Dasar Teori Adaptasi hewan Laporan Praktikum
Predator adalah hewan yang memburu dan
memakan mangsanya, sedangkan mangsa adalah sebaliknya. Prey adalah
organisme hidup yang diberi makan oleh pemangsa.
Titik setimbang benda yaitu
suatu titik dimana tanpa ada kecenderungan untuk bergerak. Titik setimbang
sering diidentifikasikan sebagai titik dimana seluruh benda terpusat pada
kondisi setimbang sama dengan nol. “Predator-prey Interaction with
Harvesting: Mathematical Study with Biological Ramifications”.
Chakraborty menurunkan model pertumbuhan kedua spesies ini dengan memasukkan
model Holling dan faktor pemanenan pada predator (Suzyanna, 2013: 58).
Nimfa capung menjadi predator bagi
protozoa, larva nyamuk, ikan kecil, crustacea yang berukuran kecil (Daphnia sp.,
Cyclops sp.) dan hewan-hewan yang kecil lainnya. Sedangkan imago capung
berperan sebagai predator bagi serangga, seperti nyamuk, lalat, kupu-kupu,
wereng, dan capung dari spesies yang sama maupun berbeda. Dalam jaring-jaring
makanan, capung juga menjadi mangsa bagi burung, laba-laba, dan katak (Dalia,
2014: 26).
Kelompok
yang beracun atau organisme yang berbahaya yang tidak harus berhubungan erat,
kadang menunjukkan pola pewarnaan atau bentuk tubuh yang mirip dengan cara yang
sangat menyolok. Mikikri macam ini disebut mimikri mulleria. Redundansi sinyal
ini menjadikan proses belajar untuk menghindari mangsa ini lebih mudah bagi
predator (Timotius, 2012: 348)
Dalam sebuah ekosistem, raptor mempunyai peranan
penting sebagai pemangsa puncak (top predator) untuk mengontrol populasi
mangsanya. Selain itu, keberadaan dapat juga sebagai indikator kondisi sebuah
ekosistem karena jenis ini peka terhadap perubahan lingkungan (Hidayat, 2013:
17-18).
Sebagai
komponen habitat burung, pohon dapat berfungsi sebagai cover (tempat berlindung
dari cuaca dan predator bersarang, bermain, beritirahat dan mengasuh anak).
Selain menyediakan bagian-bagian pohon (daun, bunga dan buah) suatu pohon dapat
berfungsi sebagai habitat (atau niche habitat) berbagai jenis organisme lain
yang merupakan makanan tersedia bagi burung (Setiawan, 2006: 11-12).
Adanya
keanekaragaman jenis burung berdasarkan tipe makannya menunjukkan bahwa
ekosistem di kawasan padang pecatu tergolong baik. Artinya keanekaragaman flora
di kawasan ini memberikan ketersediaan pakan yang cukup berlimpah bagi burung
baik berupa biji-bijian, buah kecil, serangga maupun reptil kecil. Kompleksitas
struktur vegetasi juga sangat berperan penting bagi keanekaragaman burung,
karena semakin kompleks struktur vegetasi makan akan menyediakan beragam tipe
habitat bagi burung (Suaskara, 2010: 70).
Capung berperan penting dalam
jaringjaring makanan di pertanian. Nimfa
capung dapat memakan protozoa, larva nyamuk, crustacea yang berukuran
kecil, berudu, ikan-ikan kecil, kumbang air, dan nimfa dari spesies yang
berbeda maupun dari spesies yang sama (kanibalisme). Imago capung berkemampuan
memangsa banyak jenis serangga, seperti kutu daun, wereng, walang sangit,
nyamuk, lalat, kupu-kupu sehingga dapat menguntungkan dunia pertanian, terutama
pertanian]. Selain itu capung dalam jaring-jaring makanan juga berperan sebagai
mangsa bagi predator, seperti laba-laba, katak, kadal, dan burung pemakan
serangga (Bernadeta 2014: 27).
Predator pada kisaran tertentu akan
memilih ukuran mangsa tertentu pula untuk memaksimalkan pendapatan energi per
satuan waktu. Ukuran mangsa diharapkan akan meningkat sejalan dengan
peningkatan ukuran tubuh pemangsa. Selain ukuran mangsa, kelimpahan makanan
juga berpengaruh terhadap pemangsaan oleh predator (putri 2011: 44).
Pada mimikri mullerian kedua macam
jenis organisme mempunyai pola warna yang sama dan kedua nya tidak disukai oleh
predator. Karena rasa nya yang tidak enak, bahkan dapat menyebab kan rasa sakit
dilambung (Agus Dharmawan 2005).
Di hadapan respon
fungsional yang kuat, ketika tikus kecil yang melimpah tekanan predasi pada
mangsa alternatif harus rendah. Sedangkan ketika tikus kecil menjadi mangsa
populasi menurun, tekanan predasi pada mangsa alternatif
meningkat. Akibatnya, tekanan predasi pada alternatif mangsa harus
berbanding terbalik dengan hewan pengerat yang kelimpahannya
kecil. Hubungan ini dapat ditekankan dengan kehadiran respon numerik yang
kuat dari predator untuk memangsa hewan yang disukai (Laura, 2014: 620).
Daftar Pustaka
Dalia,
Bernadeta Putri Irma, dkk. 2014. Interaksi
Antara Capung Dengan Arthropoda Dan Vertebrata Predator Di Kepanjen, Kabupaten
Malang. Jurnal Biotropika. Vol.1 (2):
26-29.
Suzyanna.
2013. Interaksi Antara Predator-Prey dengan Faktor Pemanen Prey. Jurnal of Scientific Modeling & Computation. Vol.1 (1): 58-66.
Timotius, K., H, dkk. 2012. Ekologi Asia Tenggara. Jakarta: Salemba
Teknika.
Hidayat, O. 2013. “Keanekaragaman
Spesies Avifauna di Khdtk Hambala, Nusa Tenggara Timur”. Jurnal Penelitian
Kehutanan Wallacea”. Jurnal penelitian Kehutanan Wallacea, Volume
Dharmawan, Agus. 2005. Ekologi Hewan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Bernadeta. 2014. Interaksi antara
capung dengan Arthopoda dan vertebrata predator di Kepanjen, Kabupaten Malang. Jurnal
Biotropika. Vol.
2 (1): 27.
Putri. 2011. Tepung Bekicot sebagai Sumber
Protein Pengganti Tepung Ikan dalam Ransum Ayam Pedaging. Jurnal sumber daya perairan. Vol. 2(2): 44.
Laura, McKinnon dkk. 2014. Predator-mediated interactions between
lemmings and shorebirds: A test of the alternative prey hypothesis. Journal of BioOne Evolved Research. Vol,
131 (04): 619-628.
0 Response to "Dasar Teori Adaptasi hewan Laporan Praktikum"
Post a Comment