuhkan waktu yang lama untuk belajar sehingga
menjadi manusia dewasa. Manusia selalu dan
senantiasa belajar bila manapun dan di manapun dia berada.
2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan belajar ?
2. Apa-apa saja teori dari belajar ?
3. Apa yang dimaksud dengan mastery learning
?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Belajar
Belajar
adalah key term (istilah kunci yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan,
sehingga tanpa belajar yang sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Sebagai
sutu proses, belajar hampiur selalu mendapat tempat yang luasdalam bernagai
disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pendidikan, misalnya psikologi
pendidikan. Karna demikian pentingnya arti belajar, bagian terbesar upaya dan
eksperimen psikologi pendidikan pun di arahkan pada tercapainya pemahaman yang
lebih luas dan mendalam mengenai perubahan manusia itu.
Belajar
juga memainkan peran penting dalam mempertahankan kehidupan sekelompok ummat
amnuisa (bangsa) ditengah –tengah persainga yang semakin ketat di antarabangsa
– bangsa lainnyayag lebih dahulu maju karena belajar. Akibat persaingan
tersebut kenyataan teragis juga bisa terjadi karena belajar. Contoh tidak
sedikit orang pintar yang menggunakan kepintaranya untuk mendesak bahkan
menghancurkan kehidupan orang lain. Meskipun
ada dampak negative dari hasil belajar sekelompok manusia tertentu, kegiatan
belajar tetap memiliki arti penting. Alasannya seperti yag telah dikemukakan di
atas, belajar itu berfungsi sebagai alat mempertahankan kehidupan manusia.
Artinya dengan ilmu dan teknologi, hasil belajar kelompok manusia tertindas itu
juga dapat digunakan untuk membengun benteng pertahanan.iptek juga dapat
dipakai untuk membeuat senjata penangkis agresi sekelompok manusia tertentuyang
mungkin hanya dikendalikan oleh segelintir oknum. Yakni manusia yang mungkin
mengalami gangguan psychopathy yang berwatak rusak dan anti social.
Untuk
mencapai hasil belajar yang ideal seperti di atas, kemampuan para pendidik
teristimewa seorang guru dalam membimbing belajar murid – muridnya amat
dituntut. Jika guru dalam keadaan siap dan memiliki profensi (berkemampuan
tinggi) dalam menunaikan kewajibannya, harapan terbentuknya manusia yang
berkualitas sudah tentu akan tercapai. Kita
tahu bahwa setiap orang pasti pernah melakukan belajar dalam hidupnya. Untuk
dapat mencapai cita – cita, harus dengankerja keras dan belajar sungguh –
sungguh.misalnya seorang siswa yang ingin menjadi seoarang dokter, dia harus
lebih dahulu belajar di SD, SLTP, SMU, dan fakultas kedokteran. Bukan hanya di
sekolah saja, tetapi juga harus belajar dirumah, dalam masyarakat lembag –
lembaga pendidikan ekstra di luar sekolah, berupa kursus, les privat, bimbingan
studi dan sebagainya.
Dari
uraian di atas dapat diketahui belajar adalah kegiatan manusia yang sangat
penting dan harus dilakukan selama hidup, karena melalui belajar dapat
melakukan perbaikan dalam berbagai hal yang menyangkut kepentingan hidup.
Dengan kata lain, melalui belajar dapat memperbaiki nasib, mencapai cita – cita
yang didambakan.karena itu tidak boleh lalai, jangan malas dan membuang waktu
secara percuma, tetapi memanfaatkan denga seefektif mungkin, agar tidak timbul
penyesalan dikemudian hari.
2. Teori-teori Belajar
Dengan berkembangnya psikologi dalam pendidikan,
maka bersamaan dengan itu bermuncullah pula berbagai teori dalam belajar. Di
dalam masa perkembangan psikologi ini muncullah secara beruntun beberapa aliran
psikologi pendidikan, masing-masing yaitu:
a. Teori Behavioristik
b. Teori Kognitif
c. Teori Humanistik
d. Teori Sibemetik
Adapun uraian masing masing kelompok teori belajar
tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Teori Belajar Behavioristik
Teori
belajar behavioristik di kemukakan oleh para psikolog behavioristik. Mereka ini
sering disebut ”Contemporary behaviorist” atau juga disebut ”S-R
psychologists”. Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku manusia itu di
kendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement) dari
lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang
erat antara reaksi reaksi behavioral dengan stimulasinya. Guru guru yang menganut pandanagan ini
berpendapat bahwa tingkah laku murid murid merupakan reaksi reaksi terhadap
lingkungan mereka pada masa lalu dan masa sekarang dan Bahwa segenap tingkah
laku merupakan hasil belajar. Kita dapat menganalisis kejadian tingkah laku
dengan jalan mempelajari latar belakang penguatan terhadap tingkah laku
tersebut.
