Pemberontakan Singaparna
Kronologi Pemberontakan Singaparna
i. Pemberontakan Pertama
`
Pada tahun 1943 K.H.Z. Mustofa bersama para pengikutnya, mulai menyusun
rencana untuk mengadakan perlawanan. Namun demikian pihak Jepang yang tidak
pernah terlepas perhatiannya terhadap pesantren Sukamanah dapat mencium rencana
perlawanan K.H.Z. Mustofa bersama pengikutnya. Rencana ini akan dimulai
kira-kira pada tanggal 1 Maulud 1363 yang jatuh pada tanggal 25 Februari
1944. Untuk melaksanakan rencana ini para pengikut K.H.Z. Mustofa mengadakan
persiapan yang sangat sederhana. Mereka menggunakan bambu runcing dan
golok-golok terbuat dari bambu, karena senjata-senjata tajam yang terbuat dari
besi banyak dirampas oleh Jepang. Akan tetapi hal ini tidak berpengaruh karena
ternyata santri-santri di Sukamanah pun bangkit untuk mengadakan perlawanan.
Untuk memperkuat persenjataan, para santri mempergiat
latihan-latihan bela diri. Pemerintah Jepang mengetahui kegiatan ini dari
laporan mata-matanya, dan bermaksud mengadakan penyerangan. Pesantren Sukamanah
pun bersiap-siap apabila Jepang tiba-tiba menyerang. Pemimpin-pemimpin dari
kelompok Pesantren Sukamanah terdiri dari: Domon, Abdulhakim, Najamuddin, dan Ajengan
Subki. Seluruh kelompok ini dikepalai oleh K.H.Z. Mustofa dan dibantu oleh
tangan kanannya Najamuddin. Senjata K.H.Z. Mustofa ialah sebuah tongkat dari
Kalimantan yang bernama “Ki Ulin”. Dalam pemberontakan ini, K.H.Z. Mustofa
tidak meminta bantuan kepada pesantren lain, karena apabila pemberontakan ini
mengalami kegagalan, Jepang tidak akan menghancurkan pesantren lainnya.
Wilayah perang dibagi dua yaitu bagian Utara dan
bagian Selatan, sedangkan pasukan induk berada di Kampung Cihaur, kira-kira 100
meter dari kompleks Pesantren Sukamanah. Dalam meredam pemberontakan ini,
pada hari Kamis tanggal 24 Februari 1944 (satu hari sebelum terjadi peristiwa),
Jepang mengirim utusan, ialahgoto-sidokan dari kepolisian
Tasikmalaya dengan dengan beberapa keiboho Indonesia ke
Sukamanah untuk mengadakan perundingan dengan K.H.Z. Mustofa. Goto-sidokandengan
rombongannya terus dilucuti senjata dan pelurunya, selanjutnya ditahan.
Hanya Goto-sidokan sendiri yang disuruh kembali ke Tasikmalaya
untuk menyampaikan “pesan” dari K.H.Z. Mustofa kepada pemerintah Jepang,
supaya pada hari Jumat tanggal 1 Maulud, Pulau Jawa dimerdekakan. Jika tidak,
maka akan terjadi pemberontakan.
Keesokan harinya datang rombongan Jepang kepada
K.H.Z. Mustofa di Sukamanah untuk mengadakan perundingan, ia adalah kempeitaico Tasikmalaya
(Kobayashi), kempeitaico Garut, seorang guru bahasa dan
beberapa orang serdadu Jepang. Sikap 4 orang kempeitaico, yang
memanggil dirasakan menyinggung perasaan ajengan Najmuddin dengan kawana-kawan
sehingga dengan keadaan terpaksa para santri Sukamanah melakukan kekerasan
juga, meskipun kepada bangsanya sendiri. Karena sudah terkepung oleh para
santri, akhirnya Jepang menyerahkan senjatanya, dan mereka ditahan sehari
semalam. Keesokan harinya barulah petugas-petugas pemerintah Jepang itu
dizinkan pulang.
ii. Pemberontakan kedua
Tanggal 25 Februari 1944 hari Jumat yang
bertepatan dengann tanggal 1 Maulud 1363 tahun Alif merupakan hari bersejarah
bagi Pesantren Sukamanah khususnya dan Jawa Barat pada umumnya. Pada waktu
K.H.Z. Mustofa mengucapkan khotbah terakhir, terdengar suara kendaraan menuju
kompleks pesantren. Tetapi K.H.Z. Mustofa menghimbau kepada para santrinya
untuk tetap tenang di tempat.
