ads

makalah ordo Apoda lengkap





BAB I

PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang

Apoda merupakan hewan yang tergolong ke dalam ordo amphibia yang tidak mempunyai kaki. Nama lain dari Apoda adalah Caecilian berasal dari bahasa Latin yaitu caecus yang berarti buta. Dinamakan demikian karena matanya tertutup oleh kulit dan dalam beberapa spesies tertutup oleh tulang.
Tubuh Apoda bersegmen-segmen, setiap segmen yang berbentuk seperti cincin disebut annuli. Penampakan seperti ini menjadikan apoda mirip dengan cacing tanah. Annuli pada apoda dibedakan menjadi annuli sekunder dan tersier. Pada bagian post tubuhnya, ekor membentuk bagian tubuh yang sangat kecil dibandingkan bagian yang lainnya. Bahkan, pada beberapa spesies tubuhnya tiba-tiba berakhir pada terminal tumpul. Famili dari apoda yang masih memiliki ekor dianggap lebih primitif dari pada yang ekornya telah tereduksi.

1.2  Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian dari ordo Apoda?
2.      Apa saja ciri-ciri ordo Apoda?
3.      Bagaimana Taksonomi ordo Apoda?

1.3  Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui pengertian ordo Apoda, ciri-ciri Apoda, dan penjabaran taksonomi ordo Apoda.


BAB II

PEMBAHASAN


A.    Pengertian Ordo Apoda
Apoda berasal dari kata a artinya tanpa dan podos artinya kaki. Hewan yang tergolong ke dalam ordo ini adalah hewan-hewan amphibia yang tidak mempunyai kaki (kaki tereduksi). Nama lain dari Apoda adalah Caecilian berasal dari bahasa Latin yaitu caecus yang berarti buta. Dinamakan demikian karena matanya tertutup oleh kulit dan dalam beberapa spesies tertutup oleh tulang.
Selain kedua nama di atas, di dalam taksonomi digunakan nama Gymnophiona, berasal dari bahasa Yunani gymnos yang berarti terbuka dan ophis yang berarti ular. Dikarenakan organ kaki tereduksi dan tubuhnya bersegmen-segmen, morfologi luar dari Apoda mirip sekali dengan cacing atau ular. Selain kakinya, organ ekor juga mereduksi atau hilang, sehingga tubuhnya memanjang karena disesuaikan pula dengan habitatnya di tanah dengan menggali/membuat sebuah lubang. Kisaran panjang tubuh antara 90-1.600 mm.
Walaupun mata hewan-hewan ini tereduksi, namun Apoda mempunyai tentakel (sensori) untuk membantunya hidup di dalam tanah atau air. Letak tentakel ini bervariasi, antara lubang hidung dan matanya yang tidak berkelopak.
Fase hidup yang bersifat aquatik adalah saat larva. Setelah dewasa hidup di tanah dengan menggali lubang. Namun beberapa spesies ada pula yang hidup di air (Genus Typhlonectes, Atretochoana, dan Potomotyphlus) sehingga tubuhnya dilengkapi sirip kecil untuk membantu berenang. Penampakan seperti ini sangat mirip dengan belut. Selain itu apoda tidak memiliki membran tympanum untuk alat bantu pendengaran, tidak seperti kebanyakan amfibi.
Tubuh Apoda bersegmen-segmen, setiap segmen yang berbentuk seperti cincin disebut annuli. Penampakan seperti ini menjadikan apoda mirip dengan cacing tanah. Annuli pada apoda dibedakan menjadi annuli sekunder dan tersier. Pada bagian post tubuhnya, ekor membentuk bagian tubuh yang sangat kecil dibandingkan bagian yang lainnya. Bahkan, pada beberapa spesies tubuhnya tiba-tiba berakhir pada terminal tumpul. Famili dari apoda yang masih memiliki ekor dianggap lebih primitif dari pada yang ekornya telah tereduksi. 
Ukuran tubuh Apoda bervariasi, apoda terkecil yang pernah dikenal adalah Idiocranium russeli dari Kamerun. Ukuran spesies ini yang paling besar yang pernah ditemukan adalah 14,4 cm. Namun seekor Idiocranium russeli betina pun telah bertelur saat panjang tubuhnya hanya 9 cm. Apoda terpanjang yang pernah ditemukan berukuran 151,5 cm yaitu Caecilia thompsoni.
Sesilia merupakan satu-satunya ordo amfibi yang pembuahannya internal. Sesilia jantan memiliki organ mirip penis, disebut phallodeum, yang dimasukkan ke kloaka betina selama 2 sampai 3 jam. Sekitar 25% spesies sesilia ovipar (bertelur); telurnya itu dijaga oleh betina. Pada beberapa spesies, sesilia sudah bermetamorfosis saat menetas; yang lain menetas menjadi larva. Larvanya tidak sepenuhnya hidup di air, namun menghabiskan waktunya di tanah dekat air.
75% spesies vivipar, yang artinya mereka melahirkan anak yang sudah berkembang. Janinnya diberi makan dalam tubuh betina dari sel-sel oviduk, yang mereka makan dengan gigi pemegang khusus.
Spesies Boulengerula taitanus yang bertelur memberi makan anaknya dengan mengembangkan lapisan luar kulit yang kaya akan lemak dan nutrisi yang dikuliti anaknya dengan gigi yang serupa. hal ini memungkinkan mereka tumbuh sepuluh kali lipat beratnya dalam seminggu. Kulit itu dimakan tiap tiga hari, waktu yang diperlukan lapisan baru untuk tumbuh, dan anak itu diamati hanya makan pada malam hari. Dulu anak muda itu dianggap hidup dari cairan sekresi dari ibunya.
Beberapa larva seperti larva Typhlonectes, lahir dengan insang luar yang besar yang hampir segera tanggal. Ichthyophis bertelur dan diketahui menunjukkan sifat merawat anak dengan ibu menjaga telur-telurnya hingga menetas.
Sesilia menyukai tempat-tempat yang basah atau lembap. Tepi-tepi sungai atau parit, di bawah tumpukan batu, kayu atau serasah yang bertimbun; dan di dekat kolam atau rawa. Makanan sesilia tidak begitu diketahui, meskipun nampaknya terdiri atas serangga dan invertebrata yang ditemukan di habitat masing-masing spesies. Isi perut 14 spesimen Afrocaecilia taitana terdiri dari bahan organik dan tetumbuhan yang tak dapat ditentukan. Dimana sisa-sisa yang dapat dikenal paling banyak, yang ditemukan adalah kepala rayap. Meski diperkirakan bahwa bahan organik tak tentu itu menunjukkan bahwa sesilia makan detritus, yang lain percaya bahwa ini merupakan sisa-sisa cacing tanah.
Makanannya berupa serangga, cacing dan ular kawat (Typhlops). Di dalam tangkaran, sesilia mau memakan lalat yang dimatikan atau yang dilumpuhkan dan ditaburkan ke dalam kandangnya.