Teori
ini juga di sebut dengan aliran tingkah laku. Pandangan tentang belajar menurut
aliran tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan
respon.[5]atau dengan kata lain,belajar adalah perubahan yang di alami siswa
dalam hal kemampuanya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai
interaksi antara stimulus dan respon.
a.
Teori
teori yang Mengawali Perkembangan Psikologi Behavioristik
Psikologi
aliran behavioristik mulai berkembang sejak lahirnya teori teori tentang
belajar yang di pelopori oleh Thorndike, Pavlov, Watson, dan Guthrie. Mereka
masing-masing telah mengadakan penelitian yang menghasilkan penemuan penemuan
yang berharga mengenai hal belajar. Pada
mulanya, pendidikan dan pengajaran di Amerika Serikat di dominasi oleh pengaruh
Thorndike (1874 – 1949). Teori belajar Thorndike ”connectionism” karna belajar
merupakan proses pembentukan koneksi koneksi antara stimulus dan respon.
Berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1990-an, eksperimen Thorndike
ini menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena belajar.
Seekor
kucing yang lapar di tempatkan dalam sangkar berbentuk kotak berjeruji yang di
lengkapi dengan peralatan seperti tali dan lain sebagainya. Peralatan tersebut
di tata sedemikian rupa sehingga memungkinkan kucing tersebut memperoleh
makanan yang tersedia di depan sangkar tadi.
Keadaan bagian dalam sangkar yang di sebut puzzle box(peti teka teki)itu
merupakan stimulus yang merangssang kucing untuk bereaksi melepaskan diri dan
memperoleh makanan yang ada di muka pintu.
Mula-mula kucing tersebut mengeong, mencakar dan melompat namun gagal
membuka pintu untuk memperoleh makanan yang ada didepanya.akhirnya entah
bagaimana, secara kebetulan kucing itu berhasil menekan pengukit dan terbukalah
pintu sangkar tersebut. Eksperimen puzzle box ini terkenal dengan nama
instrumental conditioning,artinya tingkah laku yang di pelajari berfungsi
sebagai instrumental (penolong) untuk mencapai hasil atau ganjaran yang di
kehendaki.
Bedasarkan
eksperimen di atas,thorndike berkesimpulan bahwa belajar adalah hubungan antara
stimulus dan respon,itulah sebabnya teori behavioristik juga di sebut ”S-R
psychology of learning”. Di samping itu, teori ini juga terkenal dengan sebutan
”trial and Error-learning”.hal ini menunjuk pada panjangnya waktu atau
banyaknya jumlah kekeliruan dalam mencapai suatu tujuan. Sehubungan dengan
eksperimen thorndike tadi,hampir dapat di pastikan bahwa motivasi (seperti rasa
belajar) merupakan hal yang sangat vital dalam belajar.
karakteristik
belajar dalm teori behavioristik yang telanjur di yakini sebagian besar ahli
pendidikan itu,sesungguhnya mengandung banyak kelemahan, di antaranya:
a. Proses belajar itu dapat di amati secara
langsng padahal adalah proses kegiatan mental yang tidak dapat di saksikan dari luar kecuali sebagian gejalanya
b. Proses belajar ini bersifat
otomatis-mekanis sehingga terkesan seperti gerakan mesin dan robot.padahal
setiap siswa memiliki kemampuan mengarahkan dan mengendalikan diri yang
bersifat kognitif
c. Proses belajar manusia yang di
analogikan dengan perilaku hewan itu sangat suliy di teima,mengingat
mencoloknya perbedaan karakter fisik dan psikis antara manusia dan hewan.
2.
Teori Belajar Kognitif
Dalam
teori belajar ini berpendapat,tingkah laku seseorang tidak hanya di kontrol
oleh ”reward” dan reinforcement”.mereka ini adalah para ahli jiwa aliran
kognitifis. Menurut pendapat mereka,tingkah laku seseorang senantiasa di
dasarkan pada kognisi,yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi di mana
tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi belajar,seseorang terlibat langsung
dalam situasi itu dan memperoleh ”insight” untuk pemecahan masalah. Jadi kaum
kognitif berpandangan,bahwa tingkah laku seseorang lebih bergantung kepada
insigh terhadap hubungan hubungan yang ada di dalam suatu situasi.
a.