Setelah selesai sholat Jumat, K.H.Z. Mustofa
keluar dari mesjid diikuti oleh para pengikutnya dan Najamuddin. Salah satu
keempat opsir Jepang itu melambaikan tangan sebagai perintah agar K.H.Z.
Mustofa datang kepadanya. Dengan menggunakan tongkatnya, K.H.Z. Mustofa
berjalan dengan tenang menuju keempat opsir itu. Opsir-opsir Jepang itu datang
bemaksud untuk menyampaikan bahwa Sukamanah telah berbuat jahat menentang
Jepang, tidak mau bekerjasama dengan Jepang dan pimpinan Sukamanah tidak mau
menurut perintah negara untuk menghadap ke Tasikmalaya.
Pememrintah Jepang akan mengampuni mereka apabila
mereka mau bekerjasama dengan Dai Nippon. Setelah opsir Jepang itu menyampaikan
ultimatumnya, maka Panglima pasukan Sukamanah Najamuddin atas nama K.H.Z.
Mustofa menyambut dengan tegas dan singkat, antara lain jawabannya adalah:
“Baik besok kita berangkat ke Tasikmalaya untuk menghadap dan menyerahkan
senjata-senjata api yang telah kami rampas, akan tetapi kepala tuan Nippon yang
empat orang ini tinggal di Sukamanah sebagai gantinya”.
Jawaban Najamuddin ini
mengartikan bahwa pihak Sukamanah tetap akan mengadakan perlawanan. Karena
emosi yang tak tertahankan lagi, pasukan Sukamanah mulai menyerang dan terjadi
pergulatan dan berakhir dengan matinya tiga opsir Jepang, yang seorang lagi
dapat melarikan diri. Setelah kejadian itu, keadaan mulai tenang kembali.
Sementara itu K.H.Z. Mustofa mulai mengatur siasat untuk menghadapi
kemungkinan-kemungkinan pembalasan Jepang. Induk pasukan Sukamanah yang
berkekuatan 2000 orang di tempatkan di sebalah Selatan Kampung Cihaur.
Disini
letaknya “Komando Post” yang dipimpin oleh tangan kanannya Najamuddin bersama
stafnya. Komando K.H.Z. Mustofa terhadap santri-santrinya berpesan “Jangan
berperang dengan bangsa sendiri, sebab pandangan dan cita-cita kita bukanlah
untuk bermusuhan dengan bangsa sendiri, melainkan perjuangan ini semata-mata
untuk menentang dan menyingkirkan penjajah. Dan dalam perjuangan ini diharapkan
supaya santri-santri dan alim ulama ada dalam barusan anti penjajah.”
Setelah
kejadian itu, sorenya kira-kira pukul 16.00 datang beberapa buah truk mendekati
garis pertahanan Sukamanah. Suara takbir mulai terdengar, pasukan Sukamanah
terkejut melihat yang dihadapinya adalah bangsanya sendiri. Beberapa orang dari
garis depan segera melaporkan hal tersebut kepada K.H.Z. Mustofa. Mereka
menyadari bahwa Jepang telah mempergunakan taktik mengadu-dombakan pihak Sukamanah
dengan bangsa sendiri. Ternyata K.H.Z. Mustofa memerintahkan agar santri-santri
dan pengikutnya menghindarkan adanya perlawanan.
Tetapi sewaktu kurir yang
membawa perintah itu sedang dalam perjalanan menuju garis depan, pihak Jepang
sudah mulai melepaskan tembakan dan menghujani pasukan Sukamanah. Akhirnya
pertempuran dengan bangsa sendiri tidak dapat dihindari lagi, pasukan Sukamanah
terpaksa membela diri dan dengan demikian berkobarlah perlawanan dengan jarak
dekat.
Setelah pertempuran ini berlangsung selama kurang
lebih 90 menit, maka pertahanan Sukamanah satu demi satu dapat dilumpuhkan dan
pasukan yang tersisa terpaksa mengundurkan diri. Kemudian kira-kira pukul 17.30
semua tempat pertahanan Sukamanah telah lumpuh. Dalam
pertempuran ini beratus-ratus orang dari pihak Sukamanah tewas, sedangkan
K.H.Z. Mustofa ditawan dan dibawa ke kantorkempeitai Tasikmalaya.
b). Akhir Pemberontakan Singaparna
Setelah pertempuran selesai, KH.Z. Mustofa memerintahkan kepada para santri dan
pengikut-pengikutnya untuk mundur dan menyelamatkan diri. Pihak Jepang memulai
untuk melakukan pembersihan besar-besaran, diantaranya: asrama (pondok-pondok)
dirusak, barang-barang perhiasan, buku-buku dan kitab-kitab milik
santri-santri, rakyat dan pemimpin-pemimpin Sukamanah dirampas dan diangkut ke
Tasikmalaya. Hal itu dianggap sebagai harta “gonimah” atau harta
rampasan dari penjahat dan musuh Pemerintah Dai Nippon.