Penjelasan singkat berikut ini akan membahas struktur spesifik tubuh Apoda.
a.       Tengkorak Apoda
            Tengkorak Apoda memiliki susunan dan bangunan yang kuat dan berat. Hal ini disesuaikan dengan fungsi kepalanya untuk menggali dan mendorong tanah. Oleh karena itu struktur tulang pada tengkoraknya saling menyatu. Di samping sensorinya yang membuka, tengkorak kebanyakan spesies apoda beratapkan tulang-tulang yang tebal. Kondisi ini disebut stegokrotaphy. Tetapi beberapa spesies apoda masih mempertahankan tengkorak yang bagian temporalnya membuka, kondisi ini disebut zygokrotaphy. Apoda yang tengkoraknya bersifat demikian dianggap lebih primitif. Semakin berkurang jumlah tulang pada tengkorak pada ordo ini, maka dianggap merupakan famili yang lebih maju.
b.      Mata
            Semua apoda mempunyai organ mata, tetapi sangat tereduksi dan tertutup oleh kulit atau tulang. Mungkin karena hidupnya pada liang-liang tanah, matanya telah merosot ke berbagai bagian kepala, setiap spesies berbeda. Beberapa spesies, seperti Ichthyophis sp., memiliki mata di permukaan agak dangkal sementara spesies lain seperti Herpele dan Gegeneophis punya mata di bawah tulang tengkorak dan bahkan memiliki soket mata yang digantikan oleh tulang. Studi perbandingan morfologi menunjukkan bahwa ada kecenderungan peningkatan mata tertutup dengan kulit atau tulang bersamaan dengan hilangnya modifikasi lensa dan retina. Namun, retina dan saraf optik tetap utuh sehingga kemungkinan bahwa sebagian besar mata Apoda masih mampu melakukan photoreception. Apabila cahaya terang mereka akan bersembunyi begitu sebaliknya. Namun Apoda tidak mampu mendeteksi gerakan visual.
c.       Tentakel
Tentakel sensori kecil terdapat di kedua sisi kepala antara mata dan lubang hidung. Pada kebanyakan spesies, tentakel menonjol melalui lobang di tengkorak sementara pada spesies lain tidak demikian. Famili Scolecomorphidae terkenal karena memiliki tentakel dekat dengan mata. Tentakel adalah struktur yang kompleks dari berbagai bentuk, termasuk jaringan saraf, otot, saluran, dan kelenjar dan diperkirakan berfungsi dalam chemoreception.
d.      Mulut, Gigi dan Otot Rahang
Mulut apoda terletak di bagian agak bawah dari kepala (subterminal). Morfologi mulut ini disebut countersunk dan dianggap sebuah adaptasi untuk menggali. Apoda yang paling primitif masih memiliki mulut terminal. Pada masing-masing rahang terdapat dua baris gigi, baris sebelah dalam dan luar. Ukuran giginya bervariasi dan bentuknya tergantung pada spesies. Semua vertebrata darat, kecuali Apoda, memiliki satu set otot penutup rahang. Apoda memiliki dua set otot (adductors jaws dan otot-otot interhyoideus) dan ini dianggap sebagai adaptasi untuk mempertahankan posisi rahang agar tetap tertutup rapat saat menggali.
e.       Nuchal Collars
Di belakang kepala terdapat dua struktur anatomis yang saling berhubungan yaitu nuchal collars, yang berbeda tiap spesiesnya. Bentuknya agak mirip dengan clitellum cacing tanah. Alur yg berhubung dengan nuchal pertama menandai perbatasan posterior tengkorak dan menandai kedua pembagian antara dua nuchal. Alur yang berhubung dengan kuduk ketiga menandai batas antara kedua nuchal yang berhubung dengan seluruh tubuh. Pada beberapa spesies terkadang sulit untuk membedakannya karena adanya lipatan dermal tambahan sepanjang permukaan dorsal.  
f.       Kulit Apoda
Seperti amfibi lainnya, Apoda memiliki kelenjar racun di kulit meskipun potensi racun tersebut belum banyak dikenal. Akan tetapi yang berbeda dari Apoda dibanding amphibi lainnya adalah sisiknya yang berada di bawah permukaan kulit. Sisik terdiri dari serabut kolagen yang tertutup oleh mineralized nodul. Ini dapat ditemukan dalam lipatan dan alur-alur kulit dan biasanya semakin ke arah posterior jumlahnya semakin meningkat. Selain itu, Caecilia sp. punya tipe sisik sekunder yang tertanam ke dalam jaringan ikat subdermal.