Awal
pertumbuhan teori teori belajar psikologi kognitif
Psikologi
kognitif mulai berkembang dengan lahirnya teori belajar ”gestalt”.pelatak dari
psikologi gestalt adalah Mex Werteimer(1886-1943)yang meneliti tentang
pengamatan dan problem solving. Suatu konsep yang terpenting dalam psokologi
gestalt adalah tentang ”insight”,yaitu pengamatan atau pemahaman mendadak
terhadap hubungan-hubungan antar bagian-bagian di dalam suatu situasi
permasalahan. Insigh itu sering di hubungkan dengan pernyataan spontan ”aha”
atau ”oh, I see now”
Menurut
pandangan gestaltis,semua kegiatan belajar (baik pada simpase maupun pada
manusia)menggunakan insigh atau pemahaman terhadap hubungan hubungan terutama
hubungan antara bagian dan keseluruhan . menurut psikologi gistalt,tingkah
kejelasan atau keberartian dari pada yang di amati dalam situasi belajar
adalah lebih meningkatkan belajar seseorang
dari pada dengan hukuman atau ganjaran.
3.
Teori Belajar Humanistik
Perhatian
teori humanistik yang terutama tertuju pada masalah bagaimana tiap tiap
individu di pengaruhi dan di bimbing oleh maksud maksud pribadi yang mereka
hubungkan kepada pengalaman mereka sendiri. Menurut
para pendidik aliran humanistis penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus
sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa. Tujuan utama para pendidik ialah membantu si
siswa mengembangkan dirinya,yaitu membantu masing masing individu untuk
mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantunya dalam
mewujudkan potensi
potensi yang ada pada diri meraka.
Bagi
penganut teori ini,proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu
sendiri. Dari keempat teori belajar,teori humanistik inilah yang paling
abstrak, yang paling mendekati dunia filsafat dari pada dunia pendidikan. Meskipun teori ini sangat menekankan
pentingnya ”isi”dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak
berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling
ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam
bentuknya yang paling ideal dari pada
belajar seperti apa adanya, seperti apa yang biasa kita amati dalam
dunia keseharian. Wajar jika teori ini sanagat bersifat eklektik. Teori apapun
dapat di manfaatkan asal tujuan untuk
”memanusiakan manusia”(mencapai aktualisasi diri dan sebagainya itu)
dapat tercapai.
a.
Awal
Timbulnya Psikologi Humanistis
Pada
akhir tahun 1940-an muncullah suatu perspektif psikologi baru. Orang orang yang
terlibatdalam penerapan psikologilah yang berjasa dalam perkembangan
ini,misalnya ahli ahli psikologi klinik,pekerja pekerja sosial dan konselor
bukan merupakan hasil penelitian dalam bidang proses belajar. Gerakan ini
berkembang dan kemudian di kenal sebagai psikologi humanistik.psikologi ini
berusaha untuk memahami perilaku seseorang dari sudut si perilaku (behaver)
bukan dari pengamat. Dalam dunia
pendidikan aliran humanistis muncul pada tahun 1960 – 1970-an dan mungkin
perubahan – perubahan dan inovasi yang terjadi selama dua dekade yang terakhir
pada abad ke-20 ini pun juga akan menuju pada arah ini.
4.
Teori Belajar Sibemetik
Teori
ini beanggapan bahwa tidak ada satupun teori yang ideal untuk segala situasi
dan cocok untuk karekter setiap siswa. Oleh karena itu titik tekan dari teori
ini adalah bagaimana memahami ciri – ciri dari karakter sistem informasi (bahan
atau masalah yang akan dipelajari). Tujuan
dari pemahaman terhadap ciri – ciri informasi ini adalah agar proses belajar
sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Bagaimanapun proses juga merupakan
hal yang penting dalam teori sibenetik.
Penekanan
pada sistem informasi ini didasarkan pada cara berfikir siswa pada umumnya.
Menurut Landa cara berfikir siswa ada dua macam. Yaitu algoritmik, yaitu proses
berfikir linier, konvergen, lurus menuju pada satu target tertentu. Dan cara
berfikir heuristik, yakni cara berfikir divergen, menuju kebeberapa target
sekaligus. Tokoh lain juga berkata demikian, akan tetapi ada perbedaan pada
cara berfikir yang kedua. Jika menurut Landa berfikir secara heuristik maka
menurut Pask dan Scott adalah berfikir secara Wholist atau menyelurut.