Keesokan harinya
Jepang melanjutkan pembersihannya. Selain Angkatan Darat, Angkatan Udara pun
ikut dikerahkan. Lima buah pesawat dipergunakan Jepang untuk mengawasi dari
udara dan untuk menakut-nakuti rajyat. Disebarkannya pamflet-pamflet yang berisi
ultimatum bahwa semua orang yang membantu atau bersimpati kepada gerakan
Sukamanah dianggap mata-mata musuh dan memusuhi Jepang. Mereka yang membantu
menyembunyikan pelarian-pelarian dari Sukamanah diancam hukuman mati. Dengan
demikian para pengikut K.H.Z. Mustofa menjadi burunon umum. Pada tanggal 26
Februari 1944, penjara Tasikmalaya sudah penuh sesak, lebih kurang 700 sampai
800 orang tahanan dijejalkan ke dalamnya. Pada suatu malam tanggal 27 Februari
1944, datang intruksi rahasia dari K.H.Z. Mustofa kepada para santri dan
seluruh pengikutnya yang ditahan, yang antara lain berisi:
1. Di dalam pemeriksaan segenap
jawaban harus dipikirkan sedemikian rupa sehingga dapat menyelamatkan diri.
2. Dilarang untuk memberi pengakuan
terhadap pembunuhan dan ikut bertempur
melawan Nippon terutama dalam hal-hal yang bersangkutan dengan matinya tiga
orang opsir Jepang yang pertama.
3. Pertanggungjawaban tentang
pemberontakan Sukamanah dipikul oleh “sendiri” dan
santri-santri yang telah betul-betul diketahui dengan pasti gugur dalam
pertempuran.
4. Tenanglah,
kuatkanlah jiwamu, jangan sekali-kali putus asa, serahkan segala puji
kepada Allah dan teruskan perjuanganmu.
Berkat adanya intruksi yang tegas ini, pada tanggal 29
Februari 1944 segala pemeriksaan dan siksaan dari pihak Jepang dihadapi oleh
semua terdakwa Sukamanah dengan penuh ketabahan dan keberanian. Pemeriksaan ini
berlangsung kurang labih tiga bulan. Dan hasilnya diumumkan pada pertengahan
bulan Mei 1944, dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Golongan yang tidak bersalah.
2. Golongan yang mempunyai sangkut paut dengan pemberontakan tetapi
tidak ikut
aktif.
3. Pimpinan pemberontakan dan mereka yang dituduh
aktif dalam pembunuhan opsir- opsir jepang dan ikut aktif dalam pertempuran
melawan pasukan bersenjata Dai Nippon. Golongan pertama dikembalikan ke kampung
masing-masing. Golongan kedua berjumlah 79 orang, golongan ini dikenai hukuman
5-7 tahun penjara di penjara Sukamiskin Tasikmalaya. Golongan ketiga berjumlah
23 orang termasuk diantaranya adalah K.H.Z. Mustofa. Setelah itu, tiak
diketahui secara pasti kabar berita tentang mereka. Penyelidikan selanjutnya
ada yang menyebutkan bahwa K.H.Z.Mustofa dan beberapa pengikutnya dibunuh oleh
Jepang di sekitar Tanjung Priok atau Cilincing.
Demikianlah kegigihan perjuangan K.H.Z. Mustofa
sebagai pahlawan agama, dan pahlawanan Tanah Air di dalam merebut hak
kemerdekaan bangsanya dari cengkraman penjajah. Namun sampai saat ini, tidak
atau belum dapat diketahui dengan pasti tentang K.H.Z. Mustofa, bahkan kuburannya
pun tidak diketahui. Peristiwa Sukamanah adalah perlawanan pertama terhadap
pemerintah Jepang di daerah Jawa Barat.
sumber:
http://www.rifalnurkholiq.com/2015/10/makalah-sejarah-pendudukan-jepang-dan.html
0 Response to "Sejarah Pemberontakan Singaparna"
Post a Comment