B.     Taksonomi Ordo Apoda
Secara taksonomis sesilia dibagi menjadi 6 familia. Jumlah spesies adalah rata-rata dan banyak dari spesies ini diidentifikasi hanya berdasarkan satu spesimen. Hampir pasti bahwa tidak semua spesies telah dideskripsikan, dan bahwa beberapa spesies yang dideskripsikan di bawah sebagai spesies berbeda mungkin dipadukan menjadi satu spesies pada pengklasifikasian ulang nanti.
1.      Sesilia Berparuh (Rhinatrematidae) - 2 genus, 9 spesies
2.      Sesilia ikan (Ichthyophiidae) - 2 genus, 39 spesies
3.      Sesilia India (Uraeotyphlidae) - 1 genus, 5 spesies
4.      Sesilia Tropis (Scolecomorphidae) - 2 genus, 6 spesies
5.      Sesilia Akuatik (Typhlonectidae) - 5 genus, 13 spesies
6.      Sesilia Umum (Caeciliidae) - 26 genus, 99 spesies
Ordo Caecilia mempunyai 5 famili yaitu Rhinatrematidae, Ichtyopiidae, Uraeotyphilidae, Scolecomorphiidae, dan Caecilidae. Famili Caecilidae mempunyai 3 subfamili yaitu Dermophinae, Caecilinae dan Typhlonectinae. Famili yang ada di indonesia adalah Ichtyopiidae.
a.      Famili Ichtyopiidae
Anggota famili ini mempunyai ciri-ciri tubuh yang bersisik, ekornya pendek, mata relatif berkembang. Reproduksi dengan oviparous. Larva berenang bebas di air dengan tiga pasang insang yang bercabang yang segera hilang walaupun membutuhkan waktu yang lama di air sebelum metamorphosis. Anggota famili ini yang ditemukan di indonesia adalah Ichtyophis sp., yaitu di provinsi DIY.
§  Memiliki ciri-ciri :
1.      Bentuk tubuh panjang dan bersegmen
2.      Mata kecil dan ditutupi dengan kulit
3.      Mampu mengambil O2 dari kulit dan paru-paru
4.      Memiliki ekor yang pendek dan kloaka di ujung tubuh
5.      2 tentakel sensori kecil yang berada di kepala yang dapat membantu dalam menemukan sumber makanan
§  Habitat                        : di tanah yang lembab dan sampah daun
§  Penyebaran      : di Florida, Mexico Utara, Mexico Selatan, Indonesia
§  Keunikan         : di dalam tanah dan air hewan ini mirip belut.
Klasifikasi Ichthyophis hypocyaneus Boie
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Amphibia
Ordo                : Apoda
Famili              : Ichtyopiidae
Genus              : Ichthyophis
Spesies : Ichthyophis hypocyaneus Boie