Maksudnya ialah berfikir yang cenderung melompat kedepan, langsung ke gambaran
lengkap sebuah sistem informasi. Sebagai contoh ibarat melihat lukisan, bukan
detail – detail dari lukisan tersebut yang kita amati, akan tetapi langsung
secara keseluruhan lukisan tersebut, baru kemudian pada bagian – bagian
kecilnya.
Pendekatan
yang berorientasi pada sistem informasi menekankan beberapa hal seperti ingatan
jangka pendek (short term memory) ingatan jangka panjang (long term memory),
dan sebagainya yang berhubungan dengan apa yang terjadi dalam otak kita dalam
proses pengolahan informasi. Selain harus memahami sistem informasi juga harus
memahami lingkungan yang memengaruhi mekanisme pembelajaran
3. Pengertian Mastery Learning
Belajar
tuntas (mastery learning) adalah filosofi pembelajaran yang berdasar pada
anggapan bahwa semua siswa dapat belajar bila diberi waktu yang cukup dan
kesempatan belajar yang memadai. Selain itu, dipercayai bahwa siswa dapat
mencapai penguasaan akan suatu materi bila standar kurikulum dirumuskan dan
dinyatakan dengan jelas, penilaian mengukur dengan tepat kemajuan siswa dalam
suatu materi, dan pembelajaran berlangsung sesuai dengan kurikulum. Dalam
metoda belajar tuntas, siswa tidak berpindah ke tujuan belajar selanjutnya bila
ia belum menunjukkan kecakapan dalam materi sebelumnya.
Belajar tuntas berdasar pada beberapa
premis, diantaranya:
a. Semua individu dapat belajar
b. Orang belajar dengan cara dan kecepatan
yang berbeda
c. Dalam kondisi belajar yang memadai,
dampak dari perbedaan individu hampir tidak ada
d. Kesalahan belajar yang tidak dikoreksi
menjadi sumber utama kesulitan belajar.
Kurikulum
belajar tuntas biasanya terdiri dari beberapa topik berbeda yang mulai
dipelajari oleh para siswa secara bersamaan. Siswa yang tidak menyelesaikan
suatu topik dengan memuaskan diberi pembelajaran tambahan sampai mereka berhasil.
Siswa yang menguasai topik tersebut lebih cepat akan dilibatkan dalam kegiatan
pengayaan sampai semua siswa dalam kelas tersebut bisa melanjutkan ke topik
lainnya secara bersama-sama. Dalam lingkungan belajar tuntas, guru melakukan
berbagai teknik pembelajaran, dengan pemberian umpan balik yang banyak dan
spesifik menggunakan tes diagnostik, tes formatif, dan pengoreksian kesalahan
selama belajar. Tes yang digunakan di dalam metoda ini adalah tes berdasarkan
acuan kriteria dan bukan atas acuan norma.
Belajar
tuntas tidak berhubungan dengan isi topik, melainkan hanya dengan proses
penguasaannya. Metoda ini berdasar pada model yang dibuat oleh Benjamin S.
Bloom, dengan penyempurnaan oleh James H. Block. Belajar tuntas dapat dilakukan
melalui pembelajaran kelas oleh guru, tutorial satu per satu, atau belajar
mandiri dengan menggunakan materi terprogram. Dapat dilakukan menggunakan
pembelajaran guru secara langsung, kerjasama dengan teman sekelas, atau belajar
sendiri. Di dalamnya diperlukan tujuan pembelajaran yang terumuskan dengan baik
dan disusun menjadi unit-unit kecil secara berurutan.
Dua
permasalahan yang sering muncul dalam pelaksanaan belajar tuntas:
a. Pertama, pengelompokan dan pengaturan
jadwal bisa memunculkan kesukaran. Guru sering merasa lebih mudah meminta siswa
untuk belajar dalam kecepatan tetap dan menyelesaikan tugas dalam waktu
tertentu dibandingkan bila ada variasi yang besar dalam kegiatan di suatu
kelas.
b. Kedua, karena siswa yang lambat
memerlukan waktu yang lebih banyak dalam standar minimum, siswa yang cepat akan
terpaksa menunggu untuk maju ke tingkat yang lebih tinggi.
Permasalahan-permasalahan
tersebut bukannya tidak bisa diatasi karena bisa diatur pemberian perhatian
yang bersifat perorangan, menetapkan standar yang tinggi tapi bisa dicapai, dan
menyediakan materi tambahan bagi siswa yang belajar dengan cepat.
