ads

Bagaimana Pola perilaku hewan nokturnal malam hari (primata)

Bagaimana Pola perilaku hewan nokturnal malam hari (primata)

Makanan adalah sumber energi untuk pertumbuhan, pemeliharaan dan reproduksi hewan primata. Makanan yang tersedia di sekitar lingkungan hidup primata tidak begitu saja dapat langsung digunakan untuk keperluan hidupnya. Makanan tersebut harus diolah melalui serangkaian proses fisiologi, mulai dari menelan (ingesti), mencerna (digesti), menyerap sari makanan (absorpsi), dan pengeluaran sisa-sisa makanan (defekasi). Tingkah laku makan hewan primate merupakan bagian dari proses ingesti atau proses memasukkan makanan dari lingkungan luar ke dalam tubuh primata. Tingkah laku makan tersebut dipengaruhi oleh ukuran tubuh, kondisi gigi, kondisi organ pencernaan, ketersediaan sumber makanan, penggunaan indera penglihatan, pengetahuan tentang bahan makanan, perubahan musim, sistem hierarki dan struktur social, serta kepadatan populasi dan persaingan untuk memperoleh makanan.

Diet pada primata dipengaruhi oleh ukuran tubuh. Ukuran tubuh kecil seperti pada galago, lemur, tarsius dan marmoset cenderung menjadi pemakan serangga (insectivore). Mereka memperoleh protein dari memangsa hewan seperti ngengat, kumbang, siput, tempayak, ulat bulu, belalang, kadal dan katak pohon. Primata yang ukuran tubuhnya besar cenderung untuk memakan daun, contohnya monyet howler dan colobinae, mereka mendapatkan protein dari daun. Baik serangga ataupun daun mengandung lebih dari 20% berat kering protein. Monyet dunia baru cenderung memakan buah-buahan (frugivore), sedangkan monyet dunia lama cenderung foliovore dengan suplemen hewan. Monyet yang arboreal (menghabiskan sebagian besar waktunya di atas pohon) makanan utamanya buah-buahan dan daun dengan suplemen serangga, tempayak, telur burung, katak pohon dan getah pohon.
Aktivitas makan adalah aktivitas yang dilakukan monyet untuk menjangkau, menambil, memasukkan makanan ke dalam mulut dan aktivitas lain selain makan yang berhubungan dengan perpindahan tempat, seperti melompat, memanjat, berkejaran, berlari dan aktivitas sosial lainnya. Istirahat adalah aktivitas lutung tanpa melakukan perpindahan tempat dan aktivitas makan.
 Satwa dalam melakukan seleksi terhadap habitat yang disukainya dapat dipandang dari dua segi. Pertama,secara genetik, setiap individu mampu bereaksi terhadap keadaan lingkungan sehingga dapat melakukan pemilihan habitat yang sesuai. Kedua, adanya hubungan antar jenis atau kelompok serta proses belajar sejak dari umur muda atau belajar dari pengalaman yang didapat dari individu yang lebih tua. Kedua faktor ini dapat terlihat pada pola jelajah dan ruang pengembaraan (home range) primata yang sesuai dengan perilaku sosial dan perilaku makan dalam lingkungan habitat. Penggunaan dan perpindahan pohon tempat tidur di tepi sungai merupakan adaptasi bekantan terhadap penyakit dan predator. Pada habitat yang telah rusak strategi pemilihan pohon tempat tidur dan perilaku berpindah-pindah setiap hari adalah cara untuk mempertahankan populasinya.
Mengamati primata, kita dapat membuat semacam daftar jenis yang di jumpai dan lebih jauh mengamatai perilaku ekologinya bagaimana mereka berinteraksi dengan lingkungan dan aktifitas sosial sesama anggota kelompoknya atau kelompok lain yang sejenis atapun beda jenis. Kegiatan ini juga pasti akan memberikan pengalaman yang berbeda sebagai salah satu cara untuk menikmati hoby jalan-jalan di hutan dan juga mengenalkan jenis-jenis primata sejak dini, sekaligus meningkatkan ekowisata di area dimana primata masih hidup.
Masyarakat sekitar hutan dimana masih terdapat primata seharusnya mendapatkan keutungan secara ekonomi sebagai insentif untuk melindungi populasi primata, wisatawan yang ingin melihat primata seharusnya akan mendatangkan keuntungan ekonomi. Potensi primata Indonesia sangatlah memungkinkan untuk kegiatan primate watching, hampir 42 species kita punya dan 24 diantaranya adalah species yang unik, endemik di pulau-pulau di Indonesia. Sebagai contoh misalnya Pulau Jawa, di pulau yang paling padat penduduknya ini, masih ada sisa-sisa hutan tropis yang di huni oleh 5 jenis primata dan 4 jenis merupakan primata endemic yang ada di pulau jawa, yaitu Owajawa (Hylobates moloch), Rekrekan atau Surili (Presbytis fredericae), Lutung (Trachipithecus auratus) dan Kukang Jawa (Nycticebus javanicus). 

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

0 Response to "Bagaimana Pola perilaku hewan nokturnal malam hari (primata)"