Klasifikasi Ichthyophis monochrous
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Amphibia
Ordo                : Apoda
Famili              : Ichtyopiidae
Genus              : Ichthyophis
Spesies : Ichthyophis monochrous

Pada ordo caecilia disini mengambil contoh spesies yaitu Ichthyyophis monochrous merupakan ordo dari caecilia yang memiliki warna tubuh coklat atau biru keuangan. Tidak semua caecilia memiliki garis internal bewarna kuning, garis lateral ada yang lurus penuh sampai terputus-putus. Garis lateral ada yang berwarna kuning atau putih. Tentakelnya relatif kecil dan berada diantara mata dan lubang hidung. Walaupun tubuh Ichthyophis monochrous memanjang seperti cacing tetapi ekornya sangat pendek, yang berada dibelakang anus.
Ichthyophis monochrous memiliki gigi berjumlah dua pasang, yaitu sepasang dibagian atas mulut yang disebut premaxiallary-maxillary teeth dan vomeropalatine teeth, dan sepasang lagi di bagian bawah mulut yang dinamai splenial teeth dan dentary teeth.
Spesies dari family Ichthyophiidae memiliki ekor yang nyata. Tengkoraknya memiliki atap yang lebih padat (stegokrotaphich). Posisi mulut bisa terminal atau subterminal, sisik dapat ditemukan pada annuli tubuh. Tentakel terletak diantara mata dan nostril akan tetapi letaknya lebih dekat ke mata, panjang tubuhnya bisa mencapai 50 cm. Betinanya mengeluarkan beberapa telur ditanah yang lembab atau di liang yang dekat dengan air yng kemudian akan berkembang menjadi larva aquatic.
Habitat dan makanannya ichthyophis monochrous menyukai tempat-tempat yang basah atau lembab seperti pada tepi-tepi sungai atau parit, di bawah tumpukan batu, kayu terserah yang bertimbun dan di dekat kolam atau rawa. Makanannya tidak begitu diketahui, meskipun nampaknya terdiri atas serangga dan invertebrata yang ditemukan di habitatnya. Makanannya berupa serangga, cacing dan ular kawat (Typhlops). Di dalam tangkaran, Ichthyophis monochrous memakan lalat yang dimatikan atau yang dilumpuhkan dan ditaburkan ke dalam kandangnya.
Penyebaran Ichthyophis monochrous kebanyakn di temukan di wilayah tropis di Asia tenggara, Afrika, kepulauan Seychelles dan Amerika Selatan, kecuali daerah kering dan pegunungan tinggi. Di Amerika Selatan penyeebaran mereka juga meluas ke daerah sejuk di utara Argentina. Mereka dapat ditemukan ke selatan hingga sejauh Buenos Aires, saat mereka terbawa banjir sungai Parana jauh di utara. Tidak ada studi tentang mereka di Afrika tengah, tetapi sesilia mungkin ada di hutan tropis di sana. Sebaran paling utara adalah spesies Ichthyophis sikkimensis di India utara.
Di Afrika, sesilia ditemukan dari Guinea Bissau (Geotrypetes) hingga Zambia Utara (Scolecomorphus). Di Asia Tenggara, penyebarannya tidak menyeberangi garis Wallace, mereka juga tidak ditemukan di Australia atau pulau-pulau di antaranya. Ichthyophis juga ditemukan di Cina Selatan dan Vietnam Utara. Mereka juga ditemukan di Selandia Baru.
Menurut Djoko T. Iskandar dalam bukunya Amfibi Jawa dan Bali (1998), sesilia yang ditemukan di Indonesia tergolong ke dalam dua marga (genus). Ialah marga Caudacaecilia yang menyebar di Kalimantan dan Sumatra, dan marga Ichthyophis yang didapati di Kalimantan, Sumatra dan Jawa.
Reproduksi Ichthyophis monochrous salah satu spesies dari  ordo amfibi yang pembuahannya internal. Sesilia jantan memiliki organ mirip penis, disebut phallodeum, yang dimasukkan ke kloaka betina selama 2 sampai 3 jam. Sekitar 25% spesies sesilia ovipar (bertelur); telurnya itu dijaga oleh betina. Pada beberapa spesies, sesilia sudah bermetamorfosis saat menetas; yang lain menetas menjadi larva. Larvanya tidak sepenuhnya hidup di air, namun menghabiskan waktunya di tanah dekat air. 75% spesies vivipar, yang artinya mereka melahirkan anak yang sudah berkembang. Janinnya diberi makan dalam tubuh betina dari sel-sel oviduk, yang mereka makan dengan gigi pemegang khusus.
Spesies Boulengerula taitanus yang bertelur memberi makan anaknya dengan mengembangkan lapisan luar kulit yang kaya akan lemak dan nutrisi yang dikuliti anaknya dengan gigi yang serupa. hal ini memungkinkan mereka tumbuh sepuluh kali lipat beratnya dalam seminggu. Kulit itu dimakan tiap tiga hari, waktu yang diperlukan lapisan baru untuk tumbuh, dan anak itu diamati hanya makan pada malam hari.
Dulu anak muda itu dianggap hidup dari caiarn sekresi dari ibunya.  Beberapa larva seperti larva Typhlonectes, lahir dengan insang luar yang besar yang hampir segera tanggal. Ichthyophis bertelur dan diketahui menunjukkan sifat merawat anak dengan ibu menjaga telur-telurnya hingga menetas.

b.      Famili Rhinatrematidae
Keluarga Rhinatrematidae memiliki ekor yang berbeda, yang merupakan fitur yang tidak terlihat di sebagian besar spesies dari Sesilia tetapi hadir dalam keluarga leluhur lain, Ichthyophiidae. Kehadiran ekor normal pada vertebrata, menunjukkan bahwa ekor di Rhinatrematidae dan Ichthyophiidae adalah leluhur hilangnya ekor di caecilians lainnya. Fitur leluhur lainnya dari dua berlapis.
Sesilia ini mencakup mulut terminal, di mana sebagian besar caecilian lain memiliki moncong yang menonjol dengan pembukaan mulut lebih jauh ke belakang, dan tengkorak yang lemah dan bergerak, sedangkan spesies lainnya tulang tengkorak telah berevolusi menjadi keras. Kedua fitur menunjukkan bahwa spesies ini kurang baik disesuaikan dengan gaya hidup menggali dari spesies yang lebih sangat berkembang.
Ditemukan di hutan lembab dataran rendah. Dari specimen yang telah dikoleksi, famili ini ditemukan di bawah batu, dekat atau di pinggiran tanah dan air. Spesimen dari Suriname ditemukan di tepi kolam renang di tempat terbuka dekat air terjun, di mana vegetasi segera di sekitar kolam renang adalah herba, dan jauh dari kolam renang berkembang baik di hutan hujan. Hal ini tidak diketahui apakah spesies ini dapat hidup di habitat yang rusak.
Contoh spesies Rhinatrema bivittatum/ Two-lined caecilian, Salah satu amfibi paling primitive yang hidup.Spesies ini memiliki sejumlah fitur fisik yang mengungkapkan posisinya leluhur relatif terhadap caecilian lain, termasuk ekor, mulut terminal, dan memiliki tulang tengkorak yang lemah.
§  Memiliki ciri-ciri          :
1.      Memiliki ekor, dan mulut terletak di bawah kepala
2.      Bertelur di dalam tanah
3.      Pada fase larva memiliki insang
§  Habitat            : di tanah yang lembab dan sampah daun
§  Penyebaran      : di Asia Tenggara, tidak menyebrangi garis Wallace
§  Keunikan         : pada fase larva memiliki insang
Klasifikasi Rhinatrema bivittatum
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Amphibia
Ordo                : Apoda
Famili              : Rhinatrematidae
Genus              : Rhinatrema
Spesies : Rhinatrema bivittatum



c.       Famili Uraeotyphilidae
§  Memiliki ciri-ciri          :
1.      Berukuran relative kecil (23-30 cm)
2.      Memiliki ekor
3.      Memiliki struktur tengkorak yang kompleks
4.      Mulut tersembunyi di bawah moncong
§  Habitat            : di tanah hutan hujan tropis
§  Penyebaran      : di pegunungan Jawa
Klasifikasi Uraeotyphlus peters
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Chordata
Kelas               : Amphibi
Ordo                : Urodela
Family             : Uraeotyphilidae
Genus              : Uraeotyphlus
Spesies : Uraeotyphlus peters

d.      Famili Scolecomorphiidae
§  Memiliki ciri-ciri          :
1.      Mata melekat pada dasar tentakel di bawah moncong
2.      Hanya memiliki annuli primer
3.      Tubuhnya panjang dan bersegmen
§  Habitat            : di bawah tanah
§  Penyebaran      : di Florida dan Mexico Utara 
§  Keunikan         : tidak memiliki stapes tulang telinga bagian tengah

Klasifikasi Scolecomorphus vittatus
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Chordata
Kelas               : Amphibi
Ordo                : Gymnophiona
Family             : Scolecomorphidae
Genus              : Scolecomorphus
Spesies : Scolecomorphus vittatus

e.       Famili Caecilidae
§  Memiliki ciri-ciri          :
1.      Tubuh menyerupai cacing dan ada pula yang menyerupai ular
2.      Ekornya pendek dan kloaka dekat akhir tubuh
3.      Kulit halus dan berwarna gelap
§  Habitat                        : kebanyakan tinggal dan bersembunyi di dalam tanah
§  Penyebaran      : di Asia Tenggara
§  Keunikan         : satu-satunya amphibi yang melakukan fertilisasi secara internal
Klasifikasi Caecilia tentaculata
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Chordata
Kelas               : Amphibi
Ordo                : Urodela
Family             : Caecilidae
Genus              : Caecilia
Spesies : Caecilia tentaculata


BAB III

PENUTUP


A.    Kesimpulan

Apoda berasal dari kata a artinya tanpa dan podos artinya kaki. Hewan yang tergolong ke dalam ordo ini adalah hewan-hewan amphibia yang tidak mempunyai kaki (kaki tereduksi). Nama lain dari Apoda adalah Caecilian berasal dari bahasa Latin yaitu caecus yang berarti buta. Dinamakan demikian karena matanya tertutup oleh kulit dan dalam beberapa spesies tertutup oleh tulang. Apoda juga memiliki tengkorak, mata, tentakel, mulut, gigi, otot rahang, nuchal collars, dan  kulit.
Ordo Caecilia mempunyai 5 famili yaitu Rhinatrematidae, Ichtyopiidae, Uraeotyphilidae, Scolecomorphiidae, dan Caecilidae. Famili Caecilidae mempunyai 3 subfamili yaitu Dermophinae, Caecilinae dan Typhlonectinae. Famili yang ada di indonesia adalah Ichtyopiidae.

B.     Saran

Sebaiknya dalam membuat suatu hukum dalam manusia diperhatikan berbagai aspek, kemudian  disesuaikan dengan keadaan masyarakat tersebut, sehingga tidak terjadi ketegangan di dalam masyarakat dan terciptalah pengaturan hak dan kewajiban serta perlindungan terhadap kepentingan individu dan kepentingan sosial.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016. www.academia,edu/10701060/MAKALAH_AMFIBI. Diakses pada 26 April 2016.
Anonim. 2016. www.edgeofexistence.org/amphibians/species_info.php?id=1356 Two-lined Caecilian. Diakses pada 26 April 2016.
Anonim. 2016. http://www.iucnredlist,org/details/59647/0. Diakses pada 26 April 2016.
Anonim. 2016. https://id.wikipedia,org/wiki/Sesilia. Diakses pada 26 April 2016.
Jasin, Maskoeri. 1984. Zoologi Vertebrata. Surabaya: Wijaya Utama
Latjompoh, Masra. 2004. Bahan Ajar Zoologi Vertebrata. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo.

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

0 Response to "makalah ordo Apoda lengkap"