4. Perbedaan antara Pembelajaran Tuntas dengan Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran
tuntas adalah pola pembelajaran yang menggunakan prinsip ketuntasan secara
individual. Dalam hal pemberian kebebasan belajar, serta untuk mengurangi
kegagalan peserta didik dalam belajar, strategi belajar tuntas menganut
pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada
sekelompok peserta didik (klasikal), tetapi mengakui dan melayani
perbedaan-perbedaan perorangan peserta didik sedemikiah rupa, sehingga dengan
penerapan pembelajaran tuntas memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing
peserta didik secara optimal. Dasar pemikiran dari belajar tuntas dengan
pendekatan individual ialah adanya pengakuan terhadap perbedaan individual
masing-masing peserta didik.
Untuk
merealisasikan pengakuan dan pelayanan terhadap perbedaan individu,
pembelajaran harus menggunakan strategi pembelajaran yang berasaskan maju
berkelanjutan (continuous progress). Untuk itu, pendekatan sistem yang
merupakan salah satu prinsip dasar dalam teknologi pembelajaran harus
benar-benar dapat diimplementasikan. Salah satu caranya adalah standar
kompetensi dan kompetensi dasar harus dinyatakan secara jelas, dan pembelajaran
dipecah-pecah ke dalam satuan-satuan (cremental units). Peserta didik belajar
selangkah demi selangkah dan boleh mempelajari kompetensi dasar berikutnya
setelah menguasai sejumlah kompetensi dasar yang ditetapkan menurut kriteria
tertentu. Dalam pola ini, seorang peserta didik yang mempelajari unit satuan
pembelajaran tertentu dapat berpindah ke unit satuan pembelajaran berikutnya
jika peserta didik yang bersangkutan telah menguasai sekurang-kurangnya 75%
dari kompetensi dasar yang ditetapkan. Sedangkan pembelajaran konvensional
dalam kaitan ini diartikan sebagai pembelajaran dalam konteks klasikal yang
sudah terbiasa dilakukan, sifatnya berpusat pada guru, sehingga pelaksanaannya
kurang memperhatikan keseluruhan situasi belajar (non belajar tuntas).
Dengan
memperhatikan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa perbedaan antara
pembelajaran tuntas dengan pembelajaran konvensional adalah bahwa pembelajaran
tuntas dilakukan melalui asas-asas ketuntasan belajar, sedangkan pembelajaran
konvensional pada umumnya kurang memperhatikan ketuntasan belajar khususnya
ketuntasan peserta didik secara individual.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pembahasan
tentang teori belajar yang telah dipaparkan di depan, memberikan pandangan
untuk dapat memberikan kesimpulan tentang poin – poin yang telah dibahas.
Antara lain belajar sebagai kegiatan siswa jika dipandang dari teori-teori
tersebut adalah perubahan tingkah laku (behavioristik), dan juga sebagai sebuah
proses yang didasari oleh kesadaran akan perlunya peroses tersebut. Keempat teori belajar yang telah dijelaskan
di depan memiliki pandangan tersendiri terhadap makna belajar. Yakni,
behavioristik mengatakan belajar adalah interaksi stimulus dan respon (S+R),
kognitif adalah insigh atau pemahaman hubungan antar situasi, yang dimunculkan
oleh medan kognisi (fikiran), humanistik berpendapat bahwa belajar adalah usaha
untuk memanusiakan manusia atau, sedangkan sibernetik adalah pengolahan
informasi.
Belajar
tuntas (mastery learning) adalah filosofi pembelajaran yang berdasar pada
anggapan bahwa semua siswa dapat belajar bila diberi waktu yang cukup dan
kesempatan belajar yang memadai. Selain itu, dipercayai bahwa siswa dapat
mencapai penguasaan akan suatu materi bila standar kurikulum dirumuskan dan
dinyatakan dengan jelas, penilaian mengukur dengan tepat.
2. Saran
Dalam penulisan makalah ini, masih
banyak kekurangan kekurangan maka dari itu,penulis mengharapkan semoga para
pembaca bisa memberikan masukan kepada penulis.Semoga makalah ini dipergunakan
sebaik-baiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Dalyono,M.
2009. Psikologi pendidikan. Jakarta :
Rineka Cipta.
Hamzah
B. Uno. 2008. Orientasi Baru dalam
Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT bumi Aksara.
0 Response to "Pengertian dan Teori Belajar"
Post a